Kebenaran (Caramel)

Sella mengirimkan screen shoot profil Dito, yang ternyata akun baru, beda dengan akun yang biasa dia gunakan untuk menghubungiku.

Disana terlihat foto profil gambar mawar dan terdapat juga namanya, jelas itu bukan dariku. Melihatnya menjadikan itu foto profil pasti itu dari seseorang yang spesial baginya, disana juga tertulis caption,

“Diminum ya obatnya semoga cepat sembuh.”

pasti itu untuk gadis itu yang sedang sakit. Apakah dia tidak berpikir hatiku juga merasa sakit melihat ini? Sakit yang teramat, bahkan tak bisa kujelaskan.

***

Paginya aku menerima pesan singkat dari Dito, pesan yang sama yang selalu kuterima akhir-akhir ini.

Selamat pagi sayang, tulis Dito.

Dulu pesan ini mempu menghilangkan gaya gravitasi di sekitarku, entah mengapa sekarang dadaku terasa sesak sampai aku merasa kehilangan oksigen.

Aku sengaja tidak membalas pesan dari Dito, ponselku juga sengaja kumatikan. Untungnya tidak ada kelas pagi ini sehingga aku tidak perlu memikirkan cara bagaimana ke kampus dengan mata yang sembab.

Seharian ini aku hanya mengurung diri di kamar. Aku terus memikirkan kenapa Dito tega mengkhianatiku, padahal tak ada yang tidak kulakan untuknya.

Hingga akhirnya aku membuat keputusan, aku harus membicarakan ini secara langsung dengan Dito. Aku menghubungi Dito dan memintanya bertemu di salah satu cafe.

Setelah berias seadanya dan dengan pakaian yang kurasa cukup rapi, aku segera menuju tempat yang sudah kujanjikan dengan Dito.

Ternyata Dito tiba lebih dulu dari pada aku.

“Sayang kamu kenapa? Kok pucat? Matanya juga sembab? Kamu sakit ya?” Dito langsung menghujaniku dengan banyak pertanyaan.

Aku hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepala, “Nggak kok cuma kurang enak badan aja,” responku tak bersemangat.

“Nggak enak badan itu juga nama lain dari sakit Sayang. Kamu udah ke dokter?” tanya Dito lagi.

“Nggak ah, malas ke dokter paling nanti dikasih obat terus dokternya bilang diminum ya obatnya semoga cepat sembuh,” aku sengaja menekankan kalimat yang dijadikan Dito sebagai caption di profilnya.

“Kenapa sih?” tanya Dito. Ekpresi wajahnya berubah.

“Kenapa? Kok kamu tega ngelakuin ini sama aku?” tanyaku dengan nada datar dan berusaha menahan air mataku agar tidak keluar.

“Ngelakuin apa?” Dito masih berpura-pura tidak tahu, walaupun mungkin dia paham sepenuhnya maksudku.

“Kenapa, kamu tega selingkuh dari aku?” aku merasa kesulitan menyelesaikan kalimatku. Dito terdiam, dia tidak mengucapkan kata apapun.

“Kamu tahu dari Sella ya?” tanya Dito datar.

“Udah dibilang juga jangan dikasih tahu dulu,” gerutu Dito pelan namun masih bisa kudengar.

“Kok malah nyalahin Sella? Nggak penting aku tau dari siapa, yang aku mau tahu itu kenapa kamu tega selingkuh dari aku?” tanyaku lagi.

Namun tidak ada jawaban dari Dito. Dia hanya berkali-kali menggaruk kepalanya yang mungkin tidak gatal.

“Ya udah, aku masih ingin mempertahankan hubungan kita. Aku akan memaafkanmu karena mungkin kamu melakukan itu karena ada yang kurang dari aku, aku akan berusaha lebih baik lagi, tapi aku minta kamu tinggalin dia.”

“Ya nggak bisa gitu Ra..” ucap Dito yang terlihat panik.

“Apa? nggak bisa? Kamu sadar nggak sih, kamu tu udah selingkuh dan aku udah bersedia maafin kamu asal kamu ninggalin dia, tapi sekarang kamu bilang nggak bisa?" Kesabaranku mulai habis menghadapi Dito.

“Ya udah, sekarang kamu pilih aku atau dia?” Dito masih terlihat panik dan belum sempat menjawab pertanyaanku, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Sekilas kulihat ada emoticon love pada nama kontak yang memanggil. Dito langsung meraih ponselnya dan berniat beranjak pergi.

“Mau kemana?” tanyaku mencegah Dito beranjak dari tempat duduknya.

“Ada telepon dan Mama,” ujar Dito.

“Biasanya terima telepon dari Mama di depan aku, kok sekarang dibawa pergi?” tanyaku lagi. Dito tidak menjawab pertanyaanku dia tetap pergi bahkan tidak peduli saat aku memanggilnya.

Dia menerima panggilan dari kontak dengan emoticon love, dulu kontakku juga diberi emoticon love. Pasti itu dari gadis itu. Hatiku sangat hancur, secara tidak langsung dia lebih memilih gadis itu dari pada aku.

Aku sudah tak kuat lagi menahan air mataku yang sedari tadi ingin keluar. Rasanya aku ingin berteriak dan menangis sekencang-kencangnya, tapi aku sadar ada banyak pengunjung disini, aku tidak ingin kejadian memalukan di cafe sebelah tempo hari terulang lagi.

Aku berusaha menarik kembali air mata yang menggenang di pelupuk mataku, sambil meraba-raba tisue di atas meja. Mataku rasanya tertutup kaca yang sangat tebal.

Aku bahkan tidak bisa melihat jelas ke atas meja. Kalau aku melihat ke bawah pasti air mataku akan langsung jatuh.

Aku menemukan kotak tisue namun ternyata tak ada tisue didalamnya.

“Pake ini aja Mbak,” ujar seseorang mengulurkan sapu tangan.

Tampa basa-basi aku langsung mengambilnya. Orang yang memberiku sapu tangan langsung bergegas pergi, aku bahkan tak sempat mengucapkan terimakasih.

Namun aku tidak terlalu peduli, saat ini pikiranku sangat kacau, aku tak sempat memikirkan sopan santun.

Setelah menyeka air mataku yang hampir keluar, aku pun bergegas pulang. Untungnya aku tidak memesan apa pun tadi jadi aku tidak perlu membayar.

Sampai di rumah pikiranku masih berkecamuk. Aku masih tak habis pikir apa yang salah dariku hingga Dito mengkhianatiku. Lagi-lagi air mataku menetes mengingat janji yang pernah dia ucapkan.

Ponselku berdering, pesan masuk dari Sella. “Ra, story cewek itu,” kemudian Sella mengirimkan foto gadis itu mengenakan setelan training berwarna merah jambu, dengan caption, 'menunggu sangat membosankan'.

“Ternyata gadis itu. Melihatnya bikin aku mual,” batinku dalam hati. Setelah melihat foto gadis itu. Kulemparkan ponselku kesembarang tempat.

Tiba-tiba ponselku berdering lagi. Kali ini dering panggilan masuk. panggilan dari Dito. Aku segera menghapus air mataku dan menjawabnya.

“Halo,” terdengar suara perempuan.

Namun sesaat kemudian telepon dimatikan, seperti direbut secara paksa. Firasatku mengatakan gadis itu sengaja menghubungiku lewat ponsel Dito.

Dia sengaja ingin memberitahuku bahwa Dito sedang bersamanya. Aku jadi penasaran dengan rubah betina ini.

Aku melihat kembali foto gadis itu tadi. Dia mengenakan setelan training mungkin saja dia akan pergi joging bersama Dito.

Dito sangat suka sekali joging sore, bahkan dulu dia sering mengajakku. Benar, mungkin saja mereka sedang joging sekarang, aku harus membereskan gadis itu.

Aku sudah menelusuri seluruh joging track di daerah ini, namun aku masih tidak menemukan keberadaan mereka. Karena sudah mulai gelap aku pun kembali ke rumah.

Jika 'plan A' tidak berhasil, alfabet masih ada dua puluh lima huruf lagi, aku pasti bisa bertemu langsung dengan wujud gadis itu.

Hampir dua hari ini aku menghabiskan waktu mencari tahu tentang gadis itu, kegiatan yang sangat tidak berfaedah memang.

Satu hal yang menarik tentang gadis ini, di masa lalu dia adalah gadis yang nakal, namun sekarang kudengar dia sudah berubah menjadi lebih baik. Tapi menurutku jika dia memang berubah menjadi gadis yang lebih baik dia tidak akan merebut Dito dariku.