" Ara! Babe! I'm so sorry!" ucap Evan lirih.
Matanya berkaca-kaca, hatinya menghangat mengingat Bella. Evan terduduk di kamar mandi dengan memeluk lututnya. Airmatanya jatuh di kedua pipinya yang ditumbuhi jambang tipis.
" Apa anak kita sudah lahir? Apa dia tampan sepertiku atau sangat cantik sepertimu? Ara! Maafkan aku! Maaf!" ucap Evan lirih dengan kepala tertunduk di antara kedua lututnya.
Tubuhnya terguncang akibat isak tangis sedihnya. Hatinya sakit mengingat segala kebodohan dan sikapnya yang telah melupakan anaknya. Sesaat kemudian dia menghapus airmatanya dan masuk ke dalam shower. Dinyalakannya shower dan air membasahi rambut lalu turun ke tubuhnya yang masih berbalut kaos juga celana. Evan memukul-mukul tembok kamar mandinya. Dia merasa sangat brengsek sebagai laki-laki. Setelah pertemuannya dengan Dr. Albert waktu itu, Evan diberikan obat yang berbeda oleh Albert. Evan menahan amarahnya saat Albert memberitahunya kandungan dalam vitamin yang di konsumsinya selama ini. Dania tidak pernah terlambat membeli vitamin untuknya jika vitamin itu hanya tersisa 5 biji. Dan beberapa hari yang lalu sepertinya Dania lupa jika vitamin Evan telah habis, karena Dania sejak setahun yang lalu sibuk bekerja sebagai relawan di rumah sakit dimana Evan berobat. Hampir 2 minggu Evan tidak menkomsumsi vitamin tersebut, karena itu dia merasa kepalanya berdenyut saat dia mengingat beberapa hal di masa lalunya.
FLASHBACK OFF
" Jadi begitulah, Kak! Gue sembuh karena Dr. Albert yang telah mengobati gue!" kata Evan.
" Dasar laki-laki bodoh! Gue beri lo satu lagi kesempatan! Kalo lo bikin Bel menangis lagi, jangan harap lo bisa menemui dia dan anak lo!" kata Malv mengancam.
Glekkk! Evan menelan salivanya. Dia sangat tahu bagaimana watak Malv dan apa yang sanggup dilakukannya.
" Gue janji bakal mengurus semuanya, Kak!" kata Evan tegas.
" Gue mau liat hasilnya dalam seminggu ini!" kata Malv.
Evan ingin memprotes ancaman Malv, tapi dia takut dengan ucapan Malv tadi. Seminggu bukan waktu yang cukup untuk mengurus semuanya. Dia membutuhkan paling tidak 2 atau 3 minggu untuk membereskan semuanya.
" Kenapa? Lo ragu?" tanya Malv yang bisa melihat raut wajah calon adik iparnya.
" Kalo gitu mulai sekarang, lo nggak usah lagi menemui mereka!!" kata Malv.
" No! Gue akan menyelesaikan semua minggu ini juga, Kak!" sahut Evan cepat.
" Please, jangan bawa mereka kemana-mana!" mohon Evan.
" Gue tunggu hasilnya! Dan sampai lo selesein semua, lo nggak boleh ketemu mereka!" kata Malv tegas.
" Apa? Tapi..."
" Apa?" tanya Malv dengan wajah dingin.
" Nggak pa-pa!" ucap Evan pasrah.
" Besok lo sudah bisa pulang! Gue cabut!" kata Malv lalu pergi meninggalkan Evan sendiri.
" Iya, Kak! Salam buat Bel dan anak gue!" kata Evan sedih.
Malv hanya mengangguk saja lalu keluar dari kamar Evan. Diluar dia melihat Bella sedang berjalan ke arahnya.
" Kak! Dimana Edo?" tanya Bella dengan wajah khawatir dan melihat ke arah belakang Malv..
" Kita pulang!" ajak Malv.
" Apa? Tapi..."
" Bel!" panggil Malv.
" Iya!" sahut Bella.
Dia tidak pernah bisa membantah ucapan Malv, karena dia tahu seberapa sayang dan perhatiannya Malv padanya, terutama pada anaknya. Bella melangkah gontai disamping Malv dengan wajah tertunduk. Tampak kekecewaan di wajah cantiknya. dan Malv menyadari itu, tapi dia harus tega jika ingin semua berjalan dengan lancar.
" Sayang? Kamu baru pulang?"
" Iya! Apa aku membangunkanmu?" tanya Malv saat tadi mengecup ceruk leher istrinya lalu membaringkan tubuhnya dan memeluknya dari belakang.
" Ya! Aku baru saja tertidur! Putramu menangis mencari-carimu sejak kemarin!" ucap Kendra yang telah berbalik kehadapan suaminya. Malv merentangkan sebelah tangannya agar bisa dipakai Kendra sebagai bantal.
" Maaf, sayang! Kamu pasti sangat kerepotan!" kata Malv.
" Sedikit!" jawab Kendra.
Kendra bisa mencium aroma tubuh khas suaminya yang sangat dia rindukan. Diciumnya dada polos suaminya dan diusapnya dengan gerakan sensual.
" Hmmm! Apa kamu menggodaku, Nyonya?" geram Malv yang merasakan desiran pada tubuh bagian bawahnya.
" Apa Tuan Smith merasa tergoda?" goda Kenda balik.
" Aku tidak ingin membuatmu lelah, sayang!" bisik Malv.
" Aku merindukan ini, sayang!" bisik Kenda di rahang suaminya dengan tangan telah menggosok-gosok area terlarang Malv.
" Kamu sangat nakal mama Leon!" bisik Malv lalu langsung menarik lengannya dan berada di atas Kenda.
Beberapa lama kemudian terdengar desahan, erangan juga teriakan kenikmatan di dalam kamar itu hingga pagi menjelang.
" Lelah?" tanya Malv yang telah menyemburkan cairannya untuk yang kesekian kali. Kenda mengangguk pelan.
" Apa aku sudah terlalu tua?" tanya Kenda yang merasa tulang-tulangnya remuk.
" Tidak, sayang! Kamu masih bisa menari diatas dengan seksi!" jawab Malv.
" Apa aku boleh bertanya?" tanya Kenda ragu.
" Tentu saja!" jawab Malv yang membaringkan tubuhnya di samping Kenda.
Kenda memeluk erat tubuh suaminya dan mengusap dada kerasnya.
" Apa kamu bosan padaku?" tanya Kenda.
" Apa maksudmu bosan?" tanya Malv mengernyitkan dahinya.
" Aku sudah tua dan tubuhku tidak seksi lagi! Sedangkan kamu semakin tampan dan gagah saja!" kata Kenda menatap manik mata suaminya.
" Apa yang coba kamu katakan?" tanya Malv masih menerka-nerka pikiran istrinya.
" Aku tidak bisa seperti saat dulu kita masih pengantin baru dalam berhubungan! Sekarang aku cepat merasa lelah dan kurang maksimal!" kata Kenda lagi.
" Lalu?"
" Apa kamu akan mencari gadis muda yang bisa membuatmu puas dalam berhubungan?" tanya Kenda dengan nada sedih.
" Maksud kamu sugar baby? Atau jalang?" tanya Malv dingin.
" I...Iya!" jawab Kenda pelan.
" Apa kamu rela?" tanya Malv membuat Kenda terkejut.
" Jika kamu membutuhkan...a...aku rela!" jawab Kenda dengan hati sakit.
" Segitu besarkah rasa cintamu padaku hingga kamu bersedia melakukan itu?" pancing Malv.
" A...aku..."
" Benar kamu rela?" potong Malv.
Kenda terdiam, hatinya menolak, tapi dia tidak ingin suaminya merasa kecewa karena hal itu.
" Apa cintaku kurang besar padamu Kenda Banner? Hingga kamu meragukan kesetiaanku?" tanya Malv menahan amarah.
" Tidak! Bukan begitu! Maksudku..."
" Aku harap tidak ada lagi pembicaraan seperti ini lagi! Tidurlah!" kata Malv, dia bangun lalu menuju ke kamar mandi.
" Sayang!" panggil Kenda.
" Maaf! Aku sangat takut kehilangan kamu! Aku merasa kamu sangat sempurna dan aku begitu cemburu melihat banyak mata wanita muda dan seksi yang menatapmu ingin memilikimu!" ucap Kenda lirih.
Airmatanya menetes perlahan, dia tahu telah membuat hati suaminya kecewa, tapi apa salah jika dia merasakan ketakutan itu? Malv yang begitu tampan dengan tubuh kekarnya, jabatannya sebagai CEO di beberapa perusahaan besar dan ternama. Sedangkan dia hanya seorang ibu rumah tangga yang telah melahirkan 3 orang anak. Tubuhnya tidak lagi sintal seperti dulu, walau tidak gemuk juga. Tapi kemampuannya di atas ranjang sedikit berkurang sementara dia merasa suaminya semakin perkasa saja. Malv keluar dari kamar mandi dan melihat ke arah Kenda.
" Aku ada pekerjaan! Kamu tidurlah!" kata Malv lalu meninggalkan istrinya dengan wajah kecewanya.
" Malv!" panggil Kenda.
Malv berhenti di pintu kamar mereka.
" Maaf!" ucap Kenda.
" Lupakan!" sahut Malv lalu hilang dibalik pintu kamar.