Bab 2

Mawar menghela napasnya. hari ini adalah jadwal keberangkatannya menuju desa yang menjadi tempat untuknya bertugas.

Nama desanya adalah desa Mahara, yang terletak di pinggir laut. Mendengar kata laut, ketahuilah membuat Mawar sedikit merasakan semangat dalam hatinya.

Laut, adalah hal yang sangat Mawar sukai. Alasannya karena ketika melihat riak ombak, dan merasakan angin yang berhembus membuat Mawar merasakan ketenangan yang dia tidak akan pernah dapat dari tempat mana pun, selain laut. Dan pergi ke sana, setidaknya ada satu hal yang ia sukai.

Setelah memastikan pintu apartemennya terkunci, Mawar segera menyeret kopernya. Keberangkatannya menuju desa Mahara akan diantar menggunakan transportasi yang di fasilitasi oleh rumah sakit.

Dan, lihatlah. Ketika Mawar sudah sampai di parkiran. Teman-teman kerjanya menyambutnya, berteriak meneriaki kata semangat untuknya. Bahkan mereka sampai membuat papan tulisan dengan tulisan 'Semoga tugasnya lancar, dan kembali dengan keadaan baik.'

Ahh—itu sangat menyebalkan sekali.

Terlihat Rose, mengulurkan tangannya untuk membukakan pintu mobil untuk Mawar. Melihat itu bukan membuat Mawar tersanjug, tapi dia semakin merasa kesal.

Karena bisa-bisanya teman-temannya ini tersenyum. Jatuhnya Mawar malah merasakan, jika penderitaannya sedang didukung oleh teman-temannya.

"Hati-hati, ya!" kata Rose

Mawar mendelik, kemudian memegangi bahu Rose dengan sedikit keras "Kalau kamu temanku. Jadilah patner­-ku. Oke?"

Setiap Dokter yang bertugas, pasti selalu di temani oleh satu orang perawat. Dan kata kordinator, perawatnya belum ditentukan siapa yang harus berangkat. Dan Mawar berharap, Rose akan dengan sukarela menawarkan dirinya.

Rose hanya tersenyum, seraya melepaskan paksa cengkraman tangan Mawar dibahunya.

"Selamat bekerja keras, Mawar," katanya, seraya mendorong tubuh Mawar masuk ke dalam mobil.

Tanpa di duga. Celine datang dengan wajah tanpa bersalahnya. Melihat wanita itu, membuat Mawar melengos malas, dan menutup pintu mobilnya segera. Tapi tidak berhasil, karena Celine menahannya.

"Apa?!" tanya Mawar sarkas

Celine tersenyum, dan sumpah hal itu sangat membuat Mawar kesal

"Kenapa, nada bicaramu kasar seperti itu? Aku hanya ingin mengucapkan kata terima kasihku kepadamu karena telah bersedia menggantikanku," katanya

"Ya! Karena, aku tidak diberi izin untuk menolaknya!" balas Mawar sarkas. Kemudian dia mengusir Celine untuk menjauh karena dia akan menutup pintu mobilnya

"Minggir!"

"Tunggu dulu!"

"Apa lagi?!"

"Setelah nanti kamu sampai, kepala lingkungan akan mengurus kebutuhan kamu di sana. Dia akan, menghampiri kamu begitu keluar dari mobil," kata Celine, kemudian dia mengibaskan rambutnya, "Bukannya aku sangat perhatian? Aku juga sudah mengirim nomor kepala lingkungannya kepadamu, jika nanti dia tidak bisa kamu temui, kamu bisa langsung menghubunginya."

"Ya!" jawab Mawar, masih dengan nada sarkasnya. Kemudian, Mawar menutup pintunya. Dan, perlahan mobil pun melaju menuju tempat tujuan.

----

Hampir memakan waktu tiga jam, dari pusat ibu kota menuju desa Mahara. Kini mobil berhasil melintasi kawasan daerah Mahara yang memiliki kekayaan laut melimpah.

Ada satu hal yang Mawar harapkan dari tempat ini adalah. Semoga semuanya dapat bersahabat dengan dirinya.

Mobil pun terhenti, dan itu artinya perjuangan Mawar di desa Mahara akan menginjaki fase awal. Dari fase-fase perjuangannya. Sembari turun, Mawar membuang napasnya. Dan, pandangannya takjub melihat lautan yang berada di depannya.

Sampai dia tidak menyadari, jika pak supir sudah menurunkan kopernya.

"Mbak, saya harus segera kembali. Ada urusan lain, yang harus saya lakukan. Maaf, saya tidak bisa mengantar sampai ke penginapan."

Mawar mengangguk, meski dalam hati yang berat. "Iya, pak. Nanti, saya ada yang jemput kok. Tidak usah khawatir. Terima kasih, sudah mengantar, ya pak."

Setelah itu, Mawar benar-benar ditinggal sendirian. Dan dia teringat perkataan Celine. Katanya akan ada kepala lingkungan yang menghampirinya begitu dia sampai ke mobil. Tapi ... tidak ada sama sekali.

Mawar menyapu pandangannya. Tapi, ya. Dia tidak menemukan keberadaan kepala lingkungan. Mawar malah, melihat seorang pemuda yang sedang menelisiknya dan menghampirinya secara perlahan.

Itu membuat Mawar takut.

"Kamu, Dokter yang ditugaskan oleh rumah sakit Medichal Utama?" tanya pemuda itu

Mawar mengangguk, meski dengan tatapan tidak sukanya. Karena pikirnya, laki-laki itu terlihat so akrab sekali

Pemuda itu tersenyum. Rambutnya yang tersapu angin, sungguh membuatnya terlihat mempesona. Tapi, Mawar sama sekali tidak tertarik, pemuda itu bukan tipenya.

"Perkenalkan, nama saya Raja. Kepala lingkungan, di sini. Saya yang akan membantu kamu mengurus semuanya."

Laki-laki itu mengulurkan tangannya. Mawar tidak percaya, kepala lingkungannya sangat jauh dari ekspetasinya. Mawar pikir, dia akan terlihat tua. Tapi ternyata masih muda. Mungkin umurnya tidak jauh dengannya.

"Kamu beneran, kepala lingkungan di sini?" Mawar agaknya masih tidak percaya. Meski laki-laki itu bukan tipenya. Tapi saat Mawar menelisiknya, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Penampilannya sangat lumayan.

"Ya. Mari ikuti saya."

Sebelum melangkah, Raja sempat melihat alas kaki yang digunakan Mawar. Perempuan itu menggunakan heals . melihatnya Raja dibuat geleng-geleng kepala.

Mawar mengikutinya dari belakang. Langkahnya terseok-seok. Sebab jalanannya sungguh sangat terjal dan banyak bebatuan. Itu terasa sangat sulit, karena Mawar memakai heals. Ditambah beban kopernya yang berat.

Mawar mendengus, seraya melihat punggung pemuda itu. Laki-laki itu sangat tidak perhatian sekali, pikir Mawar. Dia bahkan dengan tenang berjalan tanpa beban. Itu sangat menyebalkan.

"Permisi ..." Mawar mencoba untuk membuka suaranya

Raja menoleh ke belakang sebentar, "Kenapa?" sebelum akhirnya, dia kembali melihat ke depan.

Terlihat Mawar ragu-ragu untuk mengatakan hal ini. Satu sisinya merasa canggung dan satu sisinya merasa sangat membutuhkan. Jika Mawar mengurungkan niatnya, akan sangat terlihat malu. Karena Mawar sudah lebih dulu memulai

"Boleh tidak, aku meminta bantuanmu. Tolong, bawakan koper ini," kata Mawar pada akhirnya.

Dan tepat, Raja menghentikan langkahnya dan berbalik arah. Tapi, dia tidak mengambil alih koper itu. Dia malah melepaskan sepatu berwarna coklatnya

Hal itu membuat Mawar merasa bingung, "Apa ini?"

Raja menghela napasnya, "Kamu tidak bisa berjalan dengan sepatu itu," katanya. Kemudian langsung berjalan meninggalkan Mawar yang sedang buru-buru melepas heals-nya dan menggantinya dengan sepatu yang Raja berikan.

Ini sedikit membantu. Pikir Mawar

----

Cukup jauh, Mawar berjalan dengan susah payah karena berat membawa koper. Akhirnya, Raja telah sampai mengantarnya. Ternyata laki-laki itu membawa Mawar ke balai desa.

"Warga akan menyambut kedatangan kamu. Tolong kamu bersikap baik, ya!" katanya kemudian berjalan lagi menuju dalam

Mawar sempat dibuat mendengus. Karena perkataan Raja. Memangnya, Mawar orang yang seperti apa? Kenapa Raja sampai memperingatinya seperti itu. Tentu Mawar tahu, bagaimana cara yang baik bertemu dengan orang baru.

Sebelum masuk, Mawar menyimpan koper dan heals-nya terlebih dahulu. Karena tidak mungkin ia bawa-bawa bertemu warga.

"Semuanya ..., Dokter sudah datang. Silahkan menyambutnya," kata Raja, di hadapan warga

Mawar lantas tersenyum, menyapa semuanya. Dan, sesekali Mawar meringis, saat mendapati warga yang tidak memakai alas kaki, dan tangannya yang kotor. Jelas dia tidak bisa tahan melihat itu semua.

"Raja, kemana sepatu kamu?" tanya seorang laki-laki sebayanya.

Raja menggaruk belakang kepalanya. Dia tidak bisa menyebutkannya karena takut akan menyinggung Mawar.

"Tolong, ambilkan sendal biasa saja untuk aku"

"Siap!" laki-laki itu berlari, melakukan apa yang diminta oleh Raja.

Mawar sempat dibuat heran, Raja ini orang yang seperti apa. Kenapa semua orang tampak menghargainya.

"Astaga ..., Dokter ini sangat cantik sekali," puji seorang wanita paruh baya. Matanya berbinar takjub, melihat pesona Mawar yang manis dan anggun.

Mawar tersenyum, mendapati pujian itu membuatnya sedikit merasa malu, "Terima kasih," ungkapnya

Laki-laki yang tadi sempat dimintai Raja untuk mengambilkan sendal, kini sudah kembali seraya menyerahkan sendal sesuai yang diminta Raja.

"Ahh—sepatu-mu." Tunjuk laki-laki itu, ke arah kaki Mawar

Mawar yang merasa ditunjuk, dan perhatian semua orang kini menatapnya menjadi sangat malu.

"Kamu memberikan sepatu-mu kepada Dokter cantik ini? Oh, Raja. Kamu memang sangat perhatian," kata seorang wanita paruh baya

Mendengar itu Mawar merutuk dalam hati. Perhatian macam apa? Jelas Raja tadi tidak membantunya untuk membawakan kopernya.

"Tidak. Bukan begitu," kata Raja mencoba untuk meluruskan, "Aku hanya sedang menyelamatkan kakinya."

"Itu sama saja bodoh!" protes teman sebayanya itu

Raja tidak mempedulikan topik ini lagi. ada hal yang harus Raja lakukan. Dia menatap Mawar tidak jauh di dekatnya.

"Dokter. Perkenalkan ini namanya Sandi," tunjuk Raja kepada teman sebayanya

Mawar mengangguk dan tersenyum kepada Sandi.

Lalu berikutnya, Raja memperkenalkan wanita paruh baya yang tadi sempat memuji Mawar "Kalo ini, namanya ibu sari."

Kemudian Raja beralih, memperkenalkan Pak Dibyo selaku kepala desa. Dan seterusnya sampai orang terakhir yang bernama Mina, dia seorang pemilik toko kelontong satu-satunya di desa.

Mawar mencoba untuk akrab dengan mereka. Tapi sungguh, Mawar merasa tidak nyaman dengan kekotoran yang ada.

"Mari, saya antar kamu ke tempat tinggal kamu di sini," kata Raja. Setelah satu persatu penduduk desa mulai meninggalkan tempat ini.

Mereka berdua akhirnya ke luar dari balai desa. Ada hal yang membuat Mawar terkejut setengah mati. Itu adalah, anak-anak kecil sekitar tiga orang, satu laki-laki dan dua orang perempuan sedang bermain-main dengan heals-nya.

"Hei!" teriak Mawar

Membuat anak-anak itu terdiam, seraya menatap takut ke arah Mawar.

"Lepaskan heals itu."

Anak yang sedang memakainya segera melepaskannya. Lalu Mawar buru-buru mengambilnya. Dan mendengus kala melihat heals­-nya yang kotor

"Kalian tahu. Sepatu ini harganya sangat mahal!"

Anak-anak itu semakin takut, karena Mawar seperti ingin menerkamnya hidup-hidup. Mereka berlari, bersembunyi di belakang tubuh Raja.

Hal itu sontak membuat Mawar, menatap matanya. Raja sedang menatapnya juga dengan pandangan yang teduh, seperti mengisyaratkan sebuah kekaguman.

"Kamu, jangan menatapku seperti itu! Tolong, anak-anak itu mengotori sepatu-ku!"

Raja terkekeh mendengar itu. Menurutnya itu sangat lucu.

"Kamu sangat keanak-anakan," kata Raja, yang mampu membuat Mawar marah