Dimensi Lain

Tunggu Damian seperti merasakan sesuatu yang berbeda, benar bahasa yang di gunakan pria itu aneh. Dia jelas tidak pernah mendengar bahasa itu, sebenarnya dia ada dimana dan kenapa dia bisa paham bahasa aneh itu.

Damian kebingungan, dia tidak tau harus melakukan apa saat ini sampai sebuah tangan menyentuh bahunya "kau oke?"

Pria itu terlihat khawatir, rasanya dia juga bingung akan sikap Damian. Jelas Damian bersikap aneh, dia masih belum bisa menerima semua yang tengah terjadi padanya. Dan bukankah wajar jika dia menunjukkan sikap yang kebingungan seperti sekarang.

Damian menganggukkan kepalanya menatap sekitar yang terasa sangat asing baginya "kita ada dimana?"

Damian kembali kaget saat mendengar bahasa yang dia ucapkan, apa-apaan dengan ucapannya sendiri. Ini gila..!!!

"Oh.. kita ada di hutan empat musim" ucap pria itu menatap Damian yang makin bingung.

"Hutan empat musim?"

"Iya, apa kau tersesat?" tanya pria itu menatap Damian yang terdiam di tempatnya.

Apa lagi ini, nama yang tidak pernah dia dengar selama ini. Jelas ini sangat aneh dan Damian langsung bangkit melihat sekitar yang memang begitu menawan untuk di katakan sebagai hutan biasa. Hutan empat musim, hutan apa itu sebenarnya?

Damian ingin tau dan Damian sangat penasaran akan hal itu, kakinya mulai bergerak berjalan ke manapun asalkan dia bisa mendapatkan jawaban dari semua kegelisahannya sekarang. Pria itu mengikuti Damian, dia jelas sadar bahwa Damian itu orang yang tengah tersesat.

Mungkin ini gila tapi dia tidak bisa membiarkan pria itu semakin tersesat lebih jauh lagi "dimana rumahmu? Aku akan membantumu pulang"

Damian menoleh menatap bingung pada pria itu, apa dia bisa mempercayai orang asing saat ini. Hah.. memikirkannya saja sudah membuat kepalanya hampir pecah, kenapa juga dia harus merasakan sesuatu yang menyusahkan seperti ini.

Jika di ingat, dia bermimpi aneh selama seminggu lalu tiba-tiba saja dia tidak sadarkan diri dan terus mendapatkan hal aneh. Dan saat ini dia terbebas dari semua itu tapi dia malah berada di tempat yang asing dan sangat tidak masuk akal untuk dia terima.

Tunggu!! Sepertinya dia membawa buku bersampul jingga tadi, dimana buku itu?

"Kau mencari ini?" pria itu menunjukkan sebuah buku bersampul jingga padanya.

Melihat buku itu ada di tangan orang asing membuat Damian kesal, dan tangannya langsung mengambil kasar buku itu. Maniknya melirik pria itu sebelum menatap buku bersampul jingga itu lagi. Rasa penasaran itu semakin membesar membuat Damian membuka buku itu.

Hal yang pertama kali dia lihat ada sebuah gambar pintu di tengah dua tempat berbeda, tunggu!!. Rasanya gambaran itu tidak asing dan Damian langsung menatap danau itu dengan seksama. Benar aja dugaannya satu tempat yang ada di gambar adalah gambar danau itu.

Damian tertawa merasa lucu akan hal yang baru saja dia lihat, dan satu gambar lagi jelas ada di kamarnya. Dia jelas ingat letak barang-barang di kamarnya dan gambar itu sama persis seperti yang ada di kamarnya.

"Negara apa ini?" tanya Damian menatap pria itu yang menimbang-nimbang akan jawabannya.

Hutan empat musim ada di perbatas tiga negara dan jika di ingat sepertinya mereka ada di Negara bagian Utara "wilayah Florence, kalau tidak salah" ucap pria itu menatap Damian yang kembali terkejut.

"Mana ada Negara Florence di dunia ini!"

Damian tidak bisa percaya, jelas ini sangat tidak masuk akal. Selama ini dia tinggal di Amerika dan selama itu juga dia tidak pernah mendengar Negara Florence seperti yang di katakan pria itu "katakan dengan benar kita ada dimana?" tanya Damian lagi.

Dia hanya kebingungan dan itulah yang membuat dirinya bersikap seperti ini "ini Amerika bagian mana?" teriak Damian mengguncang tubuh pria itu.

"Hei.. tenanglah, aku memang tidak tau jelasnya tapi hutan ini berada di tiga negara dan kalau tidak salah memang wilayah Florence" jawab pria itu masih tidak paham akan apa yang di pikirkan Damian.

"Namamu Theo bukan, apa kau pernah mendengar Florence di Amerika jelas itu tidak ada. Jadi katakan yang benar, dimana kita?"

Damian kebingungan, entah kenapa pikirannya mengarah pada satu hal. Satu hal yang tidak bisa dia terima begitu saja.

"Amerika? Wilayah apa itu?" sahut Theo membuat Damian jelas yakin akan pikirannya sekarang.

"Ha.. Ha.."

Damian tertawa mengejek akan dirinya sendiri yang bodoh, bagaimana mungkin ini bisa terjadi padanya. Bagaimana mungkin dia melintasi dimensi seperti cerita di dunianya. Ini gila dan sangat tidak masuk akal baginya. Damian terduduk menatap buku jingga yang sudah membawanya ke sini.

Sebenarnya buku apa ini dia kenapa dia malah menghadapi hal seperti ini, ah.. memikirkannya saja sudah sangat menyusahkan baginya. Apa lagi dia harus menerima fakta bahwa dia berpindah dimensi. Damian melirik Theo yang kebingungan akan sikapnya tapi Damian tidak peduli.

"Desa terdekat di sini ada dimana?" tanya Damian menatap Theo yang tersenyum canggung.

"Kenapa? Katakan saja jalan terdekat untuk menemukan desa?"

Damian merasa ada yang aneh tapi dia tidak bisa langsung berpikir negatif duluan. Dan dia ingin memastikan pemikirannya itu salah, tapi tawa canggung itu terasa sangat menyebalkan baginya.

"Tidak ada jalan keluar dari tempat ini" jawaban Theo membuat Damian menatapnya tidak percaya.

Ternyata dugaannya benar, ah.. dia sudah terdampar di tempat aneh lalu sekarang dia tidak bisa mencari desa terdekat. Apa-apaan dengan tempat ini, membuatnya kesal saja.

"Lalu kenapa kau berniat mengantarku pulang?" tanya Damian menatap curiga pada Theo yang tertawa lagi.

"Untuk formalitas saja" jawaban Theo sangat tidak berguna dan Damian rasa dia akan gila jika terus bersama pria itu.

"Tapi, bukankah kau tersesat dan aku memang berniat membantu walau aku tidak tau bagaimana keluar dari tempat ini tapi bukankah selalu ada keajaiban yang akan membantu kita" lanjut Theo menatap Damian yang sudah lelah mendengar ocehannya.

"Hei.. Dengarlah, pasti ada jalan!"

Apakah Theo orangnya sangat cerewet, entah kenapa Damian malah semakin tidak menyukai pria itu "sudahlah jangan ikuti aku" ucap Damian memilih berjalan menjauh dari Theo.

Tapi bukannya menurut, Theo mengekor seperti hewan peliharaan saja membuat Damian menatapnya tajam "apa yang kau lakukan?!"

"Mengikutimu"

Damian menghela nafas panjang dan langsung melanjutkan perjalanannya, dia terlalu malas untuk meladeni pria itu sekarang. Jadi biarkan saja untuk sekarang sampai dia menemukan petunjuk untuk keluar dari tempat ini.

Damian berhenti, dia mendengar suara aneh dari arah jam empat sampai sebuah monster besar muncul berniat menyerang mereka "monster? Kenapa ada monster di sini!"