Dia?

Keyna memacu laju mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia memasang wajah kesal, bagaimana mungkin pernikahannya dipercepat minggu depan tanpa persetujuannya. Fitting baju di jam kuliahnya, ini membuat Keyna sedikit frustasi. Keyna harus bolos di jam kedua.

Keyna memakir mobilnya di depan butik yang di janjikan oleh kakaknya dan segera berlari ke dalam butik itu, seorang pelayan butik membungkukkan badan menyapa Keyna ramah.

"Selamat datang, Nona." sapa pelayan itu ramah.

Keyna membalasnya tersenyum dan langsung masuk menemui Kiara yang sudah menunggu dengan tampang jutek ke arah Keyna. Kiara memang berbeda dari Keyna, ia selalu memasang muka jutek pada semua orang. Walaupun begitu ia tetap memiliki hati yang lembut.

"Maaf aku terlambat." ucap Keyna serius dengan napas sesak. Ia sekarang mencoba mengatur napasnya.

"Aissst. Kenapa kau lama sekali, tolong tunjukan gaun tadi padanya." ucap Kiara pada pelayan butik yang berada tepat di depan Keyna. Pelayan itu mengambil gaun itu dan menunjukkan nya pada Keyna.

"Ayo Nona kita coba." ucapnya ke arah Keyna yang masih binggung terpaksa mengikut. Menganti bajunya dengan gaun itu.

Setelahnya, ia keluar dari ruang ganti dengan susah payah menutup dadanya yang sedikit terbuka.

"Ini cocok untuk mu." ucap Kiara masih dengan nada jutek pada Keyna yang masih terlihat kesusahan.

"Kak, ini terlalu terbuka, aku tak suka, cari yang lain saja, bagaimana?" kata Keyna memajukan mulutnya, ia tak setuju jika harus mengunakan gaun ini, walaupun ini hanya nikah kontrak, tapi tetap saja ia tak sudi memakai pakaian seperti ini.

"Aissst, jadi kau mau yang seperti apa, ini cocok untuk tubuh mu yang munggil itu." jelasnya Kiara makin kesal. Gaun berwarna pink panjang, dengan belahan dada rendah, dan pita kecil di bagian pinggangnya. Gaun ini sedikit terbuka dan mengekspos dadanya.

"Kak, aku tak bisa memakai pakaian ini di depan orang ramai. Aku mohon, aku menolak gaun ini." Keyna memasang muka paling memelas pada kakaknya itu membuat Kiara merasa sedikit iba.

"Yah, terserah, pilih saja sesuka mu." teriak Kiara kesal membuat pelayan butik ikut kaget melihat reaksi Kiara tetapi tidak dengan Keyna. Ia sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti ini dari kakaknya.

Keyna malah tersenyum, melirik seluruh gaun yang terpanjang di sana, matanya yang bulat menyusuri setiap gaun-gaun diruangan itu.

Keyna tersenyum melihat salah satu gaun tak jauh di depannya, gaun berwarna putih, dengan panjang selutut dan hiasan bunga mawar kecil dengan warna senada di bagian dadanya, mawar kesukaan Keyna. Gaun itu juga lebih tertutup.

"Aku mau yang itu." tunjuk Keyna tersenyum ke arah pelayan butik yang juga tersenyum ke arah Keyna, langsung mendekat dan membukanya dari patung dan mengajak Keyna kembali keruang ganti, Kiara hanya mengelengkan kepalanya kesal melihat tingkah adik bungsunya itu.

"Kia, bagaimana menurut mu?" tanya Keyna tersenyum keluar dari ruang ganti.

"Yah, terserahmu, kau yang memakainya nanti di acara pernikahan mu, aku tak memaksa mu seperti ibu." sahut Kiara masih memasang muka jutek tapi tetap menurut kemauan Keyna. Keyna tersenyum pada pelayan butik sambil mengangguk mendadakan kalau ia memilih gaun itu. Pelayan itu tersenyum ikut mengangguk.

"Ini cocok untuk mu daripada yang tadi." ucap pelayan itu tersenyum membantu Keyna membuka kembali gaun itu.

"Benarkah? Terimakasih, besok ku undang kepernikahan ku." ucap Keyna tersenyum.

"Akan ku tunggu undangannya." ucapnya sudah tampak akrab dengan Keyna.

"Ya baik lah, tapi jangan kaget ini sebuah perjodohan." Keyna memasang bajunya kembali.

"Tidak masalah. Semoga bahagia. Pergilah sebelum kakak galak mu menerkam mu lagi,”

"Ditunggu undangan nya." sahut pelayan itu tersenyum ramah.

"Baik, terimakasih. Senang bertemu denganmu." balas Keyna beranjak pergi dari ruang ganti. Menemui Kiara yang sekarang duduk di atas sofa di dalam butik itu. Ia lantas berdiri ketika Keyna muncul. Membawa Keyna keluar. lalu mengajak Keyna ke salah satu butik lagi.

"Pilih juga gaun untuk nanti malam mu." ucapnya serius.

"Nanti malam?" tanya Keyna heran.

"Yah, nanti malam kau akan bertemu calon suami mu." ucap Kiara mencari beberapa gaun dan menyerahkannya pada Keyna sembarangan.

"Coba semua." Kiara duduk di depan ruang ganti melihat ke arah Keyna yang tampak binggung terpaksa masuk keruang ganti lagi. Mencoba beberapa baju pilihan kakaknya lagi.

***

"Bu, kenapa jadi dipercepat seperti ini." Gerutu Ken kesal duduk di ruang keluarga dengan muka kacau melihat ke arah Galvin yang tersenyum tak jelas padanya.

"Ini keputusan Ibu, jadi jangan menolak, cepat ganti baju mu. Kita bertemu calon istri mu satu jam lagi di Hotel." ucap Thalia langsung membuat mata Ken melotot mendengarnya.

"Apa? Sekarang?"

"Ah tidak. Aku ada janji dengan teman ku hari ini." ucap Ken kesal melirik Galvin, berharap Galvin membantunya kali ini. Thalia hanya diam saja dan memilih keluar dari ruangan itu. Sama sekali tidak mendengar alasan Ken.

"Ikuti saja." balas Galvin tertawa, bukannya membantu tapi malah juga menyuruhnya, membuat Ken menoleh kesal.

"Kau juga menyuruh ku." Ken tak percaya.

"Ini yang terbaik untukmu. Aku pulang, selamat bertemu istrimu, aku berharap dia salah satu mantan mu." Galvin tertawa kecil membuat Ken melempar Galvin dengan bantal di belakangnya tepat mengenai punggung Galvin. Membuat lelaki itu tertawa kecil.

"Aissst. Gal, tolong keluarkan aku dari sini." teriak Ken pada Galvin yang kini melambaikan tangannya pada Ken dan menghilang dari balik pintu, sedangkan Ken kini mengacak rambutnya frustasi.

"Sial." gerutunya kesal. Ia benar ingin kabur sekarang.

***

Keyna mengolesi sedikit bedak pada wajahnya. Lalu terakhir ia mengolesi lipgloss warna pink muda pada bibirnya, setelahnya ia berdiri, merapikan gaun berwarna abu-abu polos itu yang tadi ia pilih. Setelah berdebat dengan Kiara memang. Tapi itu sudah biasa menurutnya.

"Keyna? Kau sudah selesai?" tanya Serena mengetuk pintu kamar Keyna dengan kasar.

"Yah Bu. Sebentar lagi." ucap Keyna mengambil tasnya dan beranjak keluar kamarnya.

"Ayo cepat. Kita akan terlambat." ucap Serena menarik tangan Keyna dengan cepat keluar rumahnya.

"Yeah, Bu, kita tidak pakai bel untuk kesana, kenapa musti buru-buru, santai saja." protes Keyna kesal memperlambat jalannya melihat ke arah Kiara dan suaminya sudah menunggu di depan mobil mereka. Tak ada sedikit pun perasaan gugup yang terpampang di wajah Keyna. Entah kenapa ia sekarang lebih memilih pasrah. Dan berharap semua baik-baik saja setelah ini.

Sementara itu. Kennard tidak bisa diam sejak tadi, ia mengoyang-goyang kan kakinya di bawah meja membuat Ibunya merasa sedikit terganggu.

"Ken... Hentikan kakimu, kau akan menumpahkan semua benda di atas meja jika kau terus seperti ini." ucap Thalia kesal.

"Aisst, kenapa mereka lama sekali." gerutu Ken kesal melirik jam tangannya. Sudah pukul delapan lewat. Padahal mereka berjanji untuk bertemu pukul delapan pas.

"Aku ke toilet dulu." kata Ken bangkit dari tempat duduknya. Membuat ayahnya, dan Ibunya menoleh serius.

"Ayo cepat, mereka sudah di lobi." balas Ibunya ketus. Ayahnya hanya diam melihat tingkah Ken, lalu melihat ke arah Nola yang tersenyum melihat melihat wajah gelisah Ken sejak tadi.

"Sepertinya kau benar-benar grogi, kau tak rugi, dia lumayan cantik." ucap Nola terkekeh melihat adiknya itu berjalan keluar. Ia enggan mendengar ejekan kakaknya itu. Berjalan cepat menuju toilet, masuk dan ia mencuci mukanya dengan kasar.

"Aissst, kenapa aku jadi grogi seperti ini." gerutu Ken kesal mencuci mukanya beberapa kali dan meraih tisu, kemudian mengusapkan ke mukanya dengan kasar.

Satu telpon masuk keponselnya membuat Ken kaget. Ia meraba saku celananya, melihat nama Laura muncul di sana. Ken menjawabnya cepat.

"Yah?" Kata Ken serius.

“Ken? Kau di mana?" Tanyanya terdengar serius.

"Di rumah, aku ada acara, aku akan kesana jika acaranya sudah selesai." balasnya dengan muka datar.

"Oke, cepat yah, aku tunggu. Aku merindukan mu," balasnya lirih.

"Aku tutup." Laura menutup telponnya.

Membuat Ken makin kesal. Ia menatap dirinya di kaca, ia tampak terlihat kacau di sana. Ia mencoba menenangkan dirinya. Berharap saja calon istrinya itu bisa diajak berbicara baik-baik dan mau menurut padanya.

Sementara itu Keyna menyapa semua keluarga yang tidak asing lagi di wajahnya itu.

"Key, kau cantik malam ini." ucap Nola memuji Keyna terang-terangan.

"Ah, terimakasih kak." sahut Keyna duduk di samping Ibunya melihat bangku kosong di depannya. Orang itu tidak ada disana.

"Oh, dia lagi ke toilet." ucap ayah Ken tersenyum pada Keyna yang kini mengangguk. Kennard keluar dari toilet sembari merapikan bajunya dan masuk kembali ke ruangan tadi, melihat ke semua orang yang berada di dalam ruangan satu persatu. Ken kembali duduk di kursinya, melihat ke arah Keyna kaget, Keyna juga melihat Ken binggung. Mereka beradu pandang dengan mulut terbuka lebar.

"Keyna!!!"

"Kau?!"