"Pagi ...," sapa Aga tiba-tiba mensejajari langkahku. Dia tersenyum terus sambil menatap.
"Pagi. Udah berangkat? Tangan kamu gimana?" tanyaku dan melihat lengannya diperban.
"Aman kok. Kecil gini doang mah."
"Kecil gitu tapi darahnya banyak ih!" timpal ku, lalu meraihnya dan memeriksanya sendiri.
"Udah nggak apa - apa kok, Si."
Aku tidak menanggapi perkataannya, hanya terus memeriksa perban tebal itu. Kami pun berhenti berjalan sesaat. Setelah yakin kondisi tangan Aga sudah membaik, aku hanya menarik salah satu sudut bibir lalu kembali berjalan menuju kelas.
"Si! Di panggil Bu Retno," teriak Imam yang berjalan dari arah ruang guru.
"Ngapain?" tanyaku heran. Untuk apa Bu Retno sepagi ini mencari ku.
"Mana ku tau," sahut Imam sambil mengangkat kedua bahunya. Di tangannya ada setumpuk buku LKS yang sepertinya akan dia bawa ke kelas kami. "Ga! Bantuin! Berat nih!" pinta nya setengah memaksa.
Aga segera mendekat, "Gitu aja minta bantuin," gerutunya.
"Berat tau!"