Takdir Macam Apa Ini?

Suara ricuh komentar para siswa dan siswi tidak berhenti dan melingkupi seluruh kelas dalam sekejap.

Ketika mendengar para siswa sekitarnya membicarakan tentang murid baru, Jiang Lingzhi baru menarik kembali perhatiannya.

Dia seketika tampak seperti orang bodoh begitu melihat kemunculan pria itu di pintu kelasnya.

Siswa laki-laki dari sekolah sebelah, SMA 36, tiba-tiba datang ke sekolah, terlebih lagi masuk ke kelasku! 

Takdir macam apa ini?

Gumam Jiang Lingzhi di dalam hatinya.

Laki-laki itu terlihat malas-malasan seperti biasanya. Matanya selalu tampak tidak terbuka sepenuhnya, dan dia menyampirkan tas hitam ke salah satu bahunya. Dia sedang berjalan dengan malas menuju baris belakang kelas.

"Wow wow, dia datang ke sini!!" Bocah itu berbisik pada teman disampingnya. "Hei, auranya terlalu kuat!"

Jiang Lingzhi duduk di kursi sambil masih memegang pena di tangannya dan menatap Li Shunan. Otaknya seperti berhenti bekerja.

Pikiran pertama yang muncul di kepalanya pada saat ini sebenarnya adalah…

Mungkinkah laki-laki ini datang ke sini untuk menemuiku dan meminta uang ganti 400 yuan itu?

Setelah mendengar percakapan antara Li Shunan dan Ketua Kelas, Jiang Lingzhi baru tersadar dari pemikirannya.

Laki-laki itu mencari Kelas 2-7.

Jadi, ternyata dia adalah siswa pindahan baru di kelas ini?!

Li Shunan berjalan perlahan ke belakang kelas dan menyapu pandangan ke arah belakang kelompok baris keempat, seolah dirinya hanya melihat meja yang kosong.

Dia menyusuri jalan di antara kedua baris meja. Sosoknya yang tinggi langsung melewati Jiang Lingzhi begitu saja.

"Mungkinkah dia akan duduk di belakang?"

"Brengsek, ini menakutkan. Dia benar-benar duduk di belakangku. Aku tidak berani bicara lagi."

Telinganya mendengar suara obrolan teman sebangkunya sedang mengobrol lirih dengan siswa di meja depan. 

Jiang Lingzhi menurunkan pandangan dan menatap ujung penanya. Dia tidak mengubah sebutannya pada laki-laki itu dari 'bos sosialita' menjadi 'teman sekelas baru'.

Buku fisika yang dia tekan di bawah tangannya tiba-tiba diambil oleh jari-jari yang memiliki tiap persendian yang jelas.

Jiang Lingzhi seketika tertegun.

"Jiang Lingzhi." Terdengar suara malas yang memiliki daya tarik yang khas. Nada rendah dan serak bercampur dengan rasa yang sedikit menggoda.

Jiang Lingzhi selalu menulis namanya di halaman pertama setiap buku pelajarannya.

Benar saja. Setelah buku itu dibuka, langsung terlihat namanya di sana.

Tulisan tangan gadis itu sangat halus, rapi dan indah.

Tiga kata keluar dari mulut laki-laki itu, 'Jiang Ling Zhi'. Entah kenapa, suaranya membawa rasa kasih sayang yang menyentuh dan kesan tersendiri yang sulit dilupakan.

Hati Jiang Lingzhi sedikit bergetar. Dia menoleh dan menatap mata laki-laki itu.

Li Shunan berdiri di samping mejanya. Tubuhnya yang ramping, namun tidak terlihat lemah, mengenakan kemeja putih kasual. Penampilannya tampak bersih dan rapi.

Sudut bibitnya naik menunjukkan senyuman kecil. Dia menutup buku itu dan meletakkannya di meja Jiang Lingzhi. Dia berujar seperti seorang tuan muda yang urakan, "Bisnis kelompokmu sangat sibuk, tapi kamu masih bisa meluangkan waktu untuk mengikuti pelajaran. Sungguh luar biasa."

Jiang Lingzhi masih diam.

Dia merasa seolah tersedak untuk beberapa saat dan benar-benar tidak tahu harus merespon apa.

Kelompok, maksudnya kelompok pembohong?

Laki-laki ini benar-benar terobsesi memberi Jiang Lingzhi julukan ini!

Semua orang di kelas sedang menatapnya dengan tatapan tercengang. Li Shunan berdiri tegak dan berjalan kembali ke bangkunya dengan senyuman yang tak pudar di matanya.

Pemandangan ini berhasil membuat semua teman sekelas sangat terkejut.

Meskipun tidak jelas apa yang Li Shunan katakan, namun interaksi antara keduanya itu sudah cukup untuk membuat mereka terkesiap.

Apakah mereka saling kenal?

Ya Tuhan, hal mengejutkan apa lagi ini!

Satunya siswi cantik, berkarakter baik, dan berprestasi dalam segala bidang, sedangkan yang satunya adalah siswa pindahan pemimpin geng yang dianugerahi paras tampan yang luar biasa tiada tanding.

Dilihat dari segi manapun, sulit untuk dipercaya bahwa ada hubungan di antara mereka.

Sontak, kelas pun menjadi sunyi senyap, tanpa ada suara apapun.

Li Shunan tetap berdiri di depan deretan kursi kosong di belakang Jiang Lingzhi. Dia mengetuk meja dengan jari-jarinya yang memiliki persendian menonjol itu, lalu berkata dengan santai, "Apa ada orang yang duduk di sini?"