Kembali Bertemu

Langkah demi langkah terus Damian lalui, hari mulai sore dan tidak ada masalah setelah dia meninggalkan Theo tadi. Damian memang tidak tau tempat seperti apa ini tapi dia lebih suka sendiri dari pada bersama Theo yang cerewet itu. Maniknya melihat sebuah pohon dengan buah yang terlihat segar.

Merasa beruntung Damian langsung melompat dengan bantuan sihir, dia duduk dengan tenang di sebuah dahan pohon. Maniknya berbinar senang menatap beberapa buah yang terlihat matang, tangannya meraih buah itu dan langsung makan dengan tenang tanpa peduli apa pun.

"Ini manis" gumamnya dengan raut wajah senang.

Tidak perlu waktu lama Damian mampu menghabiskan buah-buah itu dengan cepat bahkan buah di pohon itu habis tanpa tersisa kecuali buah yang belum matang. Damian langsung menutup matanya, merasakan ketenangan yang bisa dia rasakan. Tapi maniknya kembali terbuka mengingat buku yang harus dia baca sampai selesai.

Dengan kesal dia membuka buku bersampul jingga itu dan membacanya dari halaman pertama. Entah hanya perasaannya atau apa tapi dia merasa bahwa buku itu selalu berubah isinya. Dan sepertinya Damian tidak memikirkan hal itu sekarang.

Buku itu terus dia baca dan selama itu juga hari bersiap akan malam yang tiba. Manik Damian mulai berat dan dia mulai menutup matanya berharap esok hari segera tiba. Tapi suara teriakan dari arah jam dua membuat Damian membuka matanya. Dia terlihat terkejut menatap ke arah jam dua yang memunculkan sihir berwarna biru terang.

Dia yakin bahwa itu bukan sihir milik Theo dan Damian langsung menuju ke sana untuk memastikan. Damian berlari melewati setiap pohon sampai dia melihat seorang wanita dengan jubah putih yang terluka cukup parah. Di hadapan wanita itu terdapat monster yang sama seperti yang Damian temui dengan Theo.

Entah ini hanya sebuah kebetulan atau tidak tapi Damian langsung mengeluarkan pedangnya dan menebas monster itu tanpa sepatah katapun. Wanita itu terkejut tapi dia juga merasa lega sampai seorang pria muncul dengan raut wajah kesal menatap Damian.

Merasa di tatap Damian membalas tatapan orang itu dan dia baru sadar bahwa pria itu adalah Theo.

"Akhirnya ketemu juga"

Apakah dia memang tidak bisa lepas dari Theo, padahal baru pagi tadi dia meninggalkan Theo tapi dia harus bertemu lagi dengan pria cerewet itu. Wanita yang terluka parah itu hanya bisa diam menatap kedua pria di hadapannya yang saling adu mulut.

Dia ingin berterima kasih tapi sepertinya waktunya tidak tepat dan wanita itu langsung menyembuhkan dirinya dengan tenang. Damian dan Theo sibuk sendiri dengan dunia mereka, saling mengejek dan saling mengumpat hanya karena sebuah masalah sepele. Tapi itulah yang membuat keduanya seperti seseorang yang sudah mengenal satu sama lain.

Walau sebenarnya, mereka bukan seseorang yang di anggap saling mengenal "kenapa kau datang lagi!!"

"Hei.. kau itu tidak punya rasa terima kasih ya!!"

"Memang, lalu kenapa?"

Theo terdiam menatap tajam Damian sebelum melirik seorang wanita yang tengah beristirahat. Theo mulai ingat jika dia datang ke sini untuk menyelamatkan wanita itu tapi dia malah melihat sihir hitam milik Damian makanya dia melupakan tujuan awalnya. Theo mendekat menatap wanita itu yang terlihat lebih baik.

"Apa kau baik-baik saja?"

Dasar, pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang tidak berguna untuk seorang wanita dan Damian langsung mencibir saat Theo mengatakan hal itu. Merasa di cibir Theo menatap tajam pada Damian yang berjalan mendekati wanita itu, Damian langsung berjongkok di hadapan wanita itu.

"Semua baik-baik saja oke, apa lukamu sudah sembuh?" ucap Damian membuat wanita itu mengangguk.

"Aku bisa menyembuhkan diriku sendiri, terima kasih untuk bantuannya" jawab wanita itu dengan senyuman yang membuat Damian ikut lega.

Damian langsung berdiri melirik Theo yang makin kesal. Dia jelas sadar bahwa Damian tengah mengejeknya sekarang tapi apa yang akan Theo lalukan selain diam tanpa mengatakan apa pun.

"Kalau begitu aku akan pergi, kau bisa pergi sendiri bukan?"

Wanita itu terdiam menatap takut akan mayat monster yang ada di sana. Dia kembali berpikir jika ada monster yang datang untuk membunuhnya, jelas dia bisa mati jika hal itu sampai terjadi "jika tidak keberatan apakah aku boleh ikut denganmu?" tanya wanita itu dengan kepala menunduk tidak berani menatap manik Damian yang terkejut saat ini.

"Aku bukan ingin menganggu. Hanya saja aku hanya seorang penyembuh yang tidak bisa bertarung, mungkin aku akan mati jika tidak ada kau yang membantu. Dan karena aku seorang penyembuh bukankah kau bisa menggunakanku saat kau terluka, aku pasti akan membantu dengan senang hati"

Wanita itu terlihat tidak memiliki harapan lain selain bergantung pada Damian, jika dia pergi sendiri dia tidak yakin bisa hidup lebih lama. Dia adalah orang yang baru saja masuk ke dalam hutan empat musim ini dan dia sendiri tidak tau sebabnya. Yang dia ingat, dia tengah berburu dengan dua temannya yang lain sampai dia kehilangan jejak kedua temannya itu.

Rasanya wanita itu ingin menangis karena tidak tau kenapa dirinya bisa masuk ke hutan yang terdapat banyak monster ini. Damian menghela nafas melirik Theo yang terlihat kasihan pada wanita itu dan akhirnya Damian mengulurkan tangannya membuat wanita itu tersenyum lebar.

Manik berwarna merah muda itu menyipit dengan lengkungan di bibirnya yang ke atas. Rasanya dia di beri kesempatan untuk hidup lebih lama dan wanita itu langsung meraih uluran tangan Damian "terima kasih"

Damian mengangguk dan menatap Theo yang langsung mendekat padanya "jadi Damian kau harus membawa kami oke" ucap Theo membuat Damian mengabaikan Theo.

Lagi-lagi Damian menggunakan sihirnya dan langsung mengikat Theo membuat Theo berteriak kesal "hei!! Damian kenapa kau jahat sekali padaku!"

Damian tidak peduli dan langsung berjalan meninggalkan Theo di ikuti wanita di belakangnya "oh.. tunggu siapa namamu?" tanya Damian merasa lupa untuk menanyakan nama wanita itu.

"Panggil saja Rin" ucap wanita itu membuat Damian sadar bahwa wanita itu tidak ingin mengatakan nama aslinya.

"Baiklah, panggil aku Damian seperti orang bodoh tadi"

Wanita mengangguk dengan tawa kecil merasa lucu akan sikap kedua pria yang dia temui saat ini "apa dia bukan temanmu?" wanita itu jelas penasaran karena sikap mereka yang terlihat dekat satu sama lain.

Mereka kembali berjalan "tidak! Dia hanya pria bodoh yang menyusahkan"

Theo kembali berteriak menyumpahi Damian yang mengatakan hal itu, jarak mereka yang masih tidak terlalu jauh membuat Theo bisa mendengarnya walau pelan "awas kau Damian!! Akan aku bunuh kau!"