Minggu, full me time

Minggu,1 Januari 2021

Ini adalah hari Minggu, hari dimana aku tidak mau di ganggu. Bahkan sahabatku pun tak pernah mau menggangguku karena mereka tahu, di hari Minggu aku akan memberikan seluruh waktuku untuk sendirian, kecuali ada acara penting atau ada hari penting di hari Minggu. Sahabatku yang pengertian tidak akan mengajakku pergi kemanapun di hari Minggu.

Sekarang pukul 4.30 pagi hari. Aku terbangun dari tidurku. Suara azan membuatku merasakan kehangatan di dalam hati. Beranjak dari kehangatan tempat tidurku. Membasuh tangan dan mulai berwudu. Ku baca niat yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam.

Setelah solat subuhku telah usai aku berdo'a pada Allah SWT,

"Ya Allah.... yang maha pengasih, yang maha penyayang, yang paling menyayangi Ara, dan yang paling berhak atas segala hidup Ara, Ara mohon kepadamu..... hilangkan segala ketakutan Ara, hilangkan rasa sepi di hati Ara, hilangkan apa yang kini berat di hati Ara. Kau telah menciptakan indah di setiap sudut hidup hamba-Mu ini. Tapi kau juga ciptakan sedikit kegundahan di setiap sudut yang penuh warna ini. Terimakasih atas apa yang telah Kau berikan, ya Rab...berilah yang terbaik untukku. aamiin"

Hampir dalam setiap do'a aku ingin meneteskan air mata yang entah mengalir dari luka yang mana. Sahabat yang baik dan selalu mengerti; kakak yang bagaikan ibu kedua, meskipun setiap kata yang ia lontarkan kepadaku bak orang asing, tetapi aku dapat merasakan betapa pedulinya dia; hingga sebaik-baiknya orang tua telah diberikan, tetapi yang terlihat tak selalu sama.

Aku duduk di meja makan. Bibi yang cuti tiga hari lalu juga sudah kembali. Bibi sudah menyiapkan sandwich dan susu untukku.

"Non.... kalau ada apa-apa telfon bibi ya, meskipun cuma bibi yang telfon, tolong diangkat ya non, bibi teh sering khawatir pisan kalo si non Ara teh nggak balik-balik, apalagi kalo nggak angkat telpon bibi atuhh", kata bibi dengan logat sundanya yang unik.

" iya Bi....tenang aja, Ara kan udah gede", kataku sembari tersenyum pada bibi.

Aku tahu bibi selalu sayang padaku. Aku juga menyayangi bibi. Kami cukup dekat karena bibi sudah bekerja di rumahku sejak aku masih kecil. Belum lagi sekarang kami hanya tinggal berdua. Sebenarnya aku siap mengurus semuanya sendiri, tapi sepertinya ayah dan bunda khawatir aku akan semakin kesepian, mereka juga khawatir bila sesuatu terjadi padaku saat aku sendirian. Dan paling utama adalah aku dan keluargaku tak mau memecat bibi yang sudah seperti keluarga. Lagipula bibi pernah bicara padaku, katanya bila suatu hari nanti dia sudah merasa cukup tua untuk terus bekerja dia akan mengundurkan diri dan menghabiskan waktu bersama anak-anaknya. Dan keluarga ku memutuskan untuk tak memecat bibi dan menunggu saat itu tiba. Bahkan aku tidak yakin kalau aku akan rela saat waktu itu tiba.

***

Di kanan dan kiri ku ada rak yang cukup tinggi, kira-kira sekitar 2 meter. Rak ini dipenuhi buku buku yang tersusun rapi, menampilkan perpaduan warna emas dan putih sebagai dominannya. Lantainya berwarna cream dengan corak klasik. Tempat ini merupakan surga para pembaca. Tenang..... dan damai....

Daripada duduk di bangku baca aku memilih untuk mencari ujung diantara celah 2 rak buku yang saling berpandangan. Tak lama aku sampai, melihat tembok yang hampir setiap Minggu ku sandari.

Aku duduk....

Bersandar ke tembok....

Membuka sebuah buku yang ku ambil ketika berjalan menuju ujung rak.

'SERENDEPITY' itu adalah judul buku yang menarik perhatianku.

Bagaimana tidak? Tulisan judulnya memiliki font yang sama dengan yang biasa digunakan untuk film Spongebob, bukunya pun berwarna kuning, dan tentunya kotak, wkwkwk. Belum lagi buku itu isinya tentang penemuan-penemuan sains yang ditemukan secara tidak sengaja.

Sudah 3 jam aku berada di ruangan ini. membaca dan memahami buku serendipity, cukup puas dengan isi buku ini. 3 jam? ya.... dalam tiga jam aku bisa memetik banyak hal dalam sebuah buku. Kini pandanganku beralih ke mini back pack ku. Kubuka dan ku ambil sebuah buku agenda kecil warna hitam dari dalamnya. Ya..., buku ini ini sama dengan buku agenda tugasku, sama persis. Namun, isinya sangat jauh berbeda dengan buku agenda tugasku karena buku ini berisi syair-syair yang mengungkapkan perasaan hati.

"Tuhan, kugerakkan pena ini lagi.

Masih dalam kesunyian hati.

Pikirku melayang dalam nada-nada cintamu.

Pintaku tetap sama.

Akhiri semua sandiwara bahagia.

Jangan kau tunjukkan lukaku.

Biarlah berlalu.

Biarlah selesai tanpa suara.

Biarlah sandiwara bahagia ini.

Tertutup dengan bahagia yang sesungguhnya."

Memang kalian tak tahu tentang lukaku.

Tapi nanti, aku akan menceritakannya 🙂