"Ello, kamu tahu kan aku cinta banget sama kamu. Kenapa kamu masih nggak percaya sih kalau aku bakalan tanggung jawab kalau kamu hamil nanti?" Dareen memainkan ujung rambut Ellora yang panjang. Tangannya yang lain bahkan sudah berada di atas paha Ellora yang putih mulus. Suasana kafe yang remang-remang, membuat Dareen seakan larut. Dia ingin segera mendapatkan Ellora seutuhnya.
Gadis cantik itu tampak ragu. Ini pertama kalinya dia berpacaran. Dia memang mencintai Dareen, namun bukan berarti dia juga harus mau memberikan apapun untuknya.
Selama ini Ellora memang terkenal sebagai gadis remaja yang nakal dan urakan. Namun bukan 'nakal' yang artinya berbeda dari kata nakal yang sebenarnya.
Membolos dan balap liar. Kenakalan itulah yang selama ini membuatnya di cap sebagai seorang gadis yang nakal. Gadis tomboy yang suka mrnghabiskan waktunya di jalanan bersama teman-temannya setiap malam. Namun kalau untuk bermain cinta dengan lawan jenisnya, dia bahkan tak pernah membayangkannya.
Hingga dia bertemu dengan Dareen. Lelaki yang memiliki wajah yang begitu rupawan. Teman sekolah Ellora. Penampilannya mampu membius gadis manapun yang melihatnya. Pewaris tunggal dari "RAIGOLD GRUP", perusahaan perhiasan terkemuka di negara ini. Tentu saja dia kaya.
Sayangnya dia bukan lelaki yang baik. Dia sudah terkenal sebagai seorang badboy dan juga playboy. Banyak gadis yang sudah menjadi korbannya. Gadis-gadis bodoh yang mau mengorbankan apapun untuk bisa berpacaran dengannya.
Dan kini Ellora. Dia bukan tak tahu kalau Dareen itu adalah seorang lelaki bejad. Namun dia sudah terlanjur termakan rayuan gombalnya. Gadis tujuh belas tahun itu sudah tergila-gila kepadanya.
Pertama kali pertemuan mereka adalah saat pertama kali masuk sekolah. Ellora sudah langsung jatuh cinta kepadanya. Namun sayang saat itu Dareen sudah memiliki seorang kekasih.
Hingga mereka ada di dalam kelas yang sama saat naik ke kelas dua SMA. Dareen yang melihat kecantikan Ellora langsung menyukai Ellora. Apalagi saat itu Dareen juga sudah putus dengan kekasihnya.
Sudah pasti Ellora menerima cintanya. Cinta lelaki yang di dambakannya. Lelaki yang ternyata bejad, yang di impikannya.
"Tapi aku takut Reen." jawabnya. Dia menatap nanar ke arah Dareen. Begitu terlihat kalau dia tak mau melakukannya.
"Kamu aja nggak takut mati saat balapan liar di jalan sama temen-temen kamu yang brandalan itu. Masak kayak gini aja takut. Ayolah El, nggak usah katrok deh. Hal kayak gini tuh udah umum di kalangan anak muda. Kamu malah bisa di anggap kampungan kalau belum ngelakuin hal ini. Aku aja sudah melakukannya semenjak aku berusia lima belas tahun. Sama pacar aku waktu aku SMP dulu." Dareen terlihat bangga dengan kebiadabannya.
"Gila ya kamu." umpat Ellora. Dia seakan tak percaya dengan kekasihnya itu. Tak percaya kalau dia benar-benar lelaki biadab.
"Kamu sekarang bisa ngomong gila. Tapi nanti kalau kamu sudah tahu rasanya, aku yakin kamu pasti akan ketagihan. Ayolah El. Pliss. Aku udah pengalaman kok, jadi kamu nggak perlu takut. Aku jamin bakalan aman. Kamu nggak akan hamil." Dareen semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Ellora. Ellora memandangnya. Ada perasaan jijik yang terpancar dari sorot mata Ellora. Namun dia tak berani melakukan apapun. Seandainya itu bukan Dareen, dia pasti sudah membunuhnya.
"Ya?" Dareem terus mendesaknya. Dia mulai menciumi wajah Ellora.
"Nggak ah." Ellora menolak. Dia mendorong Dareen kuat-kuat agar menjauh darinya.
"Berani kamu ya? Kamu mau putus sama aku? Aku selalu ngelakuin hal kayak gini setiap kali aku pacaran. Nggak pernah nggak. Dan kamu lihat kan, nggak pernah ada masalah. Nggak pernah ada yang minta pertanggung jawabanku sampai saat ini. Mereka semua mau menuruti apa mauku untuk membuktikan perasaan mereka kepadaku. Dan aman-aman aja. Nggak ada yang hamil. Jadi kalau kamu nggak mau ngelakuinnya sama aku, aku anggap kamu memang nggak pernah cinta sama aku. Percuma aku pertahanin kamu kalau gitu. Nggak ada gunanya. Kita putus aja." Dareen berdiri dan hendak pergi meninggalkan Ellora sendirian. Dia tampak begitu kesal. Mungkin ini kali pertamanya dia di tolak oleh seorang gadis.
"Dareen. Mau kemana?" sontak Ellora berdiri. Di genggamnya tangan lelaki yang di cintainya itu erat-erat. Seakan tak mau kalau lelaki itu pergi.
"Balik. Mau nyari cewek lain. Ngapain di sini lama-lama sama kamu. Nggak ada gunanya. Percuma punya pacar cantik kalau nggak mau di ajak 'main'." dia menghempaskan tangan Ellora. Lantas berjalan beberapa langkah sebelum Ellora mampu menghentikannya lagi.
"Aku takut Dareen. Sumpah aku takut. Aku takut kalau kamu nggak setia sama aku setelah aku kasih semua ke kamu." Ellora menangis. Dia kembali menggenggam lengan Dareen.
"Ya udah lah. Kamu nggak percaya kan sama aku. Aku juga nggak bisa ngapa-ngapain sama kamu. Jadi ngapain kita pacaran? Nggak ada enak-enaknya pacaran sama kamu. Minggir! Aku mau pergi." Dareen begitu kasar. Dia bahkan menghempaskan tubuh Ellora. Untung saja tak banyak pengunjung yang datang ke kafe, sehingga tak menyebabkan Ellora menjadi semakin malu.
"Dareen. Tunggu! Kalau kamu beneran cinta sama aku, kamu juga harus nerima aku apa adanya dong. Nggak harus maksa aku kayak gini." Ellora bangkit. Dia berlari dan menghadang langkah Dareen. Lagi-lagi.
"Kalau kamu mau di terima apa adanya, ya udah, pacaran aja sana sama anak pesantren. Yang nggak bakalan ngapa-ngapain kamu. Dari awal kamu tahu kalau aku playboy kan? Terus kenapa kamu mau sama aku? Kalau kamu mau sama cowok playboy kayak aku, berarti kamu juga harus siap aku apa-apain!" Dareen membentak Ellora.
"Karena aku pikir nggak akan ada hal kayak gini, Dareen. Aku nggak pernah berpikir kalau kamu juga akan menginginkan seluruhnya dariku sebelum kita menikah." Ellora masih menangis.
"Menikah? Aku bahkan nggak berkeinginan untuk menikah. Bodoh kamu." umpatnya. Dia begitu kasar. Lelaki tak tahu malu.
"Bukannya kamu bilang kamu mau menikahiku kalau misalkan aku hamil tadi? Kok sekarang ngomongnya gitu sih?" Ellora mengernyitkan dahinya. Dia semakin tak mengerti dengan lelaki itu. Semakin deras pula air matanya mengalir.
"Hamil gimana? Di ajak 'main' aja nggak mau, gimana bisa kamu hamil? Kecuali kalau memang kita sudah 'main' dan kamu memang beneran hamil. Baru aku nikahin kamu. Kalau kamu nggak mau aku ajakin, jangan mimpi buat nikah sama aku. Ngerti?" Benar-benar. Dareen benar-benar bejad.
"Kamu brengsek ya..." kata Ellora lirih.
"Nggak usah kamu coba berani maki-maki aku ya. Aku bisa bunuh kamu sekarang juga kalau aku mau. Minggir! Aku mau pergi. Nggak usah cari aku kalau kamu masih belum mau memberikannya kepadaku." Dareen bergegas pergi setelah dia memotong kalimat Ellora.
Ellora hanya menangis. Di tatapnya lelaki itu dengan perasaan tak karuan. Dia mencintainya. Tapi dia juga takut kalau lelaki itu meninggalkannya seandainya dia sudah memberikan segalanya. Lantas siapa yang akan mau menerimanya kalau dia sudah tak perawan?
***