Azef membantu Dara untuk turun dari mobil. Dia menggendong Dara ke kamarnya. Rumah keluarga Maxilliant luas dan megah. Cukup melelahkan bagi manusia biasa untuk menjelajahi rumah keluarga Maxilliant. Azef menggunakan kemampuannya untuk segera membawa Dara ke kamarnya di lantai atas.
"Dia tidur atau mati?" tanya Azef pada dirinya sendiri,
Azef segera ke luar dari kamarnya, membiarkan Dara tertidur di peraduan miliknya.
Ketika Azef menutup pintunya, seseorang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Kamu udah pulang?" tanya Sarah,
"Iya Kak" jawab Azef," Kak, tolong jaga wanita yang ada di kamarku. Aku harus segera ke lokasi pemotretan dulu." Pamit Azef,
"Kamu tenang aja, dia pasti aman"
"Terima kasih"
Azef pun menghilang dari hadapan Sarah.
"Sejak kapan dia peduli? Biasanya dia tidak se perhatian ini? Aneh"
—-
Azef bergegas mengganti pakaian yang dia pakai dengan pakaian yang telah disediakan oleh pihak penyelenggara acara.
"AZEFFF!!!!" panggil Clara,
Azef hanya meliriknya sekilas, kemudian mengabaikan Clara yang menghampiri dirinya.
"Azef! Kamu kemana aja dua hari ini? Kamu tiba-tiba menghilang! Aku takut banget kamu diculik" celoteh Clara membuat Azef jengah.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku."
"Zef, direktur menejemen kita bilang kamu pulang kampung. Buat apa kamu pulang? Apa ada masalah?" selidik Clara,
"Aku bertemu seseorang" jawab Azef singkat,
"Ah-begitu. Kalau begitu kita mulai foto shootnya" ajak Clara, sembari mengulurkan tangannya.
Azef tidak menyambut tangan Clara. Dia mengabaikan Clara begitu saja. Clara kesal, dia menghentakkan kakinya untuk menyalurkan kekesalan di hatinya.
"Kamu akan jadi milikku" gumam Clara,
Foto shoot Azef berjalan dengan lancar. Semua klien yang menggunakan jasa Azef sangat puas dengan hasil pekerjaan Azef. Azef merupakan salah satu top model ibu kota, dia terkenal dingin dan santun.
Banyak wanita dengan berbagai profesi yang coba mendekati Azef, namun semuanya hanya bisa menggigit jari. Tidak ada yang bisa mendapatkan hati Azef.
Clara menghampiri Azef, Clara merupakan salah satu wanita yang giat mengejar perhatian Azef. Bahkan tidak pernah gentar untuk menyerah mendapatkan hati Azef.
"Azef! Kita makan siang yuk! Agensi kita hari ini mengadakan jamuan makan malam"
"Aku gak bisa. Sorry" tolak Azef,
"Zef? Kamu kenapa gak mau berbaur sama kita sih! Aku udah capek-capek atur jamuan makan malam buat-"
"Sorry Clara. Itu bukan kewajiban aku, jangan melebihi batasan kamu." potong Azef sembari pergi meninggalkan Clara.
"Azef! Sampai kapan kamu menghindari aku?" tanya Clara
"Clara, aku sudah punya tunangan" jawab Azef mematahkan hati Clara,
"Bohong!" elak Clara,
"Terserah. Aku gak peduli kamu mau percaya atau nggak. Bukan kewajiban aku buat membuktikan semua itu"
Azef pun meninggalkan Clara dan pergi ke luar dari gedung. Dia ingin segera bertemu Dara. Ntah mengapa dia sangat ingin bertemu Dara, walau itu hanya sekedar menatap Dara.
Apa hal ini efek dari kontrak perjanjian darah yang dia lakukan bersama Dara?
—-
Dara mengerjapkan kedua matanya, menatap sekelilingnya. Sebuah kamar dengan dominan warna hitam sebagai unsur utamanya. Dara turun dari ranjangnya yang empuk. Dia mencoba mencari tau di mana dirinya sekarang.
"Kamu sudah bangun?" sebuah suara menginterupsi langkah Dara.
"Ah-, iya. Anda siapa?" tanya Dara kebingungan melihat sosok cantik di depannya. Rambut panjangnya menjuntai, bulu mata lentik serta hidungnya yang mancung menarik perhatian Dara.
"Perkenalan namaku Sarah. Aku Kakak perempuan Azef. Azef meminta ku untuk menjagamu. Aku juga sudah menyiapkan beberapa pakaian yang akan kamu gunakan. Aku lihat pakaianmu sedikit ketinggalan jaman" ucap Sarah,"Ah- maaf. Bukan maksudku untuk menghina mu. Aku hanya ingin kamu tampil berubah lebih cantik. Kita sebagai perempuan harus pintar menata diri" lanjut Sarah,
"Baik" jawab Dara,
Sarah tersenyum tipis. Dia membantu Dara untuk ke sebuah ruangan. Ada beberapa pelayan wanita yang menunggu mereka di dalam kamar mandi.
"Tolong kalian bantu Nona Dara membersihkan diri. Pastikan kalian membuat Tuan muda terpanah begitu melihat tampilan baru Nona Dara" perintah Sarah,
"Baik" jawab pelayan mereka kompak.
Dara hanya bisa menjadi sebuah bidak. Mengikuti apa yang mereka arahkan. Bahkan dalam hal sabun menyabun, Dara tidak diperkenankan melakukan sendiri.
Rambut dan kulit Dara diolesi minyak bunga mawar. Dara menggunakan dress floral yang sangat pas di tubuhnya.
Setelah menggunakan pakaian. Wajah Dara di poles dengan epik. Wajahnya dirias secara natural, karena sejujurnya wajah Dara sangat cantik.
—
"Di mana Dara?" tanya Azef begitu dia tiba di kediamannya.
"Dia sedang membersihkan diri. Kenapa kamu panik sekali?" tanya Sarah,
"Kakak terlalu berlebihan. Aku hanya-"
"Kamu tertarik dengannya? Aku jamin sebentar lagi kamu akan semakin menggilainya."
Azef membuang muka, tebakan Sarah benar. Dara telah mencuri hatinya.
"Aku juga seperti itu dulu" kata Sarah, membuat Azef menatapnya.
"Apa karena pengaruh perjanjian darah kita seperti ini?" tanya Azef,
"Tidak semua. Hanya karena perasaan itu tidak bisa kita kendalikan. Kamu nikmati saja" jawab Sarah,
"Kak"
"Zef, kamu akan ingat dengan sendirinya. Bukan kewajiban aku untuk menjawabnya. Lagipula wanita itu pasti sudah menunggumu di kamar. Nikmati malam kalian"
"Kamu bercanda? Bagaimana bisa aku melakukannya jika kami berbeda? Aku tidak ingin menyakitinya" tolak Azef,
"Bodoh!" maki Sarah, "Dia bukan manusia biasa. Dalam dirinya mengalir darah penyihir. Dia bisa menyesuaikan tubuhnya dengan tubuh lawan, baik itu vampir atau serigala." jelas Sarah kepada adik bungsunya.
Azef segera melesat ke lantai atas. Dia ingin segera menemui Dara. Sejujurnya Azef penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Sarah. Perubahan apa yang dibuat oleh Sarah ke pada wanitanya.
Azef membuka pintu kamarnya. Tampak lampu di kamarnya dalam keadaan mati. Azef merasakan pergerakan di balkon kamarnya. Azef mengikuti instingnya. Indera penciuman Azef tergelitik oleh wangi asing yang pernah dia jumpai sebelumnya. Wangi asing namun familiar.
Tampak punggung seseorang yang terbuka membelakangi Azef. Rambutnya dibiarkan terurai. Tatapan matanya menerawang jauh, seolah raga dan jiwanya tak seirama.
"Dara" panggil Azef,
Dara menoleh ke arah Azef yang memanggilnya. Dara tersenyum dan mendekati Azef.
"Anda sudah pulang?" tanya Dara,
"Hem"
"Anda pasti lelah-"
"Tunggu! kenapa bicara kamu formal sekali? Kamu bilang anda kepadaku? Memangnya wajahku setua itu?" Potong Azef,
"Ah-, maaf. Aku hanya bingung harus memanggil anda seperti apa. Karena anda-"
"Sebentar, aku luruskan. Aku ini pasangan mu. Bukan majikan, meskipun awalnya aku bilang aku tuan mu bukan berarti kamu ini pekerja ku. Aku jadi bingung dengan sikapmu" omel Azef,
Dara menundukkan kepalanya. Dia bingung harus berperilaku seperti apa. Karena pada dasarnya Azef dan dirinya berbeda.
"Maaf" cicit Dara,
Jujur saja Dara ingin menangis saat ini. Tatapan tajam mata Azef seolah menelanjangi tubuhnya.