Sepertinya ia memang mendapatkan bayaran yang setimpal dengan usahanya membantu Steve saat ini. Kantung plastik yang ukurannya sangat besar bukanlah berisi sampah ataupun barang tidak layak, melainkan banyaknya pepero dengan banyak rasa yang sudah resmi menjadi miliknya. Sayang jika semua makanan manis ini terbuang. Padahal, masih banyak orang yang menginginkan pepero sebanyak ini.
"Sejak tadi, kau masih bertahan dengan satu kotak pepero?" tanya Steve dengan nada yang remeh.
Masih satu kotak pepero yang ia buka, lantaran Lena tetap harus kembali mengerjakan semua tugas Steve. "Karena sejak tadi, aku juga harus fokus dengan tugasmu," sungut Lena sembari mengalihkan pandangannya dari Steve.
Ruang tamu itu kembali hening, keduanya sibuk dengan urusan masing-masing. Sampai tak lama, keduanya mendengar suara derap langkah yang mendekat. Lena hanya sekilas melihat presensi yang duduk dengan kaki bertumpu, serta kedua tangan yang terlipat di depan dada. Dia cukup tenang ketika memperhatikan kedua orang yang berada di sini sejak tadi. Namun, dalam waktu satu detik alisnya berkerut melihat semua pepero berada di sisi Lena. Ia melempar hiasan kecil yang terletak di meja lampu dekat sofa pada Steve. Gerakan mata Jay seolah mempertanyakan tentang semua pepero itu.
"Dia mengambil semuanya," jelas Steve dengan singkat.
Tak ada kalimat yang keluar lagi setelah temannya menjelaskan. Dia menyibak rambut ke belakang, tapi tangannya terhenti tepat di atas kepala, saat ia melihat ada wanita lain yang berdiri di depan pintu. Sekalipun Jay tak pernah melihat wanita itu, dan dengan mudahnya dia tersenyum seolah kenal dekat dengannya.
"Kau siapa?" tanya Jay.
Steve dan Lena pun turut menoleh ke pintu, keduanya menampilkan reaksi yang berbeda. Dimana Lena juga sama mengerutkan alisnya melihat wanita itu. Hanya saja, Lena mengenalnya. Sedangkan Steve, ia hanya tersenyum tipis saat menghampiri Jay.
"Aku Mina, teman satu kost Lena," jawab Mina bersamaan menaruh rambutnya ke belakang telinga.
"Ah, aku yang menyuruhnya datang ke sini," sela Steve. Dia berusaha menjelaskan pada Jay, agar tidak terjadi kesalahpahaman. "Kemarin, aku tidak sengaja menabraknya dan memecahkan barang untuk tugas prakteknya. Karena itu, aku berniat untuk menggantinya," tutur Steve.
Mendengar itu, Lena langsung memiringkan kepalanya. "Seperti pernah terjadi," gumamnya lirih. "Apa aku mengalami de javu?" masih dalam lirihnya.
Mina dipersilakan untuk masuk dan duduk dekat dengan Lena. Gadis itu nampak melambaikan tangannya pada Lena dengan wajah yang riang. Karena teman satu kost-nya itu datang, perhatian Lena sejemang terarah pada Mina. Dipindai penampilan Mina dari ujung kepala hingga kaki. Memang sangat terlihat seperti gadis lugu. Lantas dia langsung kembali dengan pekerjaannya yang sebentar lagi akan selesai.
Disaat keadaan sedang tenang, Lena sedikit terkejut ketika Jay mengambil salah satu pepero di dalam kantung plastik itu. Dirinya sedikit bingung, karena Jay memberikannya pada Mina dengan wajah yang kelewat kusut.
"Aku tidak memiliki suguhan apapun, kau bisa memilikinya," ucap Jay sembari memberikan pepero itu pada Mina.
"Terima kasih, aku menyukainya," balas Mina. Dirinya membuka pemberian Jay, memakan pepero rasa stroberi yang sesuai dengan warna pakaiannya saat ini—merah muda. Saat kedua bola matanya sengaja terarah pada Lena, dia semakin mendekatkan duduknya tepat di sebelah Lena, memperhatikan apa yang tengah dilakukan oleh Lena. "Kau melakukan apa?" tanyanya.
Bersamaan dengan Lena yang tengah membereskan semua kertas dan buku milik Steve, dia hanya menjawab menggunakan dagunya dan menunjuk semua tugas Steve. Tangannya bergerak mengambil pepero miliknya setelah selesai merapikan tugasnya, ia terduduk dengan posisi menyender, menggigit pepero demi pepero sebelum sedikit menoleh pada Mina. Ia tertawa kecil saat kembali memperhatikan tumpukan tugas Steve di meja.
"Membantu mengerjakan tugas milik anak kecil," jawabnya. Tanpa memperhatikan Mina, Lena kembali bersuara. "Lalu, bagaimana denganmu?" tanyanya.
Helaan nafas keluar begitu saja, menumpu kaki sembari memasukkan gigitan terakhir makanan manis itu ke dalam mulutnya. "Meminta pertanggungjawaban dari anak kecil," jawabnya disertai dengan kekehan.
Di lain tempat, Jay menghampiri kamar Steve, dimana temannya itu sedang mengambil dompetnya. Dia mencegah langkah Steve di ambang pintu. Sorot tatapan yang lekat dengan kedua alis yang tertekuk sudah menjelaskan betapa seriusnya Jay. Bukan apa, pasalnya sejak Lena datang hingga Mina saat ini, dirinya sama sekali tidak mengetahuinya. Sebagai pemilik rumah, ia berhak tahu siapa saja yang mendatangi rumahnya ini, sekalipun itu adalah tamu yang akan bertemu dengan Steve.
Sebenarnya, Jay juga tidak ingin membahas hal ini, karena ia tidak ingin dianggap sebagai orang yang perhitungan, namun Jay tidak bisa membiarkan apa yang salah dimatanya. Dia memasukkan kedua telapak tangannya ke saku celana, memijat pangkal hidungnya sebelum mengucapkan kalimatnya.
"Kau tahu, 'kan, aku tidak menyukai caramu ini?"
Hanya satu kali anggukan yang Steve berikan pada Jay. "Iya," jawabnya untuk memperjelas. "Tadinya aku ingin bicara padamu, tapi melihatmu seperti orang tidak waras, membuatku mengurungkan niat," pungkasnya.
Steve pergi meninggalkan temannya, ia kembali menghampiri Mina. Membuka dompet dan mengambil banyak lembaran uang dengan nominal paling besar untuk diberikan pada Mina, namun belum sempat ia keluarkan dari dompet, Mina menahannya.
"Jika kau membayarnya secara lunas, itu berarti kita tidak akan bertemu lagi," jari lentik Mina hanya mengambil satu lembar dari sejumlah uang di dompet Steve. Ia berjalan keluar pintu, sempat berhenti sebentar dan membalikkan tubuhnya. "Kita akan sering bertemu," tambahnya yang langsung berjalan meninggalkan tempatnya.
Jujur, Lena agak terkejut dengan Mina barusan. Rupanya penampilan itu tidak menjamin kepribadian seseorang. Terkadang yang terlihat biasa saja, bisa melebihi ekspektasi. Dan saat Lena amati, ia teringat akan sepupunya yang menyukai Steve. Entah kenapa, kedua sudut bibirnya tertarik begitu saja saat membayangkan Steve dengan dua gadis yang Lena kenal.
Wah, ini akan sangat menarik—batin Lena, ia menumpu kakinya dan mengigit ibu jari tangannya.
"Apa dia selalu begitu?" tanya Steve tiba-tiba, memecah lamunan Lena.
Kontan kedua alis Kena terangkat bersama. "Aku sendiri juga baru mengetahuinya," katanya. Tak lama, ia membereskan semua barangnya untuk segera pergi dari sana. Pekerjaannya juga sudah selesai, dan tak ada lagi urusan di rumah ini. Berhubung hanya ada Steve, gadis itu hanya berpamitan pada laki-laki itu. "Tolong sampaikan terima kasihku juga pada Jay," katanya lagi sembari menunjuk kantung plastik besar berisikan puluhan pepero.
Lena keluar dari rumah itu, berjalan sembari menyeret kantung plastik ini. Dirinya berniat untuk membagikan pepero ini pada anak-anak di komplek perumahan ini. Gadis sepertinya tak akan disangka penculik ketika membawa kantung besar berisikan makanan manis yang disukai banyak anak kecil. Hari ini dia akan menjadi peri hadiah.