Sihir

Damian mundur menarik Theo yang terlihat mengeluarkan pedang untuk melawan monster itu. Apakah di dunia ini memang ada monster, perasaannya buruk mengingat dia tidak pernah berhadapan dengan monster selama ini.

Wujud monster itu terlihat menyeramkan, tubuhnya besar dengan kepala seperti harimau. Taringnya sangat panjang, dan Damian yakin itu lebih dari satu meter. Tinggi monster itu sekitar delapan meter dan Damian langsung bergidik negri melihat monster itu.

"Kau tidak bisa bertarung?"

Tentu saja Theo terkejut, bagaimana mungkin seseorang yang masuk hutan empat musim tidak bisa bertarung. Jelas untuk memasuki tempat perlu sihir yang besar. Apa benar jika Damian memang tersesat, dia pikir Damian hanya berbohong padanya tadi.

"Bertarung apa! Kau gila mau melawan monster sebesar itu, walau satu tetap saja dia itu monster!"

Damian panik dia langsung lari meninggalkan Theo yang menggeleng pelan melihat kelakuan Damian "apa boleh buat" ucap Theo mengangkat bahunya.

Theo menatap monster itu tajam, tangan kanan yang menggenggam sebuah pedang sihir yang bersinar memuncul warna merah terang yang berkobar. Damian terkejut namun dia juga kagum akan apa yang baru saja dia lihat.

Sepertinya dia bukan berpindah dimensi di tempat biasa, ini jelas tempat yang penuh fantasi. Rasanya Damian tidak yakin bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup. Apalagi dia belum membaca buku bersampul jingga itu semuanya. Sepertinya dia memang harus segera mengetahui semuanya.

Theo dan monster itu bertarung mengabaikan Damian yang fokus pada bukunya. Maniknya bergerak cepat membaca setiap kata demi kata yang tertulis di sana. Merasa tidak akan mendapatkan bantuan Theo terus berjuang melirik Damian yang bisa-bisanya membaca buku di saat seperti ini.

'Benar-benar bocah itu!'

Pedangnya dia ayun dengan cepat, menciptakan sebuah kilatan api yang membakar tubuh monster itu. Theo menyeka keringatnya menatap kesal karena dia harus bertarung dengan monster yang cukup menyusahkan kali ini.

Biasanya hanya monster kecil saja yang dia temui lalu menyelesaikannya dengan cepat tanpa perlu takut kehabisan mana. Apa hari ini dia tengah sial, sepertinya pertemuannya dengan Damian memberikan dampak besar. Padahal dia mengikuti Damian karena takut jika orang itu akan bunuh diri.

Di lihat dari pakaian aneh dan raut wajah panik Damian, jelas Theo tau pria itu kabur dari rumah. Walau tidak tau jelas apa yang di inginkan pria itu tapi jika sampai tidak bisa menggunakan mana bukankah itu lebih buruk. Sepertinya dia harus mengikuti pria itu sampai keluar dari hutan empat musim ini.

Theo terus bertarung bahkan tubuhnya sampai kelelahan, apakah monster ini memang sekuat itu. Perasaan dia tidak pernah menggunakan mana sebanyak ini "aku bisa mati jika terus begini"

Nafasnya mulai berantakan dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya. Kenapa juga dia sial di saat seperti ini, sepertinya dia memang akan mati jika tidak kabur. Tapi melihat Damian dia tidak yakin akan Damian yang bisa berlari jauh.

Tubuh Theo terlempar mengenai sebuah pohon besar, langkah monster itu semakin mendekat membuat Theo mulai takut. Tubuhnya sulit di gerakkan tapi Theo berusaha kabur sebisa mungkin sampai sebuah ledakan membuat Theo terkejut.

Kilatan berwarna hitam itu membuat Theo menoleh menatap Damian yang tengah tersenyum menang. Apa dia baru saja tidak salah lihat bahwa pria aneh yang dia temui bisa menggunakan mana.

"Tidak sia-sia aku baca buku itu" ucap Damian mendekati Theo yang melirik buku jingga milik Damian.

"Memang apa isinya?"

"Tidak tau jelas, aku hanya membaca apa yang aku perlukan" jawaban Damian membuat Theo kebingungan.

Tapi Theo tidak peduli karena serangan dari Damian mampu membunuh monster di hadapan mereka "tapi aku masih belum tau namamu?" tanya Theo menatap Damian yang menatapnya datar.

Sepertinya Damian lupa memperkenalkan dirinya karena terlalu fokus pada apa yang terjadi padanya "namaku Damian dan aku dari dimensi lain"

Theo terkejut menatap tidak percaya akan apa yang baru saja dia dengar "bagaimana mungkin?"

"Aku tidak tau jelas rincinya tapi sepertinya aku terdampar di sini karena ulah wanita di mimpiku"

Damian hanya menduga, ingatan soal ciuman yang dia dapatkan dari wanita itu membuatnya yakin bahwa wanita itu ada hubungannya dengan dirinya yang ada di sini. Walau tidak pasti, tapi Damian akan mencari tau nantinya "jadi kalian sebut apa negeri ini?" tanya Damian menatap Theo yang kembali sadar.

"Ah.. Negeri Antalenta" jawab Theo "lalu dari mana kau berasal?" gantian Theo yang bertanya menatap Damian yang terlihat tidak peduli.

"Kau tidak akan tau walau aku beri tau" jawaban Damian membuat Theo mendengus, rasanya dia hanya akan mendapatkan uji kesabaran jika bersama dengan pria ini.

"Baiklah, sekarang katakan padaku apa itu hutan empat musim dan kenapa ada monster di sini? Lalu kenapa kita tidak bisa keluar dari hutan ini begitu saja?"

Damian jelas penasaran, tapi sebenarnya dia bisa mengetahui semuanya dari buku. Tapi damian lebih menyukai mendengar langsung dari pada susah-susah membaca. Keduanya duduk tenang menikmati hari yang mulai siang dengan penjelasan Theo tentang dunia ini pada Damian.

"Bagaimana? Apa kau paham sekarang?" tanya Theo menatap Damian yang mengangguk pasti.

Dari yang Damian dengar, di dunia ini semua orang bisa menggunakan sihir. Dan di dunia ini juga banyak monster yang tinggal di hutan empat musim. Tidak ada yang tau jelas alasan para monster hanya ada di hutan ini saja dan alasan kenapa jika orang yang masuk di sana tidak bisa keluar dengan mudah.

Dan sepertinya Damian juga harus siap jika di saat tidur dia di ganggu oleh monster. Jika monster kecil mungkin Damian tidak akan masalah tapi jika monster besar seperti tadi, jelas itu akan menyusahkan baginya. Bahkan setelah dia bisa menggunakan sihir tadi, dia merasa butuhnya sedikit lelah karena menggunakan kekuatannya pada monster tadi.

"Kalau begitu kita cari makan sebelum terlalu siang" sahut Theo bangkit dari duduknya menatap sekitar yang tenang dan damai sejak tadi.

Keduanya melangkah mencari pepohonan yang mengeluarkan buah, sampai mereka menemukan pohon buah apel segar "sepertinya itu akan manis" ucap Damian melompat dengan mudah.

Selain bisa menggunakan mana, tubuhnya jadi lebih ringan dan Damian menyukai hal itu. Walau dia masih kesal karena wanita yang menciumnya dia jadi harus berada di tempat seperti ini. Memang benar wanita itu sudah minta maaf tapi tetap saja Damian merasa kesal dan marah.

Pokoknya dia harus menemukan wanita itu dan dia harus membalas apa yang sudah dia lakukan padanya 'kau salah memilih lawan'