Teman Sekelas Baru

Teman sebangku Jiang Lingzhi sebelumnya selalu perempuan. Ini adalah pertama kalinya dia berada satu meja dengan siswa laki-laki. 

"Hai, Jiang." Siswa laki-laki itu terlihat tidak nyaman berada di dekatnya.

Jiang Lingzhi tersenyum sopan. "Halo."

"..."

Kemudian hanya ada keheningan...

Obrolan yang canggung itu tidak berlanjut lagi.

Di bagian depan, belakang, kiri, dan kanan tempat duduk Jiang Lingzhi yang sekarang, tidak ada satu siswa pun yang ia kenal. 

Ada dua siswa laki-laki di depan dan dua kursi kosong di belakang. Di salah satu meja itu, terdapat buku di atasnya, namun tidak ada orangnya. Mungkin hari ini orang itu sedang izin tidak masuk sekolah.

Karena tidak ada Wen Yujing di dekatnya, Jiang Lingzhi semakin tidak banyak bicara.

Hao Weiwu masih belum kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran.

Jadi, jam pelajaran ini diisi dengan kegiatan belajar mandiri. Bukannya Kak Weiwu, yang datang ke kelas mereka justru orang lain 

Pada saat ini, Jiang Lingzhi sedang mengerjakan kisi-kisi soal ujian masuk perguruan tinggi.

Ketua Kelas duduk di depan kelas untuk mengawasi kedisiplinan teman-temannya.

Tapi, suara bising para siswa yang saling mengobrol lirih tidak juga berhenti.

Teman sebangku Jiang Lingzhi mungkin masih merasa malu. Dia tidak mengajaknya bicara sama sekali.

Dia akhirnya mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu pada Jiang Lingzhi.

"Emm ..."

Baru saja dia mengeluarkan suara, suasana di kelas tiba-tiba menjadi sunyi.

Seperti sekelompok ayam yang sebelumnya berkokok, tiba-tiba tenggorokannya terjepit. 

Tanpa aba-aba, semua suara spontan menghilang.

Jiang Lingzhi menghentikan gerakan tangannya yang sedang memegang pena dan menulis. Dia hendak bertanya kepada teman sebangkunya apa yang terjadi. Jiang Lingzhi menoleh dan menyadari bahwa teman sebangkunya sedang memperhatikan sesuatu. Dia pun reflek mengikuti arah pandang temannya itu.

Dia menyapu pandangannya ke sebagian besar kelas.

Seorang siswa laki-laki bertubuh jangkung dan ramping sedang berdiri di pintu kelas. Dia mengenakan kemeja putih, celana panjang hitam, dan tas sekolah hitam tersampir di bahunya.

Rambut hitamnya yang lurus alami menjuntai ke bawah, siluet wajahnya tampak jelas, setiap detail fitur wajahnya sangat unggul, serta matanya berwarna terang. Dia terlihat malas dan begitu acuh.

Dia mengangkat pandangan matanya dan melihat ke sekeliling, namun dia tidak menemukan guru di dalam kelas. Dia mengangkat alisnya, lalu langsung berjalan ke kelas.

Alhasil, gerakan para siswa kelas 2-7 semua serentak seragam.

Mata mereka semua bergerak mengikuti siswa baru yang sangat tampan ini.

Kecuali Wen Yujing, yang duduk di barisan pertama paling tengah. Gadis itu terlihat tidak tenang.

Sial, yang benar saja?!

Bukankah murid pindahan baru itu sudah kelas 3 SMA? Mengapa malah masuk kelas 2? !

Terlebih lagi, dia masuk ke kelas mereka! Sungguh sangat sangat sangat tampan sekali!

He Dixian, yang duduk di depan kelas, adalah yang pertama bereaksi. Dia berdiri menghentikannya. "Anak baru, apa kamu salah kelas?"

Dia juga tahu kalau akan ada anak baru pindahan ke sekolah mereka, namun juga mendengar kabar kalau siswa tersebut sudah kelas 3 SMA. 

Siswa baru itu adalah Li Shunan. Sosoknya yang tampan berjalan menghampiri He Dixian. Karena badannya lebih tinggi, dia menunduk menatap Ketua Kelas dengan mata yang hanya setengah terbuka, lalu dia berujar santai, "Apakah ini bukan Kelas 2-7?"

He Dixian tertegun, lalu segera tersadar. "Ya, benar, Kelas 2-7."

"Oh." Li Shunan menjawab dengan malas. Dia melewati tubuh He Dixian begitu saja dan berjalan menuju meja kosong di kelas. "Berarti aku tidak salah masuk kelas."

Setelah suasana kelas hening selama hampir 5 detik, tiba-tiba terdengar suara komentar-komentar para siswi perempuan yang tak terelakkan.

"Waaaahhh… sangat… tampan… sekali!"

Begitulah reaksi kekaguman para siswi perempuan

"Ya… Tuhan! Bagaimana… bisa... pria itu... sangat... tampan!" Mereka sengaja bicara dengan penuh penekanan karena tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka.

"Tubuhnya sangat tinggi. Ketua Kelas saja, yang tingginya 170 cm, masih harus mendongak untuk melihatnya!"

"Wahhhhhh..."

Sedangkan komentar para siswa laki-laki, "Emm, dia terlihat sangat tidak asing."

Apalagi wajahnya yang sangat angkuh itu. Bahkan meski dia telah pergi selama dua tahun, beberapa orang masih dapat mengingat ciri khasnya itu.

"Hai… Bukankah dia ini itu? Emm siapa? Aduh, itu loh?!"

"Sial," seru salah satu siswa, "Ketua berandal dari distrik kota tua, Li... Shu... Nan!"

Mungkin ada yang tidak mengenalnya, tapi sebagian besar dari mereka pasti sudah tidak asing mendengar namanya ini.

Ketua geng berandal yang sangat legendaris.