I am a Killer 5

[ KISAH INI TERDAPAT UNSUR KEKERASAN DAN PEMBUNUHAN. DILARANG KERAS UNTUK DITIRU ]

Aku berjalan pelan menuju ke mobilku dan langsung melajukannya menuju rumah. Tak lama akhirnya aku sampai di depan rumah. Ku lihat ternyata rumah sudah sepi, sepertinya bunda dan ayah sudah berangkat kerja. Oke, kali ini aku bolos sekolah. Ah! Tidak! Aku tidak bolos, tapi dipulangkan. Aku pun turun dari mobil dan berlari cepat ke kamarku.

BRAK!

Aku tak sengaja membanting pintu dan menguncinya. Lalu aku mencari alat P3K untuk mengobati luka lebamku. Aku pun mengambil beberapa kapas dan alkohol, lalu ku obati luka-luka di wajah dan tubuhku. Setelah selesai, aku merebahkan tubuhku di kasur dan menatap langit-langit kamar. Aku masih terbayang dengan kejadian yang menimpaku barusan. Ck, Lee sialan! Jika saat itu dia tidak melihatku pasti aku tidak akan seperti ini.

Aku pun menutup mataku agar tertidur tapi bayangan itu masih terlintas di benakku. Aishh! Aku kembali membuka mataku dan menatap langit-langit kamar. Hrrghh! Siapapun yang mengganggu hidupku dan keluargaku, aku yakin besok ia tak akan bisa bertemu lagi menatap dunia. Ck! Semuanya kejadian ini membuatku semakin ingin membunuh. Yeahh killer is my life and my death. Haha! Aku mencoba memejamkan mataku agar tertidur.

***

Aku membuka mataku saat ada yang menepuk pipi. Aku mengedip-ngedipkan mataku dan sedikit menguceknya. Ku lihat seseorang sedang memandangiku sambil tersenyum.

"Bangun Boy, udah siang," kata Ray, adikku. Aku menatap anak itu dengan tatapan tajamku. Bung, aku belum bisa melupakan kejadian itu. Namun, demi kebaikan, aku akan berpura-pura baik padanya dan menganggap kejadian itu tidak pernah terjadi.

"Males ah," jawabku dan langsung mengubah posisi tubuhku membelakanginya.

"Yo, lu bolos sekolah?"

Mampus! Aku akan jawab apa? Ray malah menanyakan hal itu dan aku benar-benar bingung harus menjawab seperti apa. Mana mungkin aku memberi tahu apa yang terjadi padaku di sekolah tadi, pasti dia akan melontarkan banyak pertanyaan.

"Yo, lu bolos ya?" tanyanya sekali lagi. Aku diam tak menjawab, aku memejamkan mataku seolah-olah tidur nyenyak.

"Yehh … ditanya malah tidur," gumamnya lagi lalu dia menoyor kepalaku. Anak sialan!

BRAK!

Ku dengar pintu kamarku ditutup. Perlahan tapi pasti aku mengarahkan mataku menatap pintu, dia benar-benar sudah pergi.

Asal kau tahu Ray, tubuhku masih sakit, bayangan itu masih mengiang di ingatanku. Kejadian itu terus menerus menghantuiku. Ya, kejadian di mana seorang adik memakan daging kakaknya sendiri. Apa kau ingin membuatku mati karena mengingat hal itu? Dasar bodoh! Ditambah dia berbicara biasa saja seakan-akan tak punya salah padaku. Jelas-jelas ia sangat bersalah, tapi ... ah, ya sudahlah!

Oh ya, berbicara mengenai Ray, aku masih ingat bahwa Ray suka memakan daging manusia? Ini gila! Ray memakan orang yang telah ia bunuh tanpa sisa sedikitpun. Bahkan, dia memakan orang yang masih hidup. Oh my God! Ada apa dengan adikku?

Aku bangkit dari rebahanku lalu berjalan menuju meja belajar di mana di sana sudah ada laptopku. Aku segera searching tentang orang yang suka memakan daging manusia secara mentah-mentah. Ketemu! Kanibal adalah sebuah fenomena di mana satu makhluk hidup makan makhluk sejenis lainnya. Contohnya manusia yang memakan daging manusia. Oke, aku mengerti! Ternyata adikku seorang kanibal, ia menyukai daging manusia. Hm … seperti apa rasanya?

Aku mencari tahu lagi tentang kanibal-kanibal ini dan ku temukan seorang pembunuh bernama Jeffrey Dahmer yang sudah membunuh dari umur 18 tahun dengan korban 17 orang. Ckckck! Gila! Aku bukan mengangumi berapa orang yang ia bunuh, tapi aku kagum dengan kategori membunuhnya yang melibatkan sodomi, necrophilia, mutilasi, dan kanibalisme. Benar-benar gila, ini semua sudah dil uar kemampuanku. Aku membunuh saja sudah diincar polisi, apalagi Jeffrey yang memakan dan memperkosa korbannya yang sudah mati, pasti ia sangat-sangat diincar oleh semua polisi. Sepertinya aku harus hati-hati! Jangan sampai aku sama seperti adikku dan Jeffrey Dahmer. Aku menutup laptopku dan kembali membaringkan tubuhku di kasur. Aku pun menyalakan televisi dan menonton. Aku mengganti-ganti channel televisi dengan bosan, tak ada acara yang seru. Ku lihat salah satu channel televisi, di sana ada sebuah berita dengan judul 'Around LA Widespread Murder'. Los Angeles semakin banyak memakan korban dengan rentan satu bulan. Hm, LA semakin berbahaya.

Oh ya, aku masih sangat penasaran dengan orang yang mempunyai dua huruf itu. I dan K. Siapa sebenarnya dia? Mengapa dia membunuh? Apakah dia merasakan hal yang sama denganku? Ya contohnya karena dibully dia menjadi seorang pembunuh? Atau karena memang tak tahan untuk hidup jadi ia memilih jalan itu? Entahlah! Aku harus mencari tahu. Aku kembali menghampiri laptopku dan mencari nama I.K. Akhirnya ada salah satu artikel yang menceritakan si I.K ini.

"I.K atau Ify Killer adalah salah satu nama pembunuh yang kini terkenal. Namanya dikenal saat ia ketahuan membunuh orang tuanya sendiri di rumahnya. Diketahui, ia seorang gadis muda yang mempunyai rasa balas dendam yang tinggi. Ia memilih membunuh karena merasa tak tahan dengan kehidupannya. Kini dirinya sedang diincar-incar oleh pihak berwajib dan menurut berita yang ada, ia bekerja di sebuah perusahaan terlarang. Di mana perusahaan itu adalah perusahaan yang menampung para pembunuh yang ingin dibayar. Katanya, gaji yang dikeluarkan perusahaan itu tidak sedikit, melainkan berjuta-juta dollar. Karena hidup sendiri, maka gadis itu bekerja di sana menjadi pembunuh yang terkenal, bahkan namanya pun kini menjadi viral di beberapa media sosial setelah R.V dan R.D."

Aku kembali merebahkan tubuhku. Jadi, I.K itu adalah Ify Killer? Ternyata dia seorang gadis muda yang di masa lalunya suram. Hm, dia berani sekali membunuh kedua orang tuanya. Ckckck … bagaimana bisa ia melakukan hal itu?

HHOOAAM …

Ahh ... mataku mulai mengantuk. Aku pun mematikan televisi dan kembali tidur.

***

Ku lihat jam 10.30 P.M, aku masih membaringkan tubuhku di kasur. Ku dengar di luar kamarku tak ada suara apapun, sepertinya ayah dan bunda sudah tidur, sedangkan Ray, ku yakin anak itu sudah memulai aksinya atau benar-benar main di rumah temannya. Oke, inilah saatnya aku membalaskan dendamku terhadap orang yang mengganggu hidupku.

Aku bangkit dari tidurku lalu mencuci wajah setelah itu memakai jaketku dan memasukkan dua pisau kesayanganku di antara celana dan sepatu. Lalu tak lupa memakai masker untuk menutupi wajahku. Oke, aku siap!!!

Ku lihat malam ini kota Beverly Hills sangat sepi, hanya ada segelintir orang. Di tempatku berdiri, hanya ada diriku dan suara beberapa mobil yang berlalu lalang. Namun, ku lihat di ujung jalan ada seseorang yang merokok sambil bersandar ke tiang listrik dan melamun. Sepertinya aku mengenali sosok itu. Ya, dia adalah teman si Walter saat di sekolahan dulu. Aku akan membunuhnya sekarang. Ku hampiri lelaki itu.

Bersambung …