Damian terlihat lelah dengan tubuh yang berbaring di atas rerumputan, dia terlihat tenang dengan manik yang tertutup mengabaikan gadis yang ikut bersamanya. Walau dia sedikit tidak menyukai kehadiran gadis itu tapi dia tidak bisa meninggalkan gadis itu di tengah hutan seperti ini.
Jika itu Theo, dia akan dengan senang hati meninggalkannya tanpa perlu berpikir dua kali. Dan Damian tidak peduli jika pria itu akan berhadapan dengan monster paling mengerikan sekali pun. Gadis itu tengah duduk menatap danau kecil yang begitu indah untuk dia abaikan.
Kedua tangannya saling memeluk tubuhnya mencoba menghalau udara dingin yang membuatnya kedinginnya. Sesekali gadis itu bersin membuat Damian terganggu dari tidurnya. Dengan manik yang masih berat untuk terbuka, Damian menatap gadis itu dengan pandangan menilai.
Dia menghela napas "sudah tau dingin kenapa tidak bilang!!" Damian memang tidak peka dan dia tidak suka harus bersikap peka pada seseorang, karena menurutnya itu adalah hal yang menyusahkan.
"Ah.. maaf, aku pasti mengganggu tidurmu" gadis itu terlihat tidak enak.
"Tidak apa, ayo pergi sebentar lagi malam" ucap Damian bangkit dari duduknya.
Gadis itu mengangguk dan mengikuti Damian yang berjalan di depannya. Mereka masihlah orang asing yang tidak sengaja bertemu dan keadaan yang canggung selalu saja hadir dalam keadaan seperti ini.
Keduanya melangkah mengabaikan suhu dingin yang sama-sama menusuk tubuh mereka. Pakaian mereka yang tidak bisa menghalau udara dingin itu membuat mereka harus bersiap dengan hal seperti ini.
"Maaf aku tidak punya pakaian yang hangat untukmu" ucap Damian melirik gadis itu yang langsung gelagapan.
"Tidak! Aku sudah merepotkanmu dan kau juga tengah kedinginan sekarang" sahut gadis itu dengan senyuman manisnya.
Dan Damian kembali fokus pada jalanan yang terlihat sama saja sejak awal. Hanya pohon dan pohon yang menjadi pemandangan di tempat itu dan Damian mulai jenuh dengan hal itu. Dia menghembuskan napas kasar mulai merasa lapar saat ini.
Dan gadis itu langsung mendekat, memberikan sebuah roti yang dia miliki untuk Damian "aku tau kau lapar" ucap gadis itu menatap Damian yang merasa senang.
"Terima kasih"
"Damian!!!!"
Keduanya langsung menoleh menatap Theo yang tengah berlari ke arah mereka, rasanya Damian baru berpikir bisa merasakan ketenangan abadi. Tapi nyatanya hal itu adalah sebuah harapan yang tidak akan tercapai sama sekali. Theo langsung mendekati Damian yang hanya bisa menatap malas akan kedatangan Theo.
"Kau mau mati!!"
Damian tertawa menatap mengejek pada Theo yang dengan percaya dirinya dia akan mati tanpa kehadiran pria itu. Bukankah itu adalah hal yang tidak masuk akal dan Damian langsung berbalik, berniat meninggalkan Theo sebelum dia terjatuh dengan Theo yang tertawa keras.
Damian terlihat marah, dia bangkit menatap tajam ke arah Theo yang masih tertawa penuh kesenangan. Rasanya dia ingin membunuh pria itu tapi dia jelas bukan seorang yang akan melakukan hal buruk seperti itu.
"Apa maumu!!" ucap Damian kesal.
"Apalagi selain ikut denganmu dan gadis cantik itu" jawab Theo tanpa merasa bersalah sama sekali karena sudah membuat Damian terjatuh.
"Memangnya kau tidak kasihan denganku yang harus pergi sendirian, apalagi kau berniat untuk keluar dari hutan ini jadi aku harus ikut" lanjut Theo.
"Siapa juga yang akan membawamu ikut!!" Damian jelas langsung menolak Theo yang pasti akan terus menganggunya.
"Kau jahat sekali, maaf soal apa yang terjadi. Aku juga sudah muak berada di tempat ini, bukankah tujuan kita sama jadi apa susahnya kau membawaku"
Damian menghela napas dan berniat mengeluarkan sihirnya sebelum gadis itu mendekati mereka "tujuan?" gadis itu bersuara menatap Damian dan Theo bergantian.
"Benar sekali, apa kau tau caranya keluar dari hutan ini?" sepertinya dia akan menemukan sesuatu dari gadis itu dan Theo berharap hal itu adalah hal yang baik.
Gadis itu terdiam menatap Damian yang juga menunggu jawabannya sebelum gadis itu mengeluarkan sebuah kalung permata miliknya. Kalung dengan permata ungu itu membuat kedua pria itu saling bertatapan, mereka jelas bingung akan apa yang di lakukan gadis itu.
Dan gadis itu langsung melepas kalungnya dan memberikannya pada Damian yang bingung akan maksud gadis itu. Gadis itu tersenyum menatap Damian penuh harapan "itu adalah kalung yang bisa membawa kalian keluar dari tempat ini"
Theo langsung merampas kalung itu dari Damian, raut wajah Theo terlihat berseri mengabaikan Damian yang bisa merasakan satu hal yang begitu tidak nyaman baginya "sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu yang lain?"
Gadis itu gelagapan dengan maniknya yang berusaha tidak menatap manik Damian, dia tidak percaya bahwa pria di hadapannya menyadari kegelisahannya. Padahal dia yakin pria itu bukanlah pria peka yang mau ikut campur dengan masalah pribadinya.
"Aku tidak bisa mengabaikannya jika masalah itu berasal dariku!"
Damian memang tidak peka pada perasaan orang tapi dia peka pada situasi dan hal itulah yang membuat Damian tau akan situasi buruk yang terjadi saat ini.
"Bukan seperti itu!! Aku hanya berpikir bahwa kita mungkin akan berpisah saat ini" ucap gadis itu membuat Damian menaikkan alisnya bingung.
"Aku tidak bisa ikut dengan kalian, ada hal yang harus aku lakukan. Maaf jika itu membuatmu kurang nyaman tapi aku berterima kasih karena sudah menolongku tadi"
Damian menghela napas lagi dan langsung mengambil kalung di tangan Theo membuat Theo berteriak kesal. Tapi Damian tentu saja tidak peduli, dia kembali memberikan kalung itu pada pemiliknya "aku tidak menerima balasan dari apa yang aku lakukan tadi! Ambil ini!!" ucap Damian langsung menyuruh Theo untuk pergi bersamanya.
"Tunggu!!"
Gadis itu tidak mengerti, padahal dia berniat baik untuk membantu Damian dan Theo tapi kenapa dia tidak mau. Rasanya dia sudah membuat kesalahan tanpa dia sadari dan hal itu membuatnya merasa tidak nyaman. Damian terus melangkah mengabaikan Theo yang masih mengumpat kesal karena sikapnya.
Sedangkan gadis itu masih melihat keduanya dengan harapan mereka akan kembali, tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi nyatanya mereka berdua semakin jauh untuk gadis itu lihat. Gadis itu menghela napas dan menunduk dengan tatapan sedu menatap kalungnya yang bersinar.
Di lain tempat Theo menghentikan langkah Damian berharap mendapatkan jawaban dari tindakan pria itu "kau itu kenapa? Bukannya bagus jika kita bisa keluar dari tempat ini?!"
"Lalu membiarkan gadis itu berada di hutan ini sendirian!!" sahut Damian menatap tajam ke arah Theo yang langsung terdiam di tempat.
Damian mengusak wajahnya kasar, menatap bulan yang begitu indah berbeda dengan yang ada di dunianya 'aku ingin kembali'