"Hey, ada apa dengan cuaca hari ini? bukankah sekarang musim kemarau? kenapa tiba-tiba jadi hujan lebat begini?"
"Kenapa tanyakan padaku? aku juga tidak tau."
Tepat hari ini, Lea yang merupakan ibu muda yang sedang hamil akan melahirkan anak pertamanya. Lea dan suaminya, Leo sudah melakukan persiapan untuk menyambut kelahiran anak pertamanya. Tidak lupa, mereka juga pembantu mereka yang bernama Revi. Tempat persalinan berada dirumah mereka. Lea dan Leo pun tidak lupa mengundang warga sekitar untuk menyaksikan kelahiran anak mereka. Mereka berharap dengan mengundang banyak orang, proses persalinan akan lancar.
Namun, entah bagaimana kejadiannya, cuaca yang sebelumnya sangat cerah, tiba-tiba menjadi sebuah badai. Saat Lea akan bersiap untuk melahirkan, cuaca disekitar semakin memburuk. Bahkan beberapa pohon sampai tumbang karena kencangnya angin yang berhembus. Hal tersebut membuat warga sekitar yang menerima undangan Leo menjadi cemas.
Walaupun cuaca sekitar semakin memburuk, Leo dan Lea tidak mempermasalahkannya. Mereka hanya fokus pada proses kelahiran anak mereka.
Lea pun akhirnya dalam posisi sedang melahirkan. Semua orang yang terlibat dalam persalinan terlihat sangat fokus. Lea yang kesakitan berusaha keras untuk menunjukan dunia kepada anaknya, Leo dengan tegangnya menyemangati istrinya, dan Revi yang bertindak sebagai dokter persalinan.
"Terus Lea, aku tau kamu pasti bisa. Terus Lea." Leo terus memberikan suntikan motivasi kepada istrinya tersebut.
"Hmmmmmppphhpphhp...." Lea menahan rasa sakit yang luar biasa tersebut.
"Ayooo, sedikit lagi, Bu Lea." Revi kepada Lea.
Disaat atmosfer tersebut, Petir tiba-tiba menyambar pepohonan sekitar secara beruntun. Hal tersebut membuat warga menjadi kaget dan panik. Karena hal aneh tersebut, muncul rumor-rumor yang diperbincangkan dikalangan warga.
"Hey, jika seperti ini terus, kita bisa-bisa mati!"
"Astagaa, apakah tuhan sedang marah kepada kita? apakah kita membuat kesalahan?"
"Aku juga tidak tau"
"Badai ini datang ketika Lea akan melahirkan, apakah anak ini telah dikutuk? apakah anak ini akan menjadi sebuah bencana bagi kita semua?"
Dan masih banyak persepsi-persepsi dari warga. Perbincangan tersebut tidak bisa terbendung, karena sebelumnya, badai yang pernah menimpa desa tersebut, tidak pernah sebesar badai hari ini. Warga yang berkumpul menjadi ketakutan dan mulai berdoa untuk memohon keselamatan.
Beberapa menit kemudian, satu langkah lagi sang anak akan lahir, tiba-tiba Lea merasakan rasa sakit yang luar biasa, disamping rasa sakit karena melahirkan, Lea merasakan seluruh tubuhnya seperti tersetrum. Leo menjadi panik dan menyuruh Revi untuk mengeceknya.
"Heyy Revi, ada apa dengan Lea?!! Cepat buat dia baikan."
"Saya juga tidak tau tuan, hal seperti ini tidak pernah saya lihat sebelumnya."
Lea terus-menerus merasakan rasa sakit tersebut. Namun, Lea terus memaksakan dirinya untuk melahirkan sang anaknya. Dan akhirnya....
Sang anak telah terlahir kedalam dunia ini. Disaat yang bersamaan, petir yang jauh lebih besar dari petir sebelumnya menyambar peternakan milik salah satu warga disana. Membuat peternakan tersebut hancur lebur dan hewan ternak yang didalamnya ikut mati. Sang pemiliki peternakan tersebut hanya bisa menangis dan marah atas kejadian tersebut. Warga sekitar pun menjadi semakin panik dikarenakan petir tersebut.
"Anak ini terkutuk!! Anak ini Terkutuk!!" Ucap pemilik peternakan berkali-kali kepada Leo.
Leo hanya bisa melihat amarah pemilik peternak. Saat ini, ada sesuatu yang lebih penting ketimbang mengurusi amarah pemilik peternakan. Saat akan mengecek kondisi Lea, tatapan mata Lea sudah kosong. Leo dengan cepat memegang tangannya untuk mengecek kondisinya, dan Leo merasakan setrum yang menyengat.
"Auch" Leo merasakan kesakitan.
Namun dengan rasa sakit tersebut, Leo tetap memegangi tangan Lea dengan erat sambil berkata...
"Hey Lea, tolong katakan sesuatu."
"...."
"Hey, tolong jangan bercanda untuk kali ini."
"...."
"Tuan...." (Revi)
"Hey Lea!!! cepat katakan sesuatu!!!" Leo mulai emosional dan mengeluarkan air mata.
"Tuan!!!....Bu Lea.....sudah...." Revi yang sudah mengeluarkan air mata berusaha untuk memberi tahu Leo.
"Diam kamu!!! aku tidak butuh kata-kata darimu!!." Leo membentak Revi, tidak percaya dengan perkataan Revi sebelumnya.
Revi hanya dapat menutup mulutnya, berupaya untuk tidak menunjukkan rasa sedihnya. Leo terus menerus seperti itu untuk waktu yang cukup lama. Walaupun rasa sakit karena setrum terus terasa, Leo tetap terus-menerus memegang tangan Lea, berharap Lea baik-baik saja. Walaupun begitu, Lea tetap tidak merespon. Leo dalam pikirannya tidak dapat menerima fakta bahwa istri yang sangat dicintainya telah meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Istri yang menerima semua kekurangannya telah meninggalkannya. Istri yang membuat hidupnya jauh lebih bahagia telah meninggalkannya...
Keesokan harinya, merupakan hari pemakaman Lea. Semua warga datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Leo datang bersama Revi dan anaknya yang digendong oleh Leo. Lagi-lagi, hari tersebut turun hujan. Namun, tidak sebesar kemarin, hanya rintikan-rintikan air kecil saja. Proses pemakaman diiringi oleh banyaknya tetesan air mata. Lea merupakan wanita yang dihormati oleh warga desa. Kehilangan Dea merupakan sebuah kehilangan yang besar dan sosok Lea tidak dapat tergantikan. Setelah proses pemakaman selesai, disaat seluruh warga telah meninggalkan pemakaman, Leo dan Revi beserta anak Leo masih berada dipemakaman Lea.
"Hey Revi, gendong anak ini dan pulanglah."
"Tapi, bagaimana dengan tuan?"
"Nanti aku akan menyusul, aku masih mau disini."
Revi hanya bisa mengangguk dan bertindak sesuai arahan Leo untuk kembali ke rumah. Bahkan sampai malam hari tiba, Leo masih saja berada di makam istrinya. Dengan tatapan Leo yang kosong. Disaat Leo kembali ke rumah.....
"Selamat datang Tuan, untuk makan malam sudah siap, silahkan dinikmati." Revi kepada Leo.
"......."
"Tuan!"
"Ahhhh, iya?"
"Makan malam sudah siap."
"Baiklah."
Ditengah makan malam tersebut, anak Leo menangis kembali. Seperti menginginkan ASI dari ibunya. Revi langsung mendatangi anak tersebut dan memberikan susu sapi sebagai pengganti ASI. Leo tampak tidak peduli dengan anaknya tersebut. Pikirannya sudah dipenuhi oleh kenangan bersama istrinya dulu sebelum meninggal dunia.
Di lain sisi, Revi juga merasakan kesedihan yang mendalam mengenai Lea. Namun, ia tau bahwa ia harus merawat anak ini. Revi sudah berjanji sebelumnya kepada Lea, bahwa ia akan menjaga anaknya ini apabila Lea sedang tidak mampu.
Leo telah selesai menghabiskan makan malamnya dan langsung pergi kedalam kamar. Dan disaat itu, Revi menanyakan sesuatu...
"Tuan, untuk nama anak ini bagaimana Tuan?"
Leo melihat Revi dengan tatapan kosong.
"Ikut aku.."
"Ahhh, baik."
Leo, Revi, dan anak tersebut dibawa ke sebuah lemari. Leo membuka laci kedua lemari tersebut dan mengambil sapu tangan. Kemudian, Leo menunjukan kain tersebut kepada Revi. Revi melihat kain tersebut dan melihat di ujung kain tersebut tertulis sebuah nama.
"Lea sudah lama menantikan anak ini. Lea sudah sejak lama memutuskan nama anak yang akan dia berikan. Nama yang akan dia berikan adalah Narai."
"Narai....."
To be Continued