WebNovelPepero72.34%

Just One Night

Berakhir keempat orang itu duduk di ruang tamu, dengan salah satu diantaranya memasang wajah serius dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, sedangkan tiga lainnya tertunduk merinding saat merasakan atmosfer di ruang tamu ini. Jay melihat Steve dan Mina secara bergantian, terutama pada temannya. Entahlah, Jay tidak tahu kenapa rumahnya terisi oleh banyak orang begini. Apalagi Steve tidak mengatakan apapun padanya sebelum membawa Mina ikut menginap.

Laki-laki itu juga menoleh ke arah Lena beberapa detik sebelum kembali terfokus pada dua orang lainnya. "Katakan," pintanya dengan nada suara yang berat.

"Aku bertemu dengannya di pinggir jalan. Saat kuantar pulang, gerbang kost sudah terkunci,"

Lena yang mendengar itupun juga terkejut, ia melirik ke arah Jay yang masih memasang wajah seriusnya. Bukan apa-apa, pasalnya kejadiannya ini sama persis dengan yang ia alami, karena itu ia berada di sini. Pandangannya terarah pada Mina yang juga sempat bertatapan dengannya, namun langsung kembali tertunduk.

Tiga orang di sana memang terlihat seperti anak kecil yang sedang ketakutan saat ketahuan melakukan kesalahan. Tapi, tak lama setelahnya terdengar helaan nafas kelewat panjang dari Jay, pun membuat ketiga orang itu serempak menoleh ke Jay. Tanpa kalimat apapun, Jay pergi begitu saja meninggalkan ketiganya. Terlihat ia mengarah pada kamarnya.

Steve yang juga tinggal di sini melihat dua gadis ini justru sedikit kebingungan, namun ia mengarahkan Lena dan Mina untuk segera masuk ke kamar. Urusan Jay akan menjadi urusannya. Laki-laki itu meninggalkan dua gadis, berjalan menghampiri temannya yang sudah masuk ke kamarnya.

Ia melihat Jay yang tengah melepas jaketnya, tangannya sengaja ia masukkan ke dalam saku saat melangkah mendekati Jay. Ia berdiri di sebelah lemari koleksi barang, "Kau menanyaiku seperti itu, padahal kau juga membawa pulang Lena," ucapnya bersamaan dengan Jay melepas jam tangannya.

"Sama denganmu," jawab Jay.

Mengabaikan Jay dan Steve yang masih berbincang, dua gadis yang juga berada di rumah itu masih setia berada di ruang tamu. Keduanya sama sekali tidak melakukan apapun selain melihat sekeliling rumah Jay. Padahal sebelumnya mereka juga sudah pernah melakukannya.

"Kau sudah lama?" tanya Lena.

Mina mengangguk beberapa kali, "Iya, aku bahkan sedang membuat— Astaga, minumanku," Mina terkejut dan buru-buru kembali ke dapur lantaran ia baru mengingat minumannya yang belum selesai ia buat.

Sejujurnya, Lena juga agak kebingungan, namun ia menyusul teman satu list-nya menuju dapur. Sampai di sana, ia melihat Mina yang tengah menuangkan air panas ke dalam dua gelas berisikan minuman cokelat bubuk. Tak berbicara apapun, Lena hanya melihatnya dari dekat dapur, dan tak lama setelahnya Jay dan Steve keluar bersama menuju dapur lantaran merasa bingung dengan suara hentakan kaki. Steve juga baru ingat jika sebelum Jay dan Lena datang, dirinya dan Mina tengah membuat minuman.

"Aku lupa jika sedang membuat minuman," ucap Mina seraya mengigit bibir bawahnya.

Karena tak ada respon apapun, gadis itu segera membawa salah satu gelas panas dan berniat untuk memberikannya pada Jay. Hanya saja, karena masih cukup panas, tangannya tak mampu menahan hingga menumpahi baju Jay. Tentu saja seluruh orang di sana terkejut dan membuat mata mereka melebar. Pun yang baru saja tersiram air panas itu seketika melepas kaos putihnya, menampilkan tubuh bagian atasnya.

Dengan cepat Lena berlari ke arah Jay dan menutupi tubuh laki-laki itu menggunakan tasnya. Memang ukurannya lebih kecil, tapi dia melakukannya karena reflek. Wajahnya pun nampak panik saat ia berusaha berdiri di depan tubuh Jay.

"Kenapa kau berdiri di situ?" tanya Jay.

"Bapak adalah atasan saya. Sudah seharusnya seperti ini," jawab Lena.

Gadis itu mendorong tubuh Jay untuk kembali masuk ke dalam kamar. Ia tak akan ikut masuk, setelah berhasil membawa Jay masuk, Lena menutup pintu kamar itu dari luar dengan ekspresi wajah yang terlihat lega. Beberapa menit setelahnya, ia tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan. Sekilas melihat pada pintu kamar Jay, sebelum dia menutup kedua mata lantaran merasa malu.

Dengan kepala yang tertunduk, Lena berjalan menghampiri Steve dan Mina yang sedang membersihkan kekacauan tadi. Lena duduk di salah satu kursi dan meletakkan kepalanya di atas meja. Dirinya tengah merutuk diri sendiri karena melakukan hak bodoh secara spontan. Pun terdengar suara rengekan dari gadis itu. Nampak tangannya yang bergerak guna menepuk-nepuk ubun-ubun, hingga menarik perhatian Steve dan Mina.

"Ada apa denganmu?" tanya Steve.

Lena masih belum menjawab, bahkan rengekannya semakin bertambah. "Katakan jika aku bodoh, Steve," celetuknya masih dengan posisi kepala di atas meja. Lena menegakkan tubuhnya dan menatap Steve. "Seharusnya aku tidak melakukan itu, 'kan? Iya, 'kan?" Lena masih terlihat belum tenang.

Laki-laki di depannya itu mengerutkan dahinya, ia menoleh sekilas ke arah Mina dengan gerakan jari telunjuk yang berarti menandakan tidak warasnya seseorang. Mina sendiri hanya menjawab dengan menaikkan bahunya singkat. Kendati Mina berada di kost yang sama dengan Lena, dirinya sama sekali tidak mengetahui tingkah teman satu kost-nya yang seperti ini.

"Len, apa kejadian barusan membuat posisimu terancam?" tanya Mina dan langsung dijawab dengan gelengan.

"Lantas.." Steve menjeda kalimatnya, ia menahan nafasnya setelah menyadari sesuatu. "Jangan bilang kau mencium Jay?" tanyanya tanpa ragu.

Kontan Lena menatap tajam ke arah laki-laki itu. Ia tidak terima dengan kalimat yang didengarnya barusan. Lagipula, tidak ada alasan untuk dia harus mencium Jay. Selain itu, Lena juga bukan gadis gampangan yang mau memberikan ciumannya pada laki-laki yang tidak jelas.

Lena tak berkata apa-apa, pun enggan untuk berbicara. Dalam pikirannya, dia tengah memikirkan bagaimana nantinya jika ia bertemu dengan Jay. Apalagi saat ini mereka berada di bawah atap yang sama, kemungkinan untuk bertemu pun juga sangat besar. Ingin keluar dari sini, rasanya tidak mungkin, saat ini sudah pukul lebih dari sebelas malam. Semua jalanan akan sepi dan gelap.

Dia mendapatkan segelas air mineral dari Mina, dalam waktu yang singkat pun Lena mampu menghabiskan air itu. Pandangannya tidak terarah apda kedua orang di depannya, dia terlihat melihat acak seluruh ruangan tanpa tujuan. Lena masih memutar otaknya, mencoba memikirkan banyak cara untuk menghilangkan rasa malunya. Tak lama, dirinya bergerak menuju kamar yang di tunjuk Jay, ia tak bisa tidur dan hanya duduk di tepi ranjang. Entahlah, Lena juga tidak tahu seberapa lama ia akan bertahan membuka matanya begitu. Atau bisa jadi, dirinya akan terjaga semalaman.

"Argh," kesalnya meremat seprai kasur. "Bodoh sekali dirimu ini," ucapnya bersamaan dengan dirinya yang melorot ke lantai.