"Paok" adalah bahasa jawa, bisa di artikan bodoh atau goblok
Saya tidak tahu apakah ini bagus di ceritakan atau tidak...
Tapi kata "paok" ini terdengar berbeda jika Ayah saya yang ucapkan.
Semua yang saya lakukan jika gagal atau tidak berhasil atau belum benar saya lakukan, maka Ayah saya selalu bilang, "Paok, koyo ngono kok ra biso"( bodoh! Seperti itu kok tidak bisa) sambil tertawa atau kadang sinis. Itu kebiasaannya yang sering membuat yang lain juga malah tertawa..
Kalau di bilang saya tidak sakit dan sedih, maka saya bohong...
Kadang saya jadi berpikir, apa saya sebegitu "Paok nya" dan mempertanyakan kemampuan diri sendiri?
Bukan hanya saya, Bahkan kata "Paok" ternyata juga meluncur kepada saudara yang lain juga..
jadi saya sedikit tenang, 'oh, ada temennya yang sama' haha
But, ada tapinya...tiap orang mengekspresikan kasih sayang berbeda-beda. Saya hanya berpikir mungkin Ayah saya hanya bisa mengekspresikan itu untuk membuat anak-anaknya tidak patah semangat. Ayah saya selalu berkata "jika orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa?!" yeah, itu benar... tapi di sisi lain porsi kemampuan manusia itu berbeda-beda. Kita unggul di satu sisi sementara yang lain unggul di beberapa aspek lain juga. Porsi kita tidak bisa sama.
Patah semangat? tidak! Kebiasaan berkata itu menjadi hal yang lumrah. Orang yang baru pertama kali dengar mungkin akan sedih dan miris.....
Bagaimana tidak? ada yang berpikir ucapan orang tua adalah doa?! Apa iya, Ayah saya mendoakan saya bodoh ya?!
Jika mengacu pada psikolog " mungkin" tidak boleh mengajarkan anak atau menjudge anak yang buruk, justru kata motivasi dan apresiasi perilaku itu penting setiap melakukan kebaikan atau kebenaran perilaku. Jika salah atau belum benar jangan sekali-kali membunuh rasa percaya dirinya..
Setiap didikan orang tua memang beda. Pola mereka berbeda... Orang tua saya punya idealnya sendiri... dan tipe orang yang tidak akan bilang "sayang, cinta, dan senang" secara langsung...
Ayah bukan tipe orang yang akan mengunggulkan anaknya dan bercerita pencapaian kesuksesan anaknya pada emak-emak atau bapak-bapak tetangga. Justru malah sebaliknya bercerita bahwa anaknya tidak pintar, kadang bodoh dan ceroboh.. dan hanya beruntung saja akhirnya dapat bekerja.. .(serius berkata begini loh..hehe)
Mungkin juga berharap agar anaknya tidak menjadi sombong dan tinggi hati dengan berkata seperti itu. Selalu rendah hati dimanapun berada, karena di atas langit masih ada langit...
Haha kadang lucu saja... Ayahku tidak pernah mendeklarasikan anaknya sukses dan berhasil.. hehe mungkin tidak percaya diri ya... hmmm.. anak-anaknya tidak seburuk itu kok...
Saya pun sudah tidak menginginkan pengakuan di sebut sukses atau anak pintar dan berbakti. Waktu kecil saya akan menangis dan marah.. tapi Semakin beranjak dewasa, berusaha memahami itu semua dan menjadi pengertian untuk orang tua. Kadang kasih sayang memang tidak mereka ucapkan, walaupun sulit di mengerti... tapi akhirnya saya yang menjadi pengertian untuk mereka.
Itulah gunanya mengapa di dunia ini ada yang namanya "orang yang pengertian" dan berusaha memahami situasi orang lain...
Apa kamu pernah tidak mau tahu, pokoknya titik, no debat! Dia salah ya salah, saya pokoknya yang paling benar!?
Tapi tidak semua bisa begitu bukan? Bahkan yang paling sensitif soal agama, kita tidak boleh menganggap bahwa diri ini paling benar...