Tidak asing

tentu saja terkejut melihat Zidan yang tampak sedang memeluk seorang wanita. Walaupun posisi wanita itu tengah membelakanginya, tetap saja Sansan tidak suka, karena ia memeluk suaminya.

"Apa jangan-jangan itu si Reni-reni mantan Pak Zidan lagi!" dengkus Sansan.

Setelah usai berpelukan, mereka tampak pergi bersama keluar dari kafe. Mau ke mana mereka? "Loh, gue ditinggalin gitu aja?"

Ini tidak boleh terjadi. Sansan harus mengikuti ke mana Zidan dengan selingkuhannya itu. Tiba-tiba ponsel Sansan berdering, wanita itu pun segera melihat notifikasi yang masuk. Ternyata ada pesan dari Zidan.

"Pak Zidan

(Kamu pulang sendiri saja, ya. Saya ada meeting di kantor)

"Cihh, meeting apaan! Pasti mau jalan-jalan sama mantannya, nih," ucap Sansan. Lebih baik ia mengikuti Zidan sebelum kehilangan jejak.

Untung saja mobil Zidan masih ada di parkiran. Untung saja Sansan sudah memesan ojek online.

"Hallo, saya di depan ya, Pak."

"Baik, Neng. Pakai baju warna apa, ya?"

"Udah, cari aja yang paling cakep!" ucap Sansan dengan PD-nya.

"Yang cakep banyak, Neng."

"Aduh, Bapak! Nah, nah, saya yang ini di seberang Bapak!" teriak Sansan heboh.

"Baik, Neng."

Sansan langsung menaiki motor Bapak itu dan mengintrupsi mengikuti mobil di depan.

Ternyata Zidan berhenti di Mall. Setelah mereka masuk, Sansan baru mulai mengikuti mereka kembali.

"Hm, mau ke mana, nih, mereka,"

ucap Sansan terus mengikuti dari belakang. Sepertinya Zidan terlalu fokus sama wanita itu, sehingga tak sadar jika Sansan sejak tadi mengikutinya.

Naik ke lantai empat, ternyata Zidan masuk ke bioskop. Mereka tampaknya ingin nonton bareng. Sansan tak masuk ke sana, ia melainkan turun lagi ke lantai bawah.

"Oh, mau selingkuh, ya." Sansan terkekeh pelan. Ia sudah memiliki rencana yang bagus untuk membalas Zidan.

"Oke. Mari kita lihat nanti, Pak Zidan," ucap Sansan dengan senyum miringnya.

Di lantai tiga terdapat bermacam-macam pakaian. Sansan segera memilih baju yang cocok untuknya, tak butuh waktu lama. Sansan pun segera membayar ke kasir. Setelah itu, Sansan pergi ke lantai dua untuk memilih heels.

Setelah semuanya cukup, Sansan pergi ke toilet. Ia akan mengganti baju sekarang! Ya, Sansan memang mengganti penampilannya. Sepertinya jika melabrak saat menjadi Zidny kurang greget, alhasil Sansan harus merubah dulu penampilannya.

Untung saja Sansan membawa make up di tasnya, walaupun ia pakai pada saat menjadi Sansan saja, tetapi make up tidak pernah ketinggalan di dalam tasnya.

"Nah, perfect!"

Sansan sudah siap. Rambutnya pun sudah terurai indah. Saatnya beraksi. Ternyata persiapannya mengubah penampilan sudah berjalan satu jam lebih, bisa dipastikan Zidan dan selingkuhannya sudah selesai menonton. Ya, paling tidak, beberapa menit lagi.

Sansan menunggu di depan pintu bioskop. Baju yang dipakai Sansan tadi dititipkan pada SPG yang merupakan teman SDnya dulu. Jadi, tak perlu khawatir Zidan akan curiga, karena sekarang Sansan hanya membawa dompet dan HP saja.

Tak lama kemudian, orang-orang yang selesai menonton keluar berbondong-bondong. Sansan belum melihat batang hidung Zidan.

Tak lama kemudian, Zidan tampak di ujung bersama selingkuhannya itu. Sansan pun memilih menghubungi Zidan terlebih

dahulu.

Satu panggilan tidan terjawab. Sansan pun kembali mengulang. Namun, tidak dijawab juga oleh Zidan. Sansan pun akhirnya terpaksa menghampiri suaminya itu langsung ke sana.

Masih dengan HP menempel di telinganya, Sansan menghampiri Zidan. Saat sudah bertatap muka. Alangkah terkejutnya Zidan melihat Sansan di sini.

"Kenapa nggak angkat teleponnya?" tanya Sansan menatap tajam. Sansan pun menatap wanita selingkuhan Zidan. Tak jauh beda dengannya, pakaian super ketat, make up menor, bahkan lebih tebal daripada Sansan. Sebentar ... Sansan seperti tak asing dengan wanita itu, ia seperti pernah melihatnya.

'Kok agak mirip sama si Reren, ya. Hm ... tapi, nggak, deh. Si Reren kan nggak pake make up, terus juga dia pake kacamata. Pasti cuma mirip,' batin Sansan.

Begitupun sebaliknya, Reni pun seperti tak asing dengan wajah wanita di depannya. Namun, Reni segera membantah pemikirannya.

'Ini bukan Zidny. Lagipula, Zidny nggak mungkin kenal Zidan. Dia juga berhijab, ah, paling cuma mirip:

"Zi, dia siapa?" tanya Reni bergelayut di lengan Zidan.

"Lo yang siapa!" bentak Sansan langsung.

"San, tenang dulu," ucap Zidan.

"Tenang apaan! Anda selingkuh di depan mata saya!" bentak Sansan menatap tajam Zidan.

"Aku nggak selingkuh," bantah Zidan.

"Lalu apa? Berduaan sama wanita lain, namanya apa kalau bukan selingkuh? Emang Anda pikir saya bodoh!"

Satu hal terpikir oleh Reni. Apakah wanita itu istrinya Zidan? Oh, tidak salah lagi, pasti wanita itu yang membuat pernikahannya batal dengan

Zidan.

"Oh, gue tahu, lo-"

"Sst! Siapa yang nyuruh lo ngomong, ha? Gue lagi ngomong sama Zidan. Jangan ikut campur!" ucap Sansan dengan cepat menyela ucapan Reni.

Dengan polosnya Reni malah benar-benar menutup mulutnya.

"Tuan Zidan Terhormat. Anda mau saya-"

"Oke. Kita bicarakan ini nanti. Mari kita pergi dari sini," sela Zidan cepat melepaskan tangan Reni di lengannya.

"Bentar ...." Sansan memutar badannya menatap ke arah Reni.

"Urusan saya sama dia belum selesai," ucap Sansan.

"Urusan apa-" PLAK!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Reni. Sansan tersenyum puas. Reni yang terkejut hanya bisa meringis sambil memegang pipinya yang memanas.

"Sansan!" teriak Zidan terkejut dengan apa yang telah dilakukannya.

"Diam! Wanita ini tidak perlu pembelaan Anda."

Reni yang tak terima ditampar pun mengangkat tangannya, bersiap menampar Sansan. Namun, tangan Zidan refleks menahan tangan Reni.

"Jangan dibalas, nanti tidak akan ada ujungnya," ucap Zidan pelan.

Sansan tersenyum sinis. Zidan pasti takut dengannya, maka dari itu ia membela Sansan.

"Sudah, kita pergi dari sini!" ajak Zidan menarik tangan Sansan. Sebelum itu, Sansan menoleh ke arah Reni dan memeletkan lidahnya ke arah wanita itu. Reni semakin dibuat kesal. la hanya bisa mengentakan kaki ke lantai melihat Sansan mencibirnya.

"Dia pasti istri Zidan. Lihat aja lo nanti, pasti gue balas!"

Sansan tersenyum puas. Ia akhirnya kembali masuk mobil Zidan walaupun sebagai Sansan bukan Zidny, tetapi Sansan berhasil melabrak

Zidan.

Enak saja suaminya berani jalan sama wanita lain. Biarlah Zidan selingkuh dengannya yang menjadi Sansan, daripada bersama wanita lain.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Zidan, ia pun mulai melajukan mobilnya. Sansan menarik napas, lalu mengembuskannya pelan. Ia harus kembali seperti semula, karena Sansan sudah puas tadi.

"Aku tadi hanya jalan-jalan," jawab Sansan tenang.

"Kenapa tiba-tiba tahu aku ada di sana?"

Mampus. Zidan sepertinya curiga.

"Ya, aku tadi di sana, terus nggak sengaja lihat kamu. Makanya aku telepon, eh nggak diangkat, langsung aku samperin aja, deh."

"Oh."

Singkat, padat, dan lugas. Zidan sepertinya marah, tetapi ia sembunyikan.

"Kamu marah aku labrak?"

"Iya.

"Kan salah kamu sendiri, kenapa jalan sama wanita lain!"

"Lalu, jalan dengan kamu ini tidak salah? Aku sudah punya istri."

"Terus, bagi kamu emangnya jalan sama aku dan wanita tadi nggak salah di mata istri kamu!" ucap Sansan dengan intonasi yang agak meninggi.

Zidan terdiam, merasa diskakmat.

"Aku ...."

Bersambung