" Kalo kamu bilang apa yang kita lakukan semalam itu salah... Ok! Aku akan anggap itu salah! Heh! Aku aja yang bego'! Mungkin jodohku emang seorang pria brengsek!" kata Bella kemudian membuka kunci pintu kamar mandi dan berlalu meninggalkan Evan yang terdiam sambil mengepalkan tangannya dengan geram. Kamu nggak boleh menikah dengan pria brengsek itu, Ara! Aku nggak akan biarkan semua itu terjadi! batin Evan marah. Arghhhhhh! teriak batin Evan.
Bella sangat kecewa dengan sikap Evan padanya, meski dia tahu apa yang mereka lakukan adalah perbuatan yang salah besar. Tapi dia yakin jika Evan sangat menikmati penyatuan mereka, karena Bella bisa merasakan kelembutan dan cinta Evan pada sentuhan-sentuhannya. Bella hanya bisa menerima takdir jika dia memang berjodoh dengan Richard yang brengsek itu. Dia tidak mau mengecewakan keluarga besarnya yang sangat antusias dengan rencana pernikahannya ini.
" Ada apa?" tanya Malv kakaknya.
" Tidak, Kak!" jawab Bella.
" Kenapa wajah lo seperti itu?" tanya Malv yang melihat Bella sepert habis menangis.
" Mata gue tadi kena sabun tangan, jadi berair dan merah!" kata Bella bohong.
" Makan makanan lo! Ntar kelamaan jadi nggak enak!" kata Malv datar. Dia tahu jika adiknya berbohong, karena dia mengenal siapa Bella, mereka sangat dekat dari dulu dan dia yakin jika adiknya itu belum berubah.
" Iya, Kak!" kata Bella.
Mereka makan tanpa ada suara, sesekali Malv menatap ke arah adiknya. Sama seperti mereka berdua, Evan yang tahu jika Bella di belakangnya, hanya diam saja.
" Kenapa diam, sayang?" tanya Dania. Evan masih berpikir keras cara untuk menggagalkan rencana pertunangan Bella dan Richard.
" Sayang!" panggil Dania.
" Heh? Eh, iya, apa?" tanya Evan kaget.
" Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dania curiga. Dia takut suaminya memikirkan wanita lain karena sikap Evan sedikit berubah akhir-akhir ini.
" Hanya pekerjaan!" jawab Evan.
Bella tidak menghabiskan makanannya, dia merasa tidak nafsu untuk makan sejak mengetahui Evan bersama istrinya dan menganggap kebersamaan mereka salah.
" Aku sudah selesai, kak!" kata Bella.
" Ok!" jawab Malv singkat, dia melihat makanan yang berada di piring Bella yang masih setengah.
Setelah membayar tagihan, Malv dan Bella pun melangkah keluar. Sedangkan Evan sempat melihat Bella yang berjalan bergelayut manja pada lengan Malv.
" Kok nggak dimakan, sayang?" tanya Dania. Evan masih terdiam, dia masih berpikir keras.
" Sayang!" panggil Dania lagi.
" Hmm? Eh, kamu bilang apa tadi?" tanya Evan.
" Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Van?" tanya Dania sedih, karena suaminya itu tidak fokus pada hari bahagianya.
" Tiba-tiba aku merasa kenyang aja, Nia!" kata Evan meletakkan makanannya.
" Apa kita langsung aja ke Hotel?" tanya Dania bersemangat.
" Boleh!" jawab Evan malas.
" Kok kayak nggak semangat?" tanya Dania kecewa.
" Aku semangat, kok! Ayok!" ajak Evan. Dia tidak mau memikirkan dulu tentang Bella, malam ini dia harus membahagiakan Dania, istrinya.
Bella masuk ke dalam kamarnya, dia membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya yang berukuran king size itu. Apa lo sekarang sedang bercumbu dengan istri lo, Do? batin Bella sedih. Gue kangen sama lo, Do! Gue kangen sentuhan lo! Cumbuan lo! batin Bella membuat tubuhnya meremang dan tak lama kemudian akhirnya tertidur.
Sementara di sebuah Hotel di dalam kamar yang mewah, 2 orang anak manusia sedang bercumbu dengan panasnya.
" Van, ahhhh!" desah Dania saat Evan melumat dadanya bergantiaan. Dania meremas milik Evan yang masi...lemas? Ada apa dengan suamiku? Kenapa miliknya masih lemas padahal kami sudah saling bercumbu! batin Dania.
" Sayang! Kamu kenapa? Kenapa dia masih..."
" Sorry, Dan! Mungkin aku kelelahan!" kata Evan yang merasa menyesal dengan keadaannya saat ini.
" Nggak apa-apa! Kita coba lagi, ya!" kata Dania.
" Iya!" jawab Evan. Sial! Kenapa sama tongkat sakti gue? batin Evan kesal.
Dania merubah posisinya menjadi diatas, dia berusaha mengeraskan junior suaminya dengan bermain dengan mulut dan lidahnya. Evan mengerang, perlahan juniornya tegang, tapi tidak cukup keras walau Dania telah mencobanya dalam berbagai cara.
" Aku capek, sayang!" kata Dania.
" Maaf, Dan! Aku..."
" Sudahlah! Kita istirahat dulu!" kata Dania kecewa.
Keesokan harinya Bella hanya berdiam diri di kamarnya, dia merasa tubuhnya lelah dan tidak bergairah.
" Lho! Calon pengantin kok lemas gitu!" kata Netta yang telah berdiri di pintu kamar Bella.
" Iya, Kak!" sahut Kayla yang juga berada di belakang sang mama.
" Ada kabar dari Richard! Tadi dia mengirim beberapa contoh pakaian, dia mau kita memilih yang mana agar bisa disesuaikan sama mereka!" kata Netta.
" Hmm!" sahut Bella malas.
" Biasanya sangat bersemangat jika membicarakan calon suami!" goda Netta yang duduk di sofa diikuti Kayla.
" Iya! Nggak biasanya!" kata Kayla heran.
" Namanya udah mo nikah, Ma! Jadi Bel sedih nggak bisa lagi bermanja-manja sama mama dan papa!" jawab Bella dengan senyum yang dipaksakan.
" Kan kamu bisa manja sama...Ya Tuhan, apakah gue memang harus menikah dengan dia? Apa memang takdir gue menikah dengan pria brengsek itu? batin Bella sedih.
" Kok malah melamun?" tanya Netta mengerutkan keningnya, dia merasa ada yang disembunyikan anak perempuannya itu.
" Apa ada yang mengganjal di hatimu, sayang?" tanya Netta lagi.
" Nggak, ma! Hanya pekerjaan aja!" jawab Bella berbohong. Gue nggak mungkin menceritakan hal ini pada mama, keluarga besarnya akan sangat terpukul dan sedih jika mereka tahu tentang hal ini! Krena keluarga besarnya sudah mengetahui tentang acara besarnya! batin Bella.
" Kalo gitu mandi dan cepat turun! Kita sarapan dulu!" kata Netta mengecup kening putrinya.
" Ya, ma!" jawab Bella bangun lalu menuju kamar mandi. Gue harus bicara dengan dia dan melakukan perjanjian pranikah! batin Bella mantap.
Sementara Evan membuka kedua matanya saat merasakan ada sesuatu yang membangkitkan gairahnya di pagi hari.
" Dania!" ucap Evan yang melihat istrinya itu telah membuat juniornya masuk ke dalam mulutnya. Dania tahu jika pagi hari junior Evan akan mengeras, karena itu dia tidak menyia-nyiakan waktu untuk menikmatinya agar bisa menuntaskan hasratnya yang tidak tersalurkan semalaman.
" Dania!" panggil Evan lagi. Ponsel Evan bergetar, tapi Dania memegang tangan Evan agar tidak menyentuh benda pipih itu. Evan merasakan juniornya tidak semakin tegang tapi malah sedikit lemas.
" Sayang?" ucap Dania kecewa.
" Sorry, Dan!" ucap Evan menatap wajah kecewa istrinya. Dania melepaskan junior Evan dan membaringkan tubuhnya yang lelah.
" Aku janji malam ini dia pasti akan sembuh!" ucap Evan mengecup bibir Dania lalu melumatnya, dia ingin Dania mendapatkan pelepasannya. Evan mulai merangsang tubuh istrinya, mencium dan mencumbu seluruh tubuh Dania. Evan menyesap bagian-bagian sensitif tubuh istrinya dan membuat Dania mengerang, mendesah dan menggeliat liar. Evan memejamkan kedua matanya, bayangan tubuh Bella tiba-tiba bermain di pikirannya, dia melumat bagai melumat tubuh Bella, sangat nikmat dan memabukkan, hingga Dania menekan-nekan kepalanya agar melakukan lebih dalam lagi. Evan masih membayangkan tubuh Bella yang sedang dia nikmati saat ini, hingga Dania menyemburkan cairannya dan berteriak.
" Vannnnnnn!"
Sesaat membuat Evan tersadar jika itu adalah suara Dania, bukan dia! Bukan suara Bella yang terdengar ditelinganya, yang mana telah membelenggu hati dan pikirannya.