Napas Viona terasa sesak membayangkan kondisi Abimanyu nanti. Mulutnya terbuka mencari pasokan udara yang tiba-tiba menghilang di sekitar. Dia seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarkan. Gadis itu bisa kehilangan kakaknya kapan saja.
“Oya, Nona. Polisi sebentar lagi akan datang untuk meminta keterangan dari Anda, terkait kecelakaan yang menimpa kakak Anda,” kata dokter lagi.
“Baik Dokter, terima kasih,” ucap Viona lemas seakan-akan rasanya sudah tidak sanggup untuk berdiri.
Viona seolah memikul beban yang sangat berat, sehingga sudah tidak bisa lagi berjalan dengan cepat.
Begitu keluar dari ruang dokter, ia melangkah dengan kepala tertunduk. Kaki seakan terasa berat ketika bergerak ke ruang ICU. Gadis itu kembali menangis, ketika ingat dengan kakak iparnya yang sedang mengandung buah cinta kakaknya.
“Oh, Tuhan. Takdir macam apa lagi ini?” lirihnya.