Matahari sudah tinggi tapi Damian masih saja sibuk dengan mimpinya dan Theo malah diam saja menatap ke arah langit yang terik. Kejadian semalam masih Theo pikirkan, ingatan soal gadis itu yang bertindak seakan dirinya memang tengah melarikan diri.
Bukan hanya insting semata tapi Theo jelas menyadari hal itu saat melihat manik sedu gadis itu di akhir pertemuan mereka. Mungkin saja alasan gadis berada di hutan empat musim juga karena kalung yang ada di lehernya. Dan Theo jelas bisa melihat batu apa di kalung gadis itu.
Batu legenda Negri Antalenta yang selama ini di incar oleh semua orang dan katanya batu itu di miliki oleh seorang Putri Kekaisaran. Theo terkejut, maniknya membulat karena baru menyadari hal itu. Kenapa dia tidak sadar bahwa batu di kalung itu adalah batu langka dan hanya ada satu di dunia ini.
Jika benar itu adalah batu langka, maka gadis itu adalah Putri Kekaisaran yang di nyatakan kabur satu bulan yang lalu. Batu pertama berwarna ungu gelap namun jika terkena sinar bulan akan memancarkan sinar keemasan yang begitu cantik.
Kenapa dia bodoh sekali dan membiarkan gadis yang dia yakini sebagai Putri Kekaisaran di hutan empat musim sendirian. Theo mengusak rambutnya dengan mata yang tertutup merasa kacau "Damian bangun!!!" teriak Theo mencengkram lengan Damian kuat.
"Hei!! Sakit tau!!!" Damian kesal dia jelas merasakan lengannya yang ingin patah karena tindakan Theo.
"Kita harus cari gadis itu" ucap Theo panik akan nasib Putri Kekaisaran yang kabur itu.
Damian menyentak tangan Theo dengan pandangan tajam, terlihat jelas dia kesal karena tidurnya di ganggu. Tapi yang lebih membuatnya makin kesal karena ucapan Theo yang sangat tidak berguna. Memang harusnya dia tidak meninggalkan gadis itu hanya saja dia terlalu malas beradu argumen semalam.
Dia lelah jika harus bertindak peka pada perasaan wanita, jelas dia adalah pria yang tidak peka akan perasaan wanita. Dan menurut Damian itu adalah hal yang menyusahkan dan menyebalkan baginya untuk dia hadapi.
"Dia Putri Kekaisaran Damian, apa kau tidak kasihan padanya yang seorang Putri ada di hutan penuh monster seperti ini" Theo terus menerus mengatakan sebuah kekhawatiran pada gadis itu tapi apa peduli Damian.
Memangnya dia bagian dari kekaisaran, dia hanyalah pria dari dunia lain yang tidak sengaja terjebak di sini karena gadis gila. Andai saja dia bisa menemukan gadis itu, pasti dia akan memberi pelajaran pada gadis itu dan membuat gadis itu tidak lagi melakukan hal tidak berguna seperti ini.
"Cari sendiri jika kau khawatir, aku ingin tidur" jawab Damian kembali berbaring karena menurutnya tidur adalah hal yang sangat menyenangkan baginya.
Apalagi di saat tidak ada monster yang menyerang mereka seperti ini dan Damian merasa bahwa ini adalah hari yang begitu menyenangkan baginya. Dia yang dulunya tinggal di dunia yang selalu mengejar harta sekarang malah di hadapkan dengan dunia yang tenang walau ada monster.
Tapi itu lebih baik dari pada dia harus terus-menerus memasang topeng dan bertindak seperti orang lain. Rasanya sangat memuakkan bahwa dia harus terlihat peduli dengan orang lain. Walau akhirnya hidup memang selalu seperti itu, tidak ada yang berubah banyak walau dia tinggal di dunia ini bukan.
"Semoga kau cepat mati!!"
Theo mengumpat setelah mengucapkan kalimat itu dan langsung pergi meninggalkan Damian yang tengah menyelami mimpi. Langkah Theo terlihat cepat dia sangat yakin bahwa gadis itu tidak akan pergi jauh. Dengan harapan gadis itu masih ada di sana.
Maniknya menelisik melihat sekitar yang hanya di isi oleh pohon dan pohon tanpa ada hal lain. Ini memang hutan tapi lama-lama Theo bosan jika harus melihat pohon saja di sini. Dengan hembusan nafas kasar Theo bisa melihat seorang gadis tengah terduduk dengan kedua tangan yang menyentuh sebuah apel segar.
Theo langsung berlari mendekati gadis itu yang terkejut akan kehadirannya "akhirnya ketemu" ucap Theo dengan senyuman paling lebar miliknya.
"Kau..!!"
Gadis itu terkejut menatap tidak percaya jika pria yang meninggalkan dirinya semalam mencarinya. Walau begitu maniknya mencari ke arah belakang pria itu, namun dia tidak menemukan yang tengah dia cari. Apakah mungkin jika pria itu akan mencari, sepertinya memang tidak akan pernah terjadi.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Theo menatap manik gadis itu yang terlihat kecewa.
"Iya"
Hanya jawaban singkat yang Theo dapatkan tapi Theo tidak peduli dan mengulurkan tangannya untuk di raih gadis itu. Gadis berambut hijau itu membalas uluran tangan Theo sebelum dia mulai berdiri dengan pandangan yang terpaku pada dua pria yang berdiri tidak jauh dari lokasi mereka.
"Nora, Harry" panggil gadis itu dengan manik kuning lemonnya yang berbinar senang.
"Putri Catherine, anda selamat" kedua pria itu berlari dengan raut wajah bahagia menghampiri keturunan Kekaisaran itu.
Dan Theo langsung tersenyum bahwa tebakannya benar, jika gadis itu adalah Putri Kekaisaran yang kabur satu bulan lalu. Dia memang terjebak di hutan empat musim tapi itu dua minggu lalu dan Putri Catherine sudah kabur saat ini.
"Ternyata dugaanku benar bahwa anda adalah Putri Kekaisaran" Theo tersenyum manis "senang bertemu dengan anda Putri" ucap Theo membungkuk memberi salam pada wanita itu.
Gadis itu langsung terkejut menatap tajam ke arah Nora yang dengan mudah memanggil namanya di saat ada orang asing di sekitar mereka. Apa yang harus dia lakukan sekarang, jelas dia akan di bawa ke Istana lalu akan di nikahkan pada anak Duke yang bodoh dan buruk itu.
Dia tidak mau berakhir buruk dengan menjadi istri dari pria bodoh itu, dan Catherine langsung bersembunyi di balik tubuh Harry yang sikap mengeluarkan pedangnya.
Theo terkejut menatap pedang panjang yang berada tepat di lehernya, tatapan Harry bergitu tajam dan Theo menyadari hal itu "ternyata kau berniat membunuhku, ternyata Damian memang benar jika mengkhawatirkan orang asing itu menyusahkan"
Theo mengatakan hal itu dengan sebuah tawa singkat akan kecerobohannya sekarang. Niatnya tentu baik ingin menolong gadis itu tapi nyatanya dia hanya akan di bunuh oleh pengawal gadis itu.
"Siapa kau? Dan apa maumu?" Nora menyahut dengan manik menatap tajam ke arah Theo yang mengangkat alisnya sebelah.
"Ah.. kau ingin tau, kalau begitu perkenalkan namaku Theo teman orang yang menolong gadis itu dari bahaya" ucap Theo menatap miris jika akhirnya dia akan mati hanya karena hal memalukan seperti ini.
Theo menghela napas dan langsung mengeluarkan sihirnya dengan senyuman lebar "sampai jumpa Putri"