PESTA KELULUSAN

Pesta kelulusan yang diadakan oleh keluarga Jatmiko terhitung terlewat mewah daripada pesta lainnya.

"Selamat ya sayang," ujar wanita bergaun broken white itu yang tak lain adalah ibunya.

Berbagai ucapan selamat dari kerabat dan rekan bisnis bertaburan dalam hall sebuah hotel di Bandung malam itu. Nyonya Carissa Jatmiko sengaja menyewa salah satu hotel mewah di jalan Dago untuk merayakan kelulusan anak bungsunya yaitu Yonaa. Malam itu hall dipenuhi oleh laki-laki bersetelan jas dan wanita bergaun mewah. Kebanyakan dari mereka adalah rekan bisnis dari Tora Jatmiko –ayah Yonaa.

Yonaa sendiri agak kurang nyaman berada di tengah perjamuan itu. Rasanya sangat aneh dan terlalu mewah jika acara itu disebut sebagai acara perayaan kelulusan. Sebelumnya, saat kakak keduanya –Gea—tak semeriah dan semewah pesta saat ini.

'Aku rasa, ayah ada maksud lain, selain merayakan kelulusanku. Tapi apa itu? Ah, entahlah … ' batin Yonaa sambil terus menebar senyum pada tamu yang mengucapkan selamat padanya.

Ting …! Ting …! Ting … !

Tuan Tora membunyikan gelas wine-nya dengan sendok kecil. Ia mencoba merebut perhatian khalayak ramai dengan suara yang dihasilkan dari benturan sendok dan gelas kaca.

"Saya ucapkan terima kash banyak, karena sudah hadir di pesta kelulusan anak bungsu saya, Yonaa."

Suara tuan Tora menggaung di seluruh hall sambil merangkul hangat pundak Yonaa yang berdiri di samping kanannya. Wajahnya penuh kebahagiaan dan kebanggaan terhadap Yonaa. Sorot matanya berkilat seolah menyiratkan sebuah keoptimisan masa depan.

"Mungkin sebagian dari rekan-rekan bisnis yang hadir di sini sudah mengetahui bahwa anak sulung saya, Zico dalam beberapa hari ke belakang tengah sibuk mengurus pembukaan beberapa cabang anak perusahaan di Inggris dan Perancis," sambung tuan Tora dengan penuh kebanggaan dan wibawa.

Tuan Tora menepuk bangga pundak Zico yang berada di samping kirinya. Seorang pemuda tampan bersetelan jas ddengan rambut yang disisir klimis, tersenyum padanya. Sungguh sangat kontras dengan wajah tampan yang dimiliki tuan Tora. Seperti sebuah duplikat tuan Tora semasa mudanya.

"Karena itu, pada pesta malam hari ini. Saya akan memberikan kabar gembira, bahwa perusahaan yang sudah lama saya bangun sejak saya masih remaja, akan dipimpin oleh anak bungsu saya yaitu Yonaa Jatmiko!" seru tuan Tora.

Seluruh pasang mata sontak tertuju pada sosok gadis yang berdiri tak jauh dari tuan Tora. Ia sendiri tercengang dengan ucapan yahanya itu.

Mendengar itu, telinga Yonaa seolah tersambar petir. Ia tak percaya mendengar pengumuman sakral itu dengan menggandeng namanya di akhir kalimat. Seluruh tamu undangan yang hadir bertepuk tangan bahagia mendengar pengumuman dari tuan Tora. Namun ada juga suara sumbang yang berbisik dan mengungkit nama Gea Jatmiko –anak kedua dari Tora Jatmiko.

"Bagaimana bisa, tuan Tora memilih nona Yonaa daripada nona Gea? Aneh, bukan?"

"Ah, iya. Kenapa tuan Tora mempercayakan perusahaan pusat pada anak bungsunya? Apa nona Gea tidak mendapat tempat di hati tuan Tora?"

"Kudengar, nona Gea dihukum oleh ayahnya karena tingkah lakunya yang kelewat batas."

Bisik-bisik antar tamu undangan tak terelakkan lagi. Ada yang merasa empati terhadap pegumuman itu, ada juga yang abai dengan keputusan tuan Tora. Pikir mereka, toh siapapun yang menjabat tetap harus mereka patuhi.

Setelah memperkenalkan Yonaa ke beberapa rekan bisnis tuan Tora, akhirnya suasana kembali santai. Beberapa dari tamu undangan menikmati hidangan yang sudah disediakan dan beberapa lagi tengah berbincang dengan tamu undangan yang lain.

"Ayah! Ayah, kenapa mengumumkan hal penting seperti itu di pesta kelulusanku? Ayah bahkan belum memberitahuku terlebih dahulu perihal pengalihan jabatan CEO dari kak Zico padaku? Aku … aku merasa tidak nyaman, ayah … " protes Yonaa setelah ia merasa ayahnya tak lagi sibuk meladeni sapaan dari tamu rekan bisnisnya.

"Sayang … ini adalah kejutan. Bukankah cara kejutan memang seperti itu? Kenapa kau tidak nyaman?"

Tuan Tora tersenyum lembut sambil membelai rambut panjang Yonaa.

"Kau tak perlu merasa tidak nyaman. Tentu saja, ayah tahu tak akan melepasmu begitu saja di hari pertama. Zico akan mengarahkanmu untuk beberapa hari hingga kau bisa terbiasa dengan tugas yang ada di kantor," sambung tuan Tora.

"Kau tidak perlu takut. Aku akan selalu ada untuk membantumu," sahut Zico.

Yonaa menyunggingkan senyum terpaksa. Sebenarnya bukan hal itu yang ia hawatirkan. Yonaa adalah gadis yang memiliki prestasi cemerlang dalam semua bidang akademik. Sejak kecil ia selalu meraih juara dalam semua pelajaran yang ada di sekolahnya, hingga ia duduk di bangku kuliah-pun selalu mendapatkan perhatian lebih dari para dosen. Bukan karena latar belakang keluarganya ataupun parasnya yang cantik, tetapi prestasi yang ditorehkan dalam semua mata kuliah selalu melampaui dari ekspektasi para dosen.

Yang saat ini ada dipikiran Yonaa adalah tentang kakaknya. Bukan, bukan Zico! Tetapi Gea. Entah apa yang menjadi alasan Gea, sejak kecil selalu seolah menjauhi Yonaa. Meski awalnya hanya perasaannya saja, tetapi Yonaa berusaha melakukan yang terbaik dan sayang pada kakak perempuannya itu.

"Baiklah, Zico. Sebelum kau terbang ke London. Kau harus mengajari nona manis ini dengan baik. Jangan sampai dia tersesat," kelakar tuan Tora pada kedua anaknya.

"Haish … ayah selalu memperlakukanku seperti anak kecil," keluh Yonaa sambil mengerucutkan bibirnya, cemberut.

Keduanya tertawa bersama melihat Yonaa yang terlihat merajuk. Zico mengusap lembut pucuk kepala Yonaa.

"Hei … ayo kalian! Jangan mengganggu anak gadisku!" seru nyonya Carissa.

Mereka menoleh bersamaan ke arah nyonya Carissa.

"Kalian para pria selalu mengganggu anak gadisku," ujar nyonya Carissa sambil pura-pura merengut.

Pipi Yonaa bersemu merah. Ia bersyukur memiliki keluarga yang sangat menyayanginya. Tiba-tiba saja ia teringat dengan kakak keduanya, Gea.

"Ah, iya kak Zico! Aku belum melihat kak Gea sedari tadi. Apakah kak Gea lupa dengan acara hari ini?" tanya Yonaa sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh hall.

"Haish … ke mana lagi dia? Sudah kakak beritahu kemarin untuk tidak terlambat, sekarang malah tak nampak batang hidungnya," keluh Zico sambil mengedarkan pandangannya.

"Kau jangan terlalu hawatir, biar kakak hubungi dia," sambung Zico sambil meraih ponsel dari balik jasnya. Ia meninggalkan keramaian demi bisa mengubungi Gea dengan nyaman.

Yonaa mengangguk setengah hati. Sesaat tadi, ekor matanya menangkap siluet Gea, namun pikiran dan pandangannya teralihkan oleh tuan Tora yang mengumumkan posisi CEO Zico akan digantikan olehnya.

'Perasaan apa ini. Sungguh menyesakkan,' batin Yonaa.

"Sayang … kau kenapa diam? Apa kau tidak enak badan?" tanya nyonya Carissa hawatir melihat wajah Yonaa yang mendadak murung.

"Aku, tidak apa-apa ma. Aku … mungkin agak lelah saja. Tapi mama tak perlu hawatir. Aku pasti bisa bertahan sampai pesta selesai," ujar Yonaa buru-buru agar mamanya tidak hawatir.

"Mama tahu, sejak kecil kau selalu tidak menyukai keramaian seperti ini. Tapi, bertahanlah sampai akhir pesta demi citra papa, ya?" pinta nyonya Carissa sambil membelai lembut rambut Yonaa.

"Iya ma. Mama jangan hawatir."

Senyum yang disunggingkan Yonaa terasa sangat hambar. Ia merasa malam itu terasa sangat panjang.