Bab 3

"Kamu sangat kekanak-kanakan."

Perkataan itu, sungguh membuat Mawar merasa kesal. Dia sampai tidak ada habis-habisnya merutuki Raja yang sedang berjalan di depannya.

Raja tidak tahu saja, seberharga apa heals itu bagi Mawar. Dia sampai rela, tidak pergi ke mall selama dua bulan untuk membeli heals itu. Dan melihat barang berharganya tersentuh orang lain dengan cara yang tidak elegan, tentu membuat Mawar merasa marah.

Dan, sekarang. Lihatlah, laki-laki itu tetap berjalan di depannya dengan langkah yang cepat. Tidak tahu apa, jika Mawar harus susah payah berjalan agar tidak ketinggalan jauh.

"Bisa tidak, jalannya pelan-pelan?"

"Tidak bisa. Aku sibuk, tidak punya waktu banyak!"

Mawar mendengus. Belum genap satu jam, laki-laki itu sudah membuatnya kesal lagi. Sungguh, jika bisa. Mawar ingin menenggelamkan Raja ke laut.

Langkah kakinya tetap bergerak. Sampai, Raja berhenti membawa Mawar ke rumah yang akan ditinggalinya.

Raja masuk terlebih dahulu, dan menyimpan koper Mawar di lantai dekat kursi.

Pandangan Mawar sungguh dibuat takjub, dengan isi rumah ini. Mawar pikir, rumahnya akan sederhana tapi ternyata tidak. Rumah ini sesuai seleranya. Terlihat sama seperti apartemennya.

"Kamu yang menyiapkan ini semua?" tanya Mawar, seraya matanya tidak lepas dari memandangi setiap sudut rumah ini

Raja mengangguk, "Ya. Memangnya siapa lagi?"

Sebentar. Mawar berpikir, jika rumah ini Raja yang menyiapkannya. Kenapa laki-laki itu tahu seleranya. Bukankah mereka baru mengenal hari ini, tepat dua jam yang lalu.

"Kamu tahu dari mana selera-ku?" tanya Mawar kemudian, matanya menatap penuh tuntutan kepada Raja.

Tapi laki-laki itu sangat bereaksi tenang, meski di depannya ada seorang yang menuntutnya. "Seseorang memberitahu-ku," katanya

Jawaban itu mampu membuat Mawar menukik alisnya semakin dalam. Apa orang itu adalah Celine.

Dia pasti sengaja melakukan ini semua, agar Mawar merasa nyaman menjalani tugasnya. Sehingga, Mawar tidak lagi memiliki ruang untuk menolaknya.

"Apa seseorang itu adalah Celine?"

Raja geming, dia hanya menatap Mawar dengan pandangan yang tidak berubah sejak awal pertemuannya.

"Besok, Aku akan mengantarmu ke kantor pusat kesehatan desa. Istirahatlah, jangan sampai telat!" Raja malah pergi meninggalkannya setelah mengatakan itu.

Mawar menghela, Raja tidak menjawab pertanyaannya itu membuatnya kesal.

"Hei, tunggu!"

Baru saja Raja akan membuka pintu. Mawar memanggilnya, sehingga membuat Raja urung untuk keluar.

"Kamu tidak menjawab, pertanyaanku."

"Pertanyaan yang mana?"

Menyebalkan sekali, kini Raja malah berpura-pura melupakannya. Membuat Mawar rasanya malas meladeninya lagi.

"Ah, sudahlah lupakan!" kata Mawar, dia melengos kemudian berjalan menuju kopernya.

Raja masih berdiri di depan pintu, pandangannya tertuju pada Mawar yang saat ini sedang membuka kopernya. Ada hal yang dia pikirkan tentang Mawar.

"Kenapa, kamu masih di sana?katanya sibuk," kata Mawar. Tenyata dia diam-diam menyadari jika Raja sedang menatapnya

"Apa, kamu tidak membawa perawat?kamu akan bekerja sendirian?" tanya Raja, tatapan matanya masih sama seperti tadi.

Kini Mawar bangkit, dan mengambil satu kantung kecil berisi alat mandinya.

"Dia akan segera sampai," sahut Mawar, seraya berjalan ke arah kamar mandi. Sebelum masuk, Mawar sempat menatap Raja, laki-laki itu mengangguk kecil atas responnya

"Kamu tidak akan pergi?"

Mawar merasa heran dengan Raja. Katanya dia sibuk, tidak memiliki waktu banyak. Tapi lihatlah sekarang, dia sedang mengulur waktunya. Sangat menyebalkan sekali.

"Ya, aku akan pergi." Terlihat Raja meletakan sesuatu di lantai. Mawar tentu menukikan alisnya, bertanya dalam hatinya. Kira-kira apa yang Raja letakan itu.

"Apa yang kamu letakan?"

"Sendal. Kamu tidak bisa menggunakan heals, di sini."

"Suka-suka aku lah!lagian sendal seperti itu bukan gayaku."

Raja mengangkat bahunya satu kali. Dia sangat tidak peduli, yang terpenting Raja sudah mengingatkan hal yang terbaik.

"Terserah." Kemudian, Raja benar-benar melangkah keluar. Meninggalkan jejak ribuan pertanyaan yang Mawar ingin tahu jawabannya.

Tentang dari mana Raja tahu seleranya. Tentang tatapan itu ..., yang menurut Mawar sangat memiliki arti yang berat akan makna.

Satu lagi. Jika Raja tahu seleranya dari Celine, itu berarti dia mengenal Celine. Dan, kenapa Raja mengenal Celine? Karena tidak mungkin, Celine memiliki teman sejauh ini. Apalagi Raja hanya penduduk desa biasa, Celine jelas selalu mementingkan kelas sosial untuk pertemanan.

Kecuali, jika Raja ada hubungannya dengan kota. Dan, dengan rumah sakit tempat Mawar bekerja.

_____

Raja geleng-geleng kepala. Selama tinggal di desa Mahara hampir lima tahun lamanya, desahan dan lenguhan hampir setiap jam Raja lakukan.

Masalahnya karena hal sepele. Hanya karena penduduk desa yang meminta bantuannya dengan masalah yang sebenarnya tidak terlalu rumit.

"Tadi, benar-benar tidak nyala," kata Sandi, mencari pembelaan

Raja menghela napasnya, seraya turun dari kursi, "Lampunya mati, itu karena ada kabel yang rusak. Tapi ...." Raja menggoyang-goyangkan kabel yang terhubung dengan lampu itu di paku dinding. "Kalau kamu sedikit menggerakan kabelnya seperti ini, lampunya akan menyala. Masalahnya tidak serumit yang kau kira."

"Wah!kamu hebat sekali!tidak salah, dulu aku memilihmu sebagai ketua lingkungan. Kamu memang sangat membantu warga."

Raja mengagguk, dia menyadari keahliannya ini. Jadi dia pikir, Sandi tidak perlu memperjelasnya. Karena itu bisa membuat Raja semakin sadar, jika dirinya ini adalah titisan dewa.

"Tapi, kamu tidak bisa terus menggoyangkan kabelnya."

"Kenapa?"

"Itu akan berbahaya. Sebaiknya kamu menggantinya dengan yang baru."

Sandi mengangguk, "Aku akan beritahu bapak nanti."

"Ya, baiklah. Aku pergi dulu!" kemudian, Raja melengos pergi.

Sandi kebingungan, saat melihat Raja pergi begitu saja. Ini tidak biasanya. Dan, apakah Raja sudah berubah, pikirnya. Jika benar. Itu sangat-sangat kabar yang bagus!

Tapi dugaan dan perasaan senangnya runtuh, ketika Raja berbalik badan dan, menjulurkan telapak tangannya.

"Ini tidak gratis sobat!" katanya tersenyum jenaka.

Sandi melengos, seraya meronggoh kantung celananya. Kemudian mengeluarkan tangannya, dengan uang yang ia berikan kepada Raja.

"Kamu akan terlihat semakin dermawan. Kalo kamu meningkatkan rasa keikhlasan hati."

Raja terkekeh "Kalo gitu, aku akan mati kelaparan!" katanya, seraya menepuk bahu sandi satu kali. Kemudian melangkahkan kakinya, pergi dari kawasan rumah Sandi.

Raja berjalan dengan tenang. Raja teringat akan sesuatu hal tentang kesendirian, yang entah kenapa hatinya selalu berhasil membuat terasa mengambang. Seperti kehilangan sebuah asa untuk hidup.

Tapi, ketika Raja memutuskan untuk datang kemari dan tinggal bersama neneknya lima tahun silam. Raja merasakan hatinya jatuh di tempat yang nyaman.

"Permisi."

Saat kesenyapan itu menerbangkannya begitu tinggi. Suara seorang perempuan mampu membuat Raja berpijak lagi ke tanah.

Dia melihat seorang perempuan dengan gaya modern, yang Raja yakini jika perempuan itu berasal dari kota. Lantas dia mendekat.

"Ada apa?" tanya Raja, dengan suara yang tenang. Seperti memberikan sebuah pelindungan kepada perempuan itu.

"Kamu tahu, dimana letak tempat tinggal dokter yang bertugas di sini?aku perawatnya."

Raja mengangguk, "Mari saya antar," katanya. Kemudian berjalan lebih dulu. Tapi, baru dua langkah Raja mengayunkan kakinya. Dia sudah menghentikannya lagi dan berbalik badan. Membuat seorang perawat itu kebingungan.

"Mau saya bantu, membawa kopernya?" tawar Raja dengan suka rela

Seorang perawat itu tersenyum, seraya menyerahkan koper berwarna hijaunya kepada Raja, "Terima kasih," ungkapnya

Lalu, mereka berdua pun berjalan beriringan.