Chapter 12 - Pemungutan suara

Keesokan harinya, seperti hari sebelumnya sepulang sekolah kami melakukan rapat kembali. Yaitu mengenai acara yang akan dipilih untuk festival budaya yang akan diadakan satu bulan kedepan, Kaito yang merupakan seorang ketua kelas berdiri didepan papan tulis sementara yang lain menyimak dengan serius.

Kali ini sudah ada beberapa saran yang tertulis di papan tulis diantaranya adalah kafe maid, rumah hantu, restaurant unik, planetarium, kios pakaian dan pameran karya sastra.

Karena kemarin sangat sulit untuk menentukan acara yang dipilih, hari ini kami semua akan menggunakan sistem voting. Dimana acara yang memperoleh banyak dukungan akan dipilih untuk festival budaya bulan depan.

Haruka menunjukkan sesuatu pada bukunya. "Akira apakah saranku akan terpilih?"

"Siapa yang tahu."

Tentu saja aku tahu, aku tahu bahwa saran Haruka mungkin tidak akan ada yang mau memilihnya sama sekali. Selain anak muda sekarang yang kurang paham dengan ilmu sastra, mereka juga tidak terlalu tertarik atau dalam artian lain membosankan bagi mereka.

Haruka sepertinya tidak menyadari itu dan hanya menampilkan muka serius akan keyakinannya. Yah lagipula tidak ada yang tahu apa yang terjadi ke depannya, tapi itu bukan urusanku.

"Baiklah, karena kemarin kita tidak bisa menentukannya. Hari ini juga kita akan melakukannya melalui voting, setiap orang akan menulis acara yang mereka mau dalam satu robekan kertas dan mengumpulkannya ke dalam tabung kaca ini untuk dihitung." Kaito memperlihatkan tabung kaca ukuran besar yang dia bawa. "Masing-masing orang hanya boleh memilih satu, dan berikan nama pada setiap kertas yang kalian tulis agar aku bisa mengeceknya apakah ada kecurangan atau tidak...."

"Baik-baik kami mengerti ketua, jadi apakah kita bisa mulai sekarang?"

Kaito mendesah lelah. "Ya kalian boleh memulainya sekarang, jujur saja aku juga ingin cepat pulang kalian tahu."

Kemudian setiap orang mulai merobek kertas dari masing-masing buku mereka. Karena tidak memerlukan terlalu banyak ruang untuk menulis satu kata, jadi mereka merobeknya sekecil mungkin.

Aku  sekarangberpikir, apa seharusnya aku mendukung saran Haruka disini?

Maksudku aku tidak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi pada festival budaya bulan depan karena aku tidak akan terlibat secara langsung. Mungkin pura-pura sakit akan lebih baik tetapi itu akan berpengaruh saat kenaikan kelas nanti jadi aku akan kesampingkan ide itu terlebih dahulu.

Kebanyakan orang telah menuliskan pilihan mereka masing-masing kedalam kertas sementara aku masih terdiam karena bingung, aku melihat ke arah Haruka yang juga sedang serius, dan tentu saja dia dengan jelas memilih sarannya sendiri dengan wajah puas.

Lagipula apa yang akan kupilih nanti juga tidak akan terlalu berpengaruh dalam pemungutan suara, kau tahu bukan aku bahkan sudah diaanggap bukan sebagian dari kelas ini dan hanya menjadi udara dan lalat yang lewat bagi orang lain.

Kepalaku mulai pusing hanya untuk memikirkan sesuatu yang tidak berguna, jadi aku membuang semua beban pikiranku dan pada akhirnya memilih saran Haruka sebagai pilihan terakhir.

"Sekarang bagi yang sudah siap silahkan maju ke depan dan masukkan kertas pilihan kalian ke dalam wadah ini." Kata Kaito.

Beberapa orang berdiri dari bangku mereka dan memasukannya ke dalam wadah kaca itu, lalu disusul oleh Mia dan Haruka yang juga maju ke depan. Sialan ini terlalu mencolok, begitulah setidaknya pikirku. Karena aku memilih untuk diam sejenak dan menunggu hingga semua orang memasukkan pilihan mereka, dan sekarang hanya aku yang sama sekali belum melakukannya.

Aku bangkit dari tempatku duduk, berjalan dengan santai meski semua tatapan tertuju ke arahku. Aku memasukkan kertas milikku kedalam wadah kaca, dan berjalan kembali menuju tempat ku duduk sebelumnya.

"Aku akan segera menghitungnya, UPS! Aku juga akan memasukkan hak suaraku disini." Mario memasukkan kertas robekan miliknya.

"Baik! Baik! Sekarang hapus saja pameran karya sastra!! Bukankah itu terlalu kuno dan terdengar membosankan?! Lagipula, pembuat saran ini aja sudah aneh, lebih baik dihapus saja karena terlihat menjijikkan saat dipandang." Mia berteriak dan semua orang dikelas tertawa.

Mia adalah ratu dikelas ini, pacarnya adalah senior keren dari klub basket yang menjuarai berbagai turnamen entah itu tingkat provinsi maupun nasional. Oleh sebab itu Mia menjadi sangat terkenal dan disegani oleh banyak murid disekolah ini. Jadi setiap apa yang ratu katakan, semua orang akan mematuhinya.

Aku melihat Haruka, hanya untuk menemukan bahwa wajahnya sangat terkejut dan shock.

"Kaito, hapus saja 'Pameran karya sastra' kita tidak membutuhkan itu."

"Tapi, Mia..."

"Hei, sudah kusuruh untuk menghapusnya bukan?!" Mia menatap tajam. Dia sudah sangat berbeda dengan teman masa kecilku yang dulu.

"B-Baiklah..."

Namun, yang paling menyebalkan diantara mereka berdua adalah Kaito. Dia juga akan menuruti perintah Mia jika dia disuruh, pernah ada seseorang yang bertengkar dengan Mia sebelumnya, namun dia langsung berakhir dengan dibully banyak murid hingga keluar dari sekolah.

Haruka melihat bahwa sarannya dihapus oleh Kaito dengan mata yang berkaca-kaca, tubuhnya menggigil, dan air mata mulai mengalir keluar, dia bangkit dari kursinya lalu berlari dengan cepat meninggalkan kelas.

Semua orang terkaku, tidak termasuk Mia yang tersenyum dengan puas. Aku berdiri dari bangkuku dan ikut meninggalkan kelas seperti Haruka.

"Akira! Mau ke mana kau?"

"Toilet..."

Menjawab secara singkat pertanyaan Mia, aku keluar dengan wajah datar. Disamping itu Mia mendecakkan lidahnya dengan kesal.