Pengejaran

Sebenarnya ada alasan khusus kenapa Crayon akhirnya memilih untuk duduk pada salah satu kursi yang berada di free area. Mengabaikan detailnya, sejak tadi dia berjalan, tentu saja bukanlah hal yang sulit saat dirinya menyadari kalau seseorang sedang mengikutinya tanpa izin.

Tentu aneh, dia hanyalah pendatang baru yang masih tinggal di hotel sementara waktu untuk mencari tempat tinggal yang seharusnya. Selain itu, sulit jika memikirkan kemungkinan lain seperti ada seseorang yang menyukainya tiba-tiba atau semacamnya. Tidak mungkin bahkan melihat pada beberapa jam yang lalu di mana dia sedang sekolah, itu adalah hari pertamanya yang tidaklah istimewa. Memang ada beberapa orang baru yang dikenalnya, tapi dia tidak mencari masalah.

Demikian faktanya, tidak ada alasan khusus kenapa dirinya harus dibuntuti oleh seseorang. Mungkin bukan masalah besar jika itu masih dalam batas wajar, tapi entah kenapa ada niat membunuh yang bisa dirasakan. Bau logam dan bubuk mesiu juga bisa tercium dengan mudah meski jarak yang memisahkan sudah cukup jauh, itu mustahil disembunyikan dari seseorang yang mempunyai indra penciuman jauh melebihi anjing.

Orang yang mengikutinya mungkin memang sudah ahli, seharusnya pernah berhasil menyelesaikan beberapa tugas yang serupa. Hawa keberadaan orang tersebut seolah ditekan sekecil debu sehingga mangsanya menjadi sulit untuk sadar, Crayon adalah pengecualian yang tak terbantahkan. Dia bisa menduga di mana seseorang yang dimaksud sedang bersembunyi, meskipun titik buta mata menutupinya sesekali.

Sementara itu, kini Crayon hanya diam saja seolah sedang bersantai. Melakukan semacam provokasi bukanlah sesuatu yang biasa dilakukannya, jadi dia berniat untuk beraksi setelah menerima sebuah pemicu. Tapi berpikir cara tersebut akan berhasil, sepertinya dia terlalu naif, sebab orang yang mengikuti bahkan tetap pada posisinya.

"Dasar, merepotkan saja."

Kalimat tersebut keluar setelah dia membiarkan waktu berlalu tanpa melakukan apa pun. Itu hanyalah sebuah gumaman yang mewakilkan rasa bosannya, tidak lebih.

Merasa semuanya tidak akan mencapai tahap selanjutnya, dia memutuskan untuk menghampiri mesin minuman otomatis yang terletak tidak jauh darinya. Sesampainya di sana, dia mengambil sebuah kartu; Kartu Identitas, lalu menggesekkannya sebagai alat pembayaran yang sah berdasarkan hukum yang berlaku.

Minuman yang dipilihnya memiliki rasa manis yang aneh, begitulah pendapatnya pada tegukan pertama. Dia tidak heran kenapa bisa demikian, karena dari kemasannya saja sudah diperlihatkan bahwa minuman tersebut berasal dari susu sapi yang diolah. Mungkin sebaiknya dia memilih minuman rasa buah, mengingat yang semacam itu akan sangat sesuai jika melihat pada langit yang sedang memasuki sesi akhir dari siang hari.

Ketika menoleh ke samping, ada alat patroli otomatis yang memasuki jangkauan pandangan matanya. Itu sebuah benda kecil yang multifungsi. Menyadarinya, dia melakukan beberapa percobaan dengan melemparkan kemasan minumannya yang volume di dalamnya sudah tidak terisi cairan pada lantai di bawah kakinya.

Saat itu, alarm peringatan langsung berbunyi, berasal dari benda elektronik yang dinamai dengan Mini FF 'Flat Floor' tersebut.

Layaknya sirene ambulans yang berkelap-kelip, membuat area di sekitarnya dipenuhi cahaya kemerahan yang menyala-nyala. Itu membuat Crayon menyelipkan seringai tipis pada wajahnya yang biasanya tanpa ekspresi. Akhirnya dia mengambil sampahnya kembali kemudian membuangnya pada tempat yang seharusnya.

Angin sepoi menyapa saat dia mulai menatap gedung yang menjulang tinggi dengan mata sayu. Sementara itu, sudah ada rencana khusus di kepalanya terkait apa yang seharusnya dia lakukan untuk mengatasi orang yang dari tadi membuntutinya. Jadi pertama-tama, yang perlu dia lakukan hanyalah berjalan dengan normal melalui trotoar yang terletak tidak jauh darinya.

Mengabaikan keberadaan orang-orang di sekitar, baik yang searah maupun yang bertolak belakang dengannya, sesuai yang sudah diperkirakan, predator yang mencoba memangsa buruannya kini malah menjadi mangsa itu sendiri. Sebenarnya niat Crayon adalah untuk memancingnya ke tempat tertentu yang dirasa cocok, dan kemungkinan itu akan berhasil.

Setelah menemukan tempat yang dimaksud, dia memasukinya; sebuah gang yang terbentuk karena bangunan tinggi yang menciptakan celah sekitar 3 meter.

Di sana tidak ada siapa pun, sensasi diikuti di tengah keramaian orang yang berlalu-lalang telah hilang sepenuhnya. Tumpukan sampah yang menjulang dari tong logam tampak mencolok di sisi dinding, bau yang berasal dari sana dapat membuat hidung manusia mengernyit. Meski sebenarnya meletakkan tong sampah di suatu gang tertentu seolah dianggap membantu, pada dasarnya tidak sama sekali, itu menciptakan peluang bagi pihak yang tidak bertanggung jawab.

Ketika melalui sisi gelap dari kota maju yang sedang ditempatinya, Crayon hanya sesekali menoleh tanpa memberikan kritik maupun saran agar manusia bisa lebih menjaga perilakunya. Beberapa meter dari tempat masuk pada gang tersebut, terdapat belokan ke kanan. Dinding yang menghadang di depan matanya, dihiasi gambar dan kalimat dengan maksud yang beragam, hanya coretan-coretan yang tidak berguna keberadaannya. Mengabaikan itu, lagi-lagi Crayon menemukan belokan, kali ini ke kiri. Tapi berbeda dari sebelumnya, jalan lurus masih tetap ada, dia tidak diharuskan berbelok jadi memutuskan untuk melewati arah yang sama.

Crayon berpikir kalau dia telah menemukan tempat yang sesuai, tentu niat awalnya hanya untuk menjauhkan si pengikut tanpa izin dari keramaian, begitu juga dirinya sendiri. Karena yang demikian telah tercapai, dia menghentikan langkahnya dan pada saat yang bersamaan berbalik menghadap belakang.

Terkhusus pada orang yang mengikutinya, rencana utama Crayon baru saja akan dimulai. Tidak bisa dikatakan bodoh, seperti kenapa dia lebih memilih di tempat sepi daripada keramaian atau semacamnya. Di sini, terdapat keyakinan kalau dirinya mampu mengalahkan orang yang membuntuti dengan mudah jika keadaan memang mengharuskan. Di lain sisi, tentu saja bagi musuh hal tersebut akan menjadi sebuah keuntungan. Tidak ada yang tahu dengan jelas tujuan musuh untuk sekarang, jadi berbagai kemungkinan bukan tidak mungkin bisa terjadi.

"Apa kau butuh sesuatu dariku?" tanya Crayon yang kesulitan memasang tudung jaket ke kepalanya karena ukuran rambutnya. "Cepatlah keluar."

Dari kejauhan, lebih spesifiknya pada jalur yang tidak dilalui oleh Crayon, muncul seseorang dengan topeng rubah di wajahnya. Setidaknya dari tampilannya yang sekarang, kemungkinan besar atau mungkin sudah pasti adalah seorang perempuan. Terbukti dari caranya berpakaian, dia mengenakan baju ringan yang terbuka di salah satu bahunya, serta sebuah rok pendek polkadot yang tidak bisa menutupi secara keseluruhan lekuk tubuh bagian bawahnya yang ideal. Terlepas dari penampilan, sepertinya dia memang seseorang yang ahli dalam menangani kasus yang sedang terjadi sekarang, sebab di balik roknya, dia menyembunyikan beberapa senjata berbahaya yang dapat digunakan olehnya nanti.

Kini, senjata yang digunakannya sembari berjalan mendekati Crayon adalah sebuah pisau bermata satu. Tidak ada penutup yang membungkus benda tajam tersebut, tapi juga tidak ada kilauan pada bilahnya yang terpantul karena sinar matahari. Setidaknya semua itu sudah cukup menurutnya untuk membunuh laki-laki di depannya sekarang.

Dengan frekuensi langkah yang dipercepat, dia menuju ke arah Crayon sementara tangannya bersiap untuk menusuk. Namun sayangnya, serangan pertamanya gagal total saat tangannya tertahan oleh cengkeraman yang berasal dari orang yang sedang diincarnya. Dia sempat mencoba sebisa mungkin untuk menarik kembali tangannya, tapi tenaga laki-laki sepertinya masih jauh lebih kuat. Sehingga setelah cengkeraman pada lengan bawahnya ditingkatkan, yang bisa dia lakukan hanyalah merasakan sakit yang terpaksa membuat pisaunya terlepas dari telapaknya.

Tidak menyerah hanya karena kehilangan kendali atas tangannya, akhirnya dia melakukan tendangan vertikal ke atas dengan menggunakan kaki kirinya. Apa yang diincar olehnya adalah dagu dari laki-laki di depannya, tapi Crayon menghindari itu dengan hanya menggerakkan kepala ke samping.

Tanpa sengaja pemandangan indah di balik rok tercipta.

Dia; orang yang baru bisa dipastikan jenis kelaminnya, langsung dengan cepat menutup kesempatan untuk melihat pemandangan tersebut. Berniat mundur dengan sebuah tolakan penuh ke belakang, usahanya gagal karena pada saat yang bersamaan Crayon mengayunkan salah satu tangannya ke tubuh bagian sampingnya.

Sebenarnya, yang Crayon lakukan tidaklah sesederhana apa yang terlihat. Meski dia melakukan gerakan tersebut tanpa menyertakan gerakan tidak perlu lainnya serta dengan ekspresi yang tidak berubah, pada saat-saat terakhir di mana tangannya menyentuh area yang ditargetkan dia mengubah tujuan yang seharusnya terjadi. Sehingga yang awalnya terlihat seperti akan menampar, berubah menjadi mendorong yang mana membuat tubuh perempuan tadi terpental menyamping menabrak dinding.

"Woah. Aku menyentuhnya, aku menyentuh dada perempuan. Tapi apa cuma begitu?"

Kalimat yang muncul karena alasan anehnya tersebut meski pada dasarnya yang berhasil tersentuh kurang dari setengah area, menghiasi telinganya sendiri setelah perempuan bertopeng sebelumnya ambruk karena tak kuat menahan rasa sakit.

Sementara itu, Crayon masih tetap ingin menyampaikan keluhannya, tentang tadi. Bagaimanapun, dia belum punya pengalaman seperti berhubungan badan dengan lawan jenis, sehingga benar-benar mengharapkan sesuatu yang baru saat mengalaminya meskipun sedikit. Namun berpikir demikian, karena yang didapatkannya jauh dari harapan, mungkin beberapa dugaan yang bersemayam di kepalanya memang benar.

Mengabaikan sesuatu yang cabul tersebut, dia akhirnya kembali fokus pada seseorang yang tergeletak di dekatnya. Ada perasaan aneh yang muncul saat dia akhirnya berjongkok tepat di samping pelaku yang mengejarnya tersebut, tapi karena dia bingung menyebutnya apa, jadi tidak terjadi hal aneh apa pun.