Saat saya mengingat semua memori itu menjadi sedih dan teringat bagaimana itu bisa terjadi dan kenapa bisa terjadi di tempat biasa saya dan dia bertemu. Ingin mengulang kembali memori itu tapi tidak bisa, hanya bisa mengenang dan mengingatnya. Sampai saya disadarkan sama teman bahwa saya harus pulang. "Ayok pulang sudah hampir gelap, belum lagi dijalan". Panggil temanku dengan suara yang keras dan membalas berkataannya dengan suara lembut "Baiklah, go". "Jika besok kamu ingin kesini lagi boleh saja. Tapi kamu jangan terus menerus kesini. Apa kamu tidak capek memikirkan yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Lebih baik kamu fokus saja sama tujuan yang mau kamu capai. Oke". Memberi saran dan nasehatiku dengan suara lembut ditambah dengan senyumannya yang manis. Kujawab dengan suara serak dan putus asa "Baiklah, Aku usahakan agar aku tidak lagi datang kesini. Kamu benar lebih baik aku fokuskan bekerja dan mencapai semua impian dan keinginanku. Terimakah atas saran dan nasehatnya sayangku". Aku pun memeluknya dengan membalas senyumnya dan dia membalas pelukanku. Dia pun menggelengkan kepalanya karena tingkah ku yang seperti ini. "Mudah-mudahan, tapi harus diingat ya. Jangan hanya ucapan saja. Kalau kamu ingkari awas kamu". "Baik lah baiklah sayangku yang manisku ini". Menyiakan sekaligus berkata dalam hati "Mudah mudah saja itu terjadi". "Yah udh kita pulang sekarang". Kami pun pulang dengan menggunakan mobil, sampailah kami dirumah. Yah rumah pemberian kantor. "Kamu mandi sana, biar tidak bau tau" menyuruh saya mandi. "Baiklah, tapi kamu juga mandi ya biar tidak bau. Masa iya aku saja yang wangi kau tidak" menjawab dengan gurauan yang membuat saya tertawa tetapi itu membuat dia kesal dan marah. "Kamu ya, mandi sana, cepat" Membalas dengan suara yang keras dengan mendorongku kekamar mandi dengan kuat. "Sakit tahu, saya tahu saya mau mandi tapi jangan didorong dorong kali" dengan membalas ketus ditambah kesal.