“Tujuan lo nikah ‘kan cuma meyakinkan Bang Brandon kalau lo nggak ada perasaan apa-apa sama Kak Arini. Sekarang waktu yang tepat untuk batalin pernikahan.”
Langkah Nadzifa berhenti ketika mendengar kalimat-kalimat yang diucapkan Bramasta. Dia berdiri di depan kamar seraya memegang nampan berisikan dua cangkir teh yang baru saja dibuat.
Kening gadis itu berkerut memikirkan maksud perkataan sahabat Farzan tersebut. Pikiran Nadzifa kembali ke saat pertama bertemu dengan Arini, tepat satu hari setelah menyetujui rencana pria itu untuk menikah. Dia bisa melihat perubahan yang signifikan dari cara Farzan memperlakukan wanita usia pertengahan empat puluhan itu.
Pujian-pujian yang dilontarkan Farzan terhadap Arini, ditambah lagi dengan kecemasan yang ditunjukkan terhadap wanita itu. Hingga saat ini, Nadzifa belum mengetahui alasan yang sebenarnya kenapa lelaki itu diminta menikah oleh Brandon secepatnya. Semua memperkuat dugaan Nadzifa.