HARI BAIK

Hai Selamat Pagi dunia, kali ini aku terbangun dengan perasaan yang bahagia, agaknya setelah pertemuan dengan pria kemarin hehe.

Pagi ini aku berencana akan melakukan beberapa aktivitas yang bagiku ini akan sangat menyenangkan dan bermanfaat, ya maklum saja biasanya hariku diisi dengan hal- hal yang membosankan.

Bak disambar petir Kakung memanggilku dengan nada gagahnya, pfft sedikit menjingkat dari tempat tidur.

"Ndaaaaa, sini cepat!" teriaknya dari ruang tengah

"Iyaaaa Kunggg, sabarrr" dengan mata yang belum terbuka lebar aku berjalan ke arah Kakung

"Kenapasih Kung teriak - teriak begitu, masih pagi loh" padahal Kakung sendiri yang selalu bilang jangan teriak- teriak takut terdengar oleh tetangga yang maha benar, hadehhhh

"Nihh ,liat..." sambil menyodorkan hp jadul yang sering tidak sengaja kujatuhkan tetapi masih tetap hidup wkwk

"Apa Kung ?" tanyaku penasaran

"Ini nda Pak Kuswandi meninggal" sambil terus membaca koran Kakung mengatakan berita tersebut

Ternyata oh ternyata bukan hal yang penting bagiku, ternyata hanya secuil berita tentang kematian idola Kakung, seorang penyanyi keroncong yang berasal dari Jawa Tengah.

"Kirain kenapa Kung, yaudah Nda mau bersih- bersih rumah dan halaman dulu, liat tuh Kung halaman rumah kotor banget, banyak daun kering yang jatuh hari ini"

Segera aku ambil sapu ijuk lalu kubersihkan seluruh ruangan yang ada dirumah ini, cukup melelahkan pastinya melihatnya pun sudah lelah. Penuh semangat aku menyapu semua lantai dan halaman.

Beberapa jam kemudian masih belum selesai juga aku membersihkan rumah yang cukup luas ini berserta halamannya.

"Hihhh capek juga dan belum selesai- selesai, aku harus selesaikannya hari ini juga biar Kakung bangga " dengan nada yang sedikit kesal aku meneruskan pekerjaan rumah.

Tiba- tiba Kakung lewat di hadapanku menuju teras rumah...

"Tumben serajin ini nda, pasti mau merayu Kakung ya ? " kata Kakung yang seolah-olah tahu kebiasaan ku

"Kali ini tidak Kung, memang lagi pengin aja biar keringetan dikit daripada di kamar terus. Lagian bentar lagi kan Nda kerja jadi bakal jarang serajin ini hahah"

"Ada- ada saja kamu, yaudah sana yang bersih biar nanti suami kamu bagus ga brewokan" ledek Kakung padaku

"Iya- iya Kung"

...

Setelah beberapa jam berlalu, aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah serta memasak untuk Kakung. Waktu berjalan begitu cepat sudah mau petang lagi saja, malam hari ini aku isi dengan hobi baruku yaitu melukis ,aku memang sering mengikuti lombar menggambar sejak SD ya walaupun biasa aja ga bagus- bagus amat tetapi aku sangat nyaman ketika melakukan aktivitas tersebut. Jadi, rencananya ba'da maghrib aku akan beli peralatan lukis di kota, ya jaraknya mungkin sekitar 5km dari rumah.

Selesai sudah mandi dan mengenakan baju alakadarnya aku bergegas pamit ke Kakung, tidak banyak basa basi aku langsung tancap gas saja.

"Kung Nda mau keluar dulu ya beli cat lukis, assalamu'alaikum" sambil berlari mengeluarkan motor yang masih di belakang rumah

"iya hati-hati bawa motornya cah wedok, wa'alaikumsalam" suara Kakung yang makin lirih terdengar, seperti nya tadi Kakung ada bilang sesuatu setelah itu tapi aku tidak mendengarnya

Sampailah di toko perlengkapan lukis dan masih banyak lagi perlengkapan sekolah lainnya, aku cari dan tanpa bertanya ke pegawainya aku menemukan apa yang kucari. Kemudian langsung kubawa ke kasir dan pulang.

Akhirnya sampai juga dirumah, kali ini ternyata Kakung sudah tidur, lebih cepat daripada biasanya. Setelah di kamar aku mulai langsung melukis, mencoba dari awal. Beberapa teknik lukis aku pelajari kembali sampai akhirnya aku terfokus pada satu teknik yaitu aquarel. Teknik aquarel ini merupakan teknik yang digunakan baik dalam menggambar maupun melukis dengan sapuan dan paduan warna yang tipis, transparan, dan tembus pandang.

Pertama kali setelah sekian lama aku tidak melukis lagi rasanya sangat menantang, dan sedikit gugup, kali ini aku langsung ingin melukis di atas kanvas yang berukuran 100x100cm. Kanvas bekas yang masih kusimpan rapi di gudang, nantinya akan kutimpa dulu dengan cat minyak. Akan sangat menyenangkan sekali kegiatan ku malam ini, tapi ini akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan lukisan sebesar ini.

"Hmmm ide apa yang mau kutuangkan ke kanvas ini ya ? Apa mungkin aku akan melukis apa yang ada di imajinasi ku saja ? atau kejadian di pantai saat itu ? seperti nya menarik juga"

Kringgggg kringgggg kringgggg...

Suara dering telepon rumah mengganggu pikiran ku hmm ,dengan malas aku bangun mengangkat telfon

"Halo selamat malam.. dengan Zhenda disini , ada apa ya ? " tanpa basa-basi setelah salam aku tanyakan maksud dan tujuan si penelpon

"Iya malam, Zhenda ini Ibu, Ibu kangen sama Zhenda boleh ibu ngobrol sebentar ?"

"Ibu? Ibu siapa ya ? tanyaku sedikit tertegun

"Ibu kamu, ibu kandung kamu"

....

"Zhenda sudah gadis ya sekarang, ibu tidak pernah melihat wajah Zhenda yang cantik setelah beberapa tahun yang lalu, maafkan ibu dulu sudah meninggalkan Zhenda. Ibu harap Zhenda bisa memaafkan ibu, bagaimana kabar Kakung?"

"Iya Bu, Kakung sehat"

"Alhamdulilah, sepertinya Zhenda belum bisa menerima kedatangan ibu ya ? boleh ibu minta nomer wa Zhenda ? "

"Iya Bu , 08127xxxxx" kusebutkan saja nomer wa ku, mati rasa ,itu yang aku rasakan sekarang.

"Makasih , nanti ibu telfon Zhenda kapan- kapan lagi ya. oh iya bagaimana kuliahnya ?"

"Saya tidak kuliah" jawabku ketus

"Lalu sekarang kerja?"

"Belum"

"Ibu ada rencana ingin pulang ke kampung menemui Zhenda kalau dapat ijin sama suami ibu disini"

"Suami?" tanyaku sambil menahan tangis

"Iya Zhenda, ibu sudah punya suami lagi di sini , di Malaysia, dan ibu juga sudah punya anak satu, laki-laki tidak beda jauh dengan kamu. Nanti kapan-kapan ibu kenalkan ke Zhenda"

"Oh, tidak perlu, Zhenda sudah punya Kakung". bak disambar petir di siang bolong, aku harus menerima kenyataan memang tidak ada yang sayang kepada ku kecuali Kakung.

"Yaudah Zhenda, Ibu tutup dulu telfonnya ya, kamu jangan lupa istirahat, kalau ada apa- apa nanti kabarin ke ibu"

"Ya."

tutttt.

*****

Ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan orang yang benar- benar meninggalkan raganya dari hadapanku, ya hal tadi adalah yang paling menyakitkan. Moodku benar- benar dibuat hancur setelah aku ingin bangkit kembali, dan melanjutkan hobi ku malam ini, aku tunda akan kulanjutkan entah kapan lagi. Rasanya ingin bunuh diri saja mengetahui hal tersebut dari yang bersangkutan langsung, menangis aku malam ini sejadi-jadinya, sampai tangisku membangunkan Kakung.

Kakung menenangkanku malam ini, memelukku erat, menasehati ku. Hari baik mana lagi yang akan aku lewati berikutnya? Tidak terasa mataku mulai berat didekapan guling kesayangan, tanpa sadar suara Kakung seperti menjadi dongeng pengantar tidur ku malam ini.

*****