EVAN CEMBURU

" Trima kasih, sayang!" ucap Dania menatap Evan tersenyum bahagia. Evan membalas senyuman istrinya selebar mungkin. Dia masih menampung cairan Dania di dalam mulutnya, dengan pelan dia berjalan ke dalam kamar mandi dan mengeluarkan semua cairan itu. Evan merasa mual dan muntah saat merasakan cairan Dania, padahal biasanya itu tidak pernah terjadi. Evan segera berkumur-kumur dan mengusap bersih mulutnya. Evan menutup mulutnya dan memutar kran agar Dania tidak mendengar muntahannya.

" Apa kamu puas?" tanya Evan.

" Belum sepenuhnya, karena kita belum menyatu! Tapi aku puas!" jawab Dania.

" Aku senang jika kamu puas!" ucap Evan lalu duduk di sofa sambil menuangkan minuman.

" Apa kita akan tidur?" tanya Dania.

" Kalo kamu mengantuk, tidurlah!" jawab Evan.

" Bagaimana jika kita jalan-jalan dulu?" ajak Dania.

" Ok, bersiaplah!" kata Evan, lalu Dania bangun dan berlari ke kamar mandi.

Bella masih menatap benda pipih yang berada di atas nakasnya, dia berharap Evan menghubunginya, tapi dia tersenyum kecut saat tidak melihat satupun pesan dari Evan.

" Bodoh! Emang siapa lo, Bel? Dia sudah menikah dan akan memiliki anak! Lo dan dia cuma ONS, selesai!" ucap Bella ambigu. Ponselnya bergetar, hatinya yang tadinya berbunga layu seketika saat nama Richard yang tertera di layar ponselnya. Cukup lama Bella membiarkan Richard menghubunginya, lalu dengan malas Bella menggeser ikon berwarna hijaunya.

" Halo!" sahut Bella.

" Sayang! Kok, lama sekali? Sibuk, ya?" tanya Richard terdengar seperti merajuk.

" Ya, aku hanya sedikit mengantuk!" jawab Bella datar.

" Kamu kenapa, sayang? Kok, sepertinya nggak bersemangat? Kamu kangen ya sama aku?" goda Richard.

" Itu kamu tahu!" jawab Bella sambil bibirnya dipasang seperti orang mau muntah.

" Aku juga kangennnnn banget, sayang!" kata Richard.

" Rich, sudah dulu! Mama manggil, tu!" kata Bella.

" Yaaaa, masih kangen!" ucap Richard manja.

" Nanti kan ketemuan!" kata Bella.

" Ok, I love you!" kata Richard tapi Bella langsung menutupnya.

" Kenapa perasaanku tidak tenang, sayang! Apa ada yang kamu sembunyikan?" tanya Richard ambigu.

" Cody! Cari informasi tentang Bella!" kata Richard menghubungi Bodyguardnya.

" Siap, Bos! Apa yang Bos cari?" tanya Cody.

" Apa ada sesuatu yang terjadi di keluarga itu, terutama Bella!" kata Richard.

" Siap, Bos!" jawab Cody.

Richard mematikan panggilannya, sebuah tangan memeluknya dari belakang dan mencium punggung polosnya. Tangan itu lalu berpindah secara perlahan ke perut lalu turun masuk ke dalam boxer Richard.

" Akhhhhh! Kamu nakal, Julie!" ucap Richard.

" Kamu meninggalkanku sendiri!" ucap Julie manja dengan semakin mempercepat gerakan tangannya.

" Ssshhhhh, Julieee!" geram Richard.

" Aku haus!" bisik Julie lalu menggigit telinga Richard. Richard memutar tubuhnya lalu menekan kepala Julie agar bersimpuh di depan juniornya dan dalam sekejap cairan kental yang sedikit encer itu ditelan dengan nikmat oleh Julie.

" Sedikit, sayang!" kata Julie.

" Kamu sudah menghabiskannya sejak 2 hari yang lalu, Jul!" kata Richard.

" Karena aku sangat menyukai rasanya, sayang!" kata Julie.

" Aku harus mandi, aku ada janji sama Bella!" kata Richard.

" Apa kalian akan menginap?" tanya Julie cemburu.

" Tidak Julie! Bella tidak akan pernah mau!" kata Richard.

" Baiklah, Selamat bersenang-senang!" ucap Julie cemburu. Richard bangun dan pergi ke kamar mandi. Beberapa lama kemudian, dia telah siap dan meninggalkan Julie sendiri di Hotel.

" Aku pulang malam! Kamu tidur aja!" kata Richard.

" Aku akan menunggumu, baby!" kata Julie bergelayut manja dengan tubuh polosnya dan berusaha menggoda Richard dengan mengusap-usap junior Richard dari luar.

" Julie! Aku tidak akan tergoda!" kata Richard. Julie tersenyum lalu melumat bibir Richard dan mengusap dada pria itu.

" Jul! Aku bisa berantakan!" kata Richard.

" Aku selalu ingin kamu di dalamku, baby!" bisik Julie manja.

" Cobalah untuk menahannya! Karena jika aku sudah menikah, kamu tidak akan bisa seperti ini!" kata Richard.

" Bisakah tidak membicarakan pernikahanmu, baby! Aku merasa hatiku sangat sakit!" kata Julie sedih.

" Tapi kamu harus ..."

" Terbiasa, ya, aku tahu!" potong Julie.

Ponsel Richard bergetar, nama Cody tertera di layar ponselnya saat dia dalam perjalanan ke rumah Bella.

" Ya?" kata Richard.

" Semua baik-baik saja, Bos! Nona Bella ada di rumah sedang mempersiapkan acara bersama keluarganya!" kata Cody.

" Baiklah! Mungkin perasaanku saja!" kata Richard mematikan panggilannya.

Rumah Bella telah di depan mata Richard, dia diundang makan malam oleh keluarga Bella malam ini sebelum acara pertunangan mereka beberapa waktu ke depan. Tringgg! Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Bella.

@ Apa kamu masih akan menikah setelah apa yang terjadi diantara kita

tulis Evan

@ Ya

balas Bella cepat, dia merasa kesal dengan sikap plin-plan Evan

@ Apa yang akan dia lakukan jika dia tahu kalo kamu sudah tidak virgin

tulis Evan

@ Aku yakin dia akan menerima

balas Bella

@ Gimana kalo kamu hamil

tanya Evan tiba-tiba

@ Aku akan membuatnya menjadi anaknya

balas Bella membuat Evan meradang

@ Dia anakku

tulis Evan

@ Tapi kamu bukan suamiku dan kamu tidak mencintaiku

balas Bella

Evan tertegun membaca tulisan terakhir Bella, dia hanya bisa menatap ponselnya tanpa bisa berkata apa-apa. Bella benar, dia suami Dania, bukan Bella. Dia tidak mencintai Bella! Tapi kenapa dia merasa sakit saat membayangkan Bella bersama pria itu? Dan Evan sangat menyukai cumbuan Bella dan tubuh wanita itu. Dia tidak rela Bella dipermainkan apalagi sampai di nikahi.

" Semua pria sama saja!" kata Bella melempar ponselnya ke ranjang lalu keluar dari kamarnya. Bella kesal sekali dengan sikap Evan yang mengacuhkan dirinya.

@ Aku ingin kita bertemu besok

tulis Evan

Tapi Bella telah keluar dari kamarnya dan saat ini sedang bersama dengan keluarganya.

Ponsel Bella bergetar, nama Edo tertera di layar ponselnya. Tapi Bella tidak mengangkatnya, karena Bella sedang tidak membawa ponselnya bersamanya.

" Angkat, Ara!" kata Evan saat dia menelpon Bella tapi gadis itu mengabaikan panggilannya.

" Damn!" umpat Evan kesal.

" Bel! Besok pagi kita pergi lagi beli bahan yang kurang sekalian makan siang bareng di luar!" kata Netta yang melihat Bella berjalan mendekatinya.

" Sama siapa aja, ma?" tanya Bella yang mengambil anggur di meja makan.

" Semua! hanya saja kakakmu ada meeting mendadak besok, jadi dia tidak ikut!" kata Netta.

" Ok, ma!" kata Bella.

" Apa kekasihmu lupa?" tanya Netta menatap wajah putrinya.

" Nggak mungkin, Ma! Dia pasti datang sebentar lagi!" jawab Bella santai. Dia pasti masih sibuk dengan jalangnya! batin Bella.

Bella pergi meninggalkan mamanya dan duduk di sofa ruang tengah sambil menunggu Richard datang.

" Pa!" sapa Bella.

" Hmm?" sahut Max.

" Papa masih sering ketemu sama Om Damar?" tanya Bella.

" Sudah jarang! Kenapa, sayang?" tanya Max.

" Proyek Bella sama Edo nantinya membutuhkan izin Om Damar!" kata Bella.

" Kan kamu sudah kenal sama Damar!" kata Bella.

" Iya, tapi Bel nggak enak aja!" kata Bella lagi.

" Kenapa?"tanya Max.

" Ishhh! Papa! Masak lupa kalo Om Damar pernah mau jodohin Bel sama anaknya!" kata Bella kesal.

" Hahaha! Tapi papa dengar dia sudah punya tunangan!" kata Max.

" Ckkk! Pokoknya Bel minta Papa lobby Om Damar tanpa embel-embel lain!" kata Bella tegas.

" Iya! Nanti papa lobby!" kata Max tertawa.

" Sekarang, Pa!" rejuk Bella.

" Ckk! Kamu ini!" sergah Max yang tahu keras kepala Bella jika sudah meminta sesuatu. Max meraih ponselnya dan menghubungi Damar.