Setelah hari itu Damian dan Theo kembali menyusuri hutan empat musim, banyak hal terjadi dari mulai para monster yang menyerang mereka. Sampai musim yang berganti tanpa henti. Keduanya tengah beristirahat sekarang, di tengah musim panas yang ada jelas Damian merasa lebih beruntung.
Pakaiannya masih sama seperti terakhir kali, tentu saja hanya kaos putih dan celana pendek. Dan sudah hampir satu bulan juga Damian terjebak di dunia aneh ini. Mau di kata dia gila atau aneh oleh Theo Damian tidak peduli karena dia memang seperti orang gila sekarang.
Setiap malam dia selalu mimpi bertemu dengan satu wanita yang sama dan yang lebih parahnya, wanita itu selalu mengatakan bahwa dia harus bertahan di dunia ini. Sebenarnya apa yang di inginkan wanita itu? Kenapa dia harus terjebak selama hampir satu bulan di tempat ini.
Apalagi dia juga terjebak di tempat aneh lagi, jika itu tempat seperti penginapan atau tempat yang banyak orang dan tidak bahaya mungkin dia akan lebih menerima apa yang terjadi pada dirinya. Tapi itu semua jelas hanya sebuah pemikiran hal yang tidak akan pernah terjadi.
Damian berteriak melempar sebuah batu secara asal, dia ingin kembali ke dunianya tapi kenapa tidak bisa. Kenapa hidupnya sangat buruk, sampai dia yakin bahwa dia tidak akan mungkin bisa bertahan lama di tempat ini jika tidak ada Theo.
Sepertinya dia belum pernah mengucapakan kalimat terima kasih pada Theo, ah.. ingatannya sangat buruk sekarang. Damian menghela napas kembali memakan ikan bakar dengan lahap.
"Lama-lama kau akan gila!"
Theo melirik Damian sebentar, dia sudah sering melihat tingkah Damian yang sangat aneh. Tapi lama-kelamaan dia khawatir akan kewarasan pria itu, lihat saja Damian yang tertawa saat dia mengatakan hal itu.
Sepertinya Damian memang sudah gila "kau itu seharusnya bisa lebih punya semangat untuk hidup, bagaimanapun kita masih belum tau cara untuk mengembalikanmu ke tempat asalmu bukan. Coba saja bersabar sedikit lebih lama lagi atau aku akan meninggalkanmu di sini saat kau benar-benar gila nantinya!"
Damian langsung menatap Theo tajam dengan pandangan kesal "sepertinya kau senang sekali jika aku gila!?" ucap Damian menatap Theo yang mengangkat bahunya malas sebelum kembali fokus makan.
Suara decakan terdengar dengan Damian yang langsung bangkit, langkah kakinya mendekati sebuah pohon dan melompat menaiki pohon itu. Maniknya mengamati sekitar karena merasa ada yang aneh dan ternyata benar. Ada kawanan monster yang berjalan ke arah mereka.
Damian terkejut, dia melompat ke bawah bergegas mendekati Theo yang terlihat mengabaikan dirinya.
"Jika kita tidak pergi sekarang, maka kita akan mati!"
Theo langsung menatap Damian dengan pandangan kesal "sepertinya kau memang sudah gila" jawaban Theo menjadi sebuah hal yang sangat Damian benci.
Damian tidak peduli, mengambil bukunya dan lari meninggalkan Theo sendirian sekarang. Terserah apa yang akan di lakukan Theo nantinya, yang terpenting dia sudah memberi tau bahwa ada monster yang mendekat. Damian bersembunyi di dalam semak-semak.
Dia berharap bahwa para monster itu tidak akan menemukan dirinya, tapi yang dia takutkan akhirnya terjadi. Terdengar suara teriakan Theo yang sangat nyaring, itu salahnya sendiri yang tidak mau ikut berlari tadi. Lihatlah Theo yang menjadi kejaran para monster itu.
Damian tertawa merasa lucu akan apa yang dia lihat sekarang, Theo yang berlari menghindari kejaran para monster itu sangat menghibur dirinya. Dia pastikan perutnya akan sakit jika terus menahan tawanya seperti ini.
"Dasar Damian!! Dimana kau! Pria gila!! Kenapa kau kabur tanpa diriku!!"
Akhirnya tawa itu terdengar nyaring membuat para monster menatap ke arah semak-semak. Sepertinya dia akan mendapatkan masalah sebentar lagi, dan benar saja ada seekor ular aneh yang langsung bergerak mendekati dirinya.
Damian mengeluarkan pedangnya, tangannya dengan cepat menebas para monster yang mendekat ke arahnya. Darah mulai membasahi tempat itu dan Damian merasa kesal karena Theo dia akhirnya ketahuan. Niatnya dia tidak ingin bertarung tapi karena kesalahannya dia harus menggunakan semua energi dari ikan bakar tadi.
Melihat apa yang di lakukan Damian membuat Theo langsung bersiap menyerang juga. Keduanya bekerja sama dengan baik dengan banyak monster yang mati, mereka saling bertatapan sebelum memalingkan wajahnya mereka dengan suara jijik.
"Kau itu! Kenapa tidak bilang jika ada monster. Apalagi sebanyak itu juga! Kau gila hah..!!"
Theo mendengus memberikan tatapan tajam pada Damian yang tidak peduli akan apa yang dia lakukan. Siapa suruh mengatakan dia gila, padahal dia sudah baik memberi tau soal kumpulan monster itu tapi dia di kira gila. Damian langsung melangkah mendekati satu monster yang memiliki cahaya aneh.
Dia sudah menyadarinya sejak awal dan menurutnya ini sangat aneh dan Damian bergerak mengambil benda bercahaya itu. Tangannya penuh darah tapi Damian lebih fokus pada apa yang dia genggam sekarang. Batu kristal berwarna biru terang.
"Kristal?"
Damian menoleh melirik Theo yang sangat penasaran "jauh-jauh sana!"
Theo mendengus dan langsung mengamati semua mayat monster itu, dia jadi penasaran akan apa yang di dapatkan Damian. Entah kenapa dia yakin bahwa itu bukan kristal biasa. Kedua kakinya melangkah menjauh melewati setiap mayat monster yang tidak menunjukkan hal aneh.
Apa hanya ada satu? Kenapa Damian yang harus menemukannya. Dia yakin jika kristal itu di jual pasti dia akan langsung kaya, tapi jika berurusan dengan Damian maka lebih baik dia mundur saja "hei.. kau beruntung tau. Sebaiknya kristal itu kau jual saja pasti akan dapat banyak uang untukmu tinggal di dunia ini. Ini hanya saran dariku, jika tidak suka ya sudah"
"Boleh juga, sepertinya itu ide bagus sampai aku menemukan cara untuk kembali"
Theo mengangguk setuju dan langsung mendekati Damian yang menyimpan kristal itu di saku celananya "baiklah! Bagaimana jika kita mencari buah aku lapar nih" ucap Theo mengelus perut ratanya yang berbunyi.
Satu hal yang Damian tau setelah hidup bersama Theo selama ini, yaitu dia akan lapar setelah menghabiskan mananya. Dan Damian harus selalu sabar untuk tidak membuang Theo ke jurang. Keduanya langsung pergi mencari buah yang bisa mereka nikmati.
Manik Theo terlihat begitu fokus sampai dia menemukan sebuah pohon dengan buah kecil berwarna merah. Yang paling terkejut adalah Damian karena itu adalah stroberry.
"Stroberry!"
"Oh.. kau tau buah ini?" tanya Theo melirik Damian dengan tangan yang sibuk makan sekarang.
"Itu ada di duniaku"
Theo mengangguk dan kembali makan dengan tenang mengabaikan Damian yang memilih beristirahat sejenak. Namun suara langkah kaki membuat mereka bangkit, bersiap menyerang.