Sabtu, 31 Juli 2021
Akhir pekan yang seperti biasa. Berolahraga dan joging berkeliling taman di dekat rumahku. Taman ini cukup luas , berkeliling 5 putaran sudah cukup untuk seorang perempuan seperti diriku. Meski pun aku sudah terbiasa berlari, tetapi tetap saja, orang normal manapun pasti akan merasakan nafas yang terengah-engah dan haus setelah berolahraga.
"Ini.... minum dulu, lain kali jangan lupakan botol minum saat mau olahraga!", kata datar dari seorang pria jangkung dengan menyodorkan sebotol air mineral.
"Tidak... kak, tidak perlu, terimakasih"
Matanya yang coklat keemasan menatapku sembari tersenyum. Itu membuat bibirku membalas senyumnya begitu saja.
"Dibelakang kita ada bangku, mari duduk atau kaki kita akan sakit karena kelelahan", katanya masih tersenyum.
Aku yang masih bingung hanya dapat mengikuti.
Sejujurnya aku cukup heran dengan kata-katanya yang cukup mengindahkan benarnya bahasa Indonesia. Ya.... walaupun bahasaku juga seringkali begitu, atau bahkan hampir selalu begitu dengan orang baru. Namun, rasanya pemuda jaman sekarang yang peduli pada bahasa Indonesia yang benar sudah benar-benar langka hingga membuatku heran dapat menemukannya.
"Halo....", katanya memudarkan lamunanku.
"Kenalin aku Akhtar, aku baru pindah ke daerah ini beberapa hari lalu. ini juga kali pertamaku joging di taman ini" lanjutnya sembari mengulurkan tangannya.
"Salam kenal, aku Ara, rumahku juga disekitar sini, maaf tapi aku harus pulang sekarang. Sampai jumpa Minggu depan" jawabku sembari beranjak dari bangku.
Tunggu.....
Aku sama sekali nggak terburu-buru.
Aku cuma reflek langsung pergi.
mungkin karena aku bukan orang yang mudah nyaman dengan orang baru.
Lagi pula siapa yang punya tugas penting akhir pekan. Aku pun hanya seorang pelajar SMA yang belum bekerja.
***
Berjalan menuju taman rumahku membawa sepiring nasi goreng dan segelas susu kambing yang baru selesai ku masak. Aku mulai menatap makanan yang rasanya selalu kurang akhir-akhir ini. Aku tak punya masalah yang membuat makananku terasa hambar. Tetapi sepi terkadang menusuk seperti kesedihan. Kakak perempuan ku menikah dua bulan lalu dan Minggu lalu ayahku dipindah tugaskan di kota Bandung, ibu ku juga ikut pergi untuk mengurus ayah. Sebenarnya aku ingin ikut mereka, tapi aku tak bisa meninggalkan sekolahku dan teman-temanku disini. Meskipun itu berarti aku harus mengurus segala kebutuhanku sendiri.
Sarapan yang hambar sudah berakhir, aku juga sudah mandi, dan juga sudah rapi. aku pergi ke tempat favoritku. Ke taman yang baru saja ku datangi tadi pagi. Kali ini aku membawa mini backpack dan sebuah buku agenda kecil di tanganku.
Sambil berjalan menuju taman aku membuka buku agenda itu. Isinya adalah jadwal pekerjaan rumah yang hendak ku kerjakan, ditambah dengan rumus-rumus penting yang sengaja aku tulis di bawahnya supaya bisa sering kubaca. Karena buku ini memang sangat sering aku bawa kemana-mana.
"Hallo guys... I'm coming..." kataku bersemangat. Lalu terdiam....
Sepertinya ada yang ganjil, sahabatku ini adalah MY TREE BESTIE. Hening, Mesty, dan Anira. Kenapa jadi 4? Dan dia.... dia nggak asing, iya... nggak salah lagi, dia cowok yang ketemu aku tadi pagi.
"Apa sih.... raaaaaa??? , diem-diem bae!!!
aku tau ponakanku emang ganteng!
tapi kalau lo naksir sabar dikit napa...", kali ini Mesty si kang lawak berubah jadi penguji kesabaran. Aku pun duduk di atas rerumputan hijau bersama teman-teman.
"cieee-cieee pipi Ara merah", kata si manis Hening.
"Akhirnya Ara jadi cewek seutuhnya.....", kata Anira, namanya manis, tapi wataknya jauhhh.
"Nggak gitu aku cuma heran, kenapa Akhtar ada disini ?" kataku menutupi kemaluan.
"Heran kok pipinya merah", bisik Anira.
"Kenal di mana?", tanya Mesty.
"Di taman waktu joging tadi pagi, dah ah... belajar yuk!" , aku mengakhiri percakapan yang menyebalkan ini.
Aku pun duduk, mengerjakan tugas, dan juga belajar bersama MY TREE BESTIE dan satu cowok baru yang kerjanya membaca buku dengan ear phone di telinganya. Menyandarkan punggungnya ke pohon di belakangnya dan sesekali menulis di paket sainsnya.
Beberapa kali aku merasa dia memandang ke arahku. Namun, setiap aku memandang ke arahnya aku tidak pernah melihat jejak pandangnya. Aku sama sekali tak melihatnya memandangku, bahkan aku juga tidak melihatnya mengelakkan pandangan dariku. Tapi entah kenapa aku merasa dia mencuri pandang padaku.
Kini aku memutuskan untuk berhenti mempedulikannya, atau teman-temanku akan curiga dan berpikir aku menyukainya.
"Dah ahh... capek gue", kata Mesty.
"Jajan aja yuk, Jaja....nnn! kasian tuh, si Ara dah kangen sama es cream", saut Anira
"aku lagi, aku lagi.....", sautku pasrah.
Kami memutuskan untuk jajan di sekitar taman. Lebih tepatnya hanya MY TREE BESTIE karena aku dan Akhtar memutuskan untuk pulang terlebih dahulu.