Gadis itu turun dari kereta kuda yang mengantarnya ke sebuah bangunan bergaya Eropa abad pertengahan. Kemudian dia berterima kasih kepada pengemudi kereta karena telah mengantarnya sedemikian jauh dari rumahnya sampai ke tempat tujuannya dengan selamat. Pengemudi kereta itu membalasnya dengan tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah si gadis. Setelah itu, si pengemudi kereta melanjutkan perjalanannya ke arah selatan.
Kini di hadapan gadis itu terdapat sebuah bangunan yang mirip gereja berarsitektur Eropa.
"Apa benar ini tempatnya?" Tanyanya dalam hati.
"Jika benar ini tempatnya, kenapa tempat ini sangat sepi?" Tanya gadis itu lagi.
Rasa penasarannya menggebu-gebu. Bahkan, dia tidak begitu yakin jika ini adalah tempat yang dimaksud oleh ibunya. Kata ibunya, tempat itu ramai dan bercahaya. Setiap saatnya, sekitar ratusan orang berkumpul di halaman untuk menjalankan aktivitas.
Tiba-tiba dari tempat yang tidak diketahui gadis itu, muncul seorang pria gemuk yang penampilannya serba hitam mulai dari topi, kemeja, dasi, celana dan sepatunya. Pria itu menuju ke arah si gadis.
"Selamat datang di akademi Crypan. Akademi yang dapat membentuk manusia menjadi lebih kuat, berkualitas, dan lebih pintar dari manusia pada umumnya." Kata pria gemuk itu dengan lantang dan tenang.
"Jadi benar ini tempatnya?" Tanya si gadis dengan penasaran. Ekspresinya masih menunjukan ketidakyakinan.
"Apa ibumu tidak pernah memberitahumu tentang tempat ini?" Tanya si pria gemuk itu.
Gadis itu tidak menjawab dan segera berjalan masuk ke dalam gerbang bangunan yang ada di hadapannya.
"Sebelum masuk ke dimensi Crypan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yang pertama, kau harus bersedia untuk tidak membawa barang elektronik seperti hp, laptop, jam tangan, dll. Yang kedua, kau harus bersedia untuk mengikuti peraturan di akademi Crypan. Dan, yang ketiga, kau harus mempersiapkan hati dan pikiranmu untuk memahami segala sesuatu di dimensi Crypan yang bisa jadi tidak masuk akal di dunia nyata." kata pria gemuk itu sambil mengikuti langkah si gadis ke dalam bangunan.
Tiba-tiba langkah si gadis terhenti. hal itu membuat pria gemuk di belakangnya juga berhenti.
"Kau bilang masuk ke dimensi Crypan? Apa maksudnya itu?" Tanya si gadis.
"Semacam portal menuju dunia lain... "
"Aku tidak mengerti."
"Itulah sebabnya aku menyuruhmu mempersiapkan hati dan pikiranmu untuk memahami hal semacam ini."
Gadis itu mengangguk pelan.
"Seperti apa masuk ke dimensi Crypan?"
"Kira-kira seperti naik pesawat di tengah badai."
"Apa?"
"Jangan takut. Semua akan baik-baik saja jika kau menenangkan hati dan pikiranmu..."
"Baiklah. Namaku Olivia..."
"Aku sudah tahu. Ibumu dulu sangat terkenal sekali di akademi. Kecerdasannya selalu yang terbaik dari semua peserta akademi. Dia juga mampu diandalkan untuk menjalankan misi bahkan untuk misi darurat sekalipun. Olivia, ibumu adalah legenda di akademi Crypan. Itulah sebabnya, banyak yang mengenalnya luar dalam. Bukan saja kehidupannya di akademi atau pun prestasinya dalam menjalankan misi namun kehidupan pribadinya juga tersorot publik."
Gadis itu terdiam sesaat mendengar kisah tentang ibunya. Dia mencoba memahami kepiawaian ibunya yang katanya begitu melegenda. Dan dia tidak tahu harus bersikap seperti apa akan statusnya sebagai anak seorang legenda.
Kini giliran si pria gemuk yang berjalan mendahuluinya. Gadis itu pun tak segan-segan mengikuti pria gemuk itu. Hingga akhirnya mereka masuk ke sebuah lorong sempit yang terdapat begitu banyak pintu di sisi kiri dan kanannya.
"Ke mana pintu-pintu ini terhubung?" Tanya si gadis sambil menyentuh sebuah pintu kayu yang dicat berwarna putih.
"Ke dimensi-dimensi lain, selain dimensi Crypan... " jawab si pria gemuk sambil memperlambat langkah kakinya. "Tapi, jangan buka pintu sembarangan!" Lanjutnya.
Sebelum gadis itu berhasil mencerna kata-kata larangan dari si pria gemuk di hadapannya, tangannya sudah membuka pintu putih di hadapannya. Lalu, dari balik pintu itu muncul cahaya putih yang begitu terang. Bahkan saking terangnya, cahaya itu tidak dapat dibendung oleh mata si gadis dan pria gemuk tadi.
Cahaya putih itu berlangsung cukup cepat. Dan ketika cahaya itu menghilang, si gadis pun ikut menghilang entah ke mana. Lalu, Pintu putih yang terbuka tadi kembali tertutup.
Kini, si pria gemuk menunjukan ekspresi penyesalan. Dia tidak berhasil menuntun Olivia Wijaya (anak dari seorang legenda) ke akademi Crypan. Akhirnya dengan tergesah-gesah, dia berlari ke sebuah pintu yang letaknya di ujung lorong. Lalu, membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya.