"Partikel itu. Apa kau tahu?"
"Oh. Kalau kata dia sih itu disebut Hellcrux," jawab seseorang yang memakai jas hitam dengan santainya.
Andai saja mereka tahu apa efek samping partikel itu, mereka pasti akan berlari sejauh mungkin, bahkan akan bersembunyi di dalam bungker selama hidupnya.
Karena kemalangan akan menimpa mereka yang tidak waspada.
—WOOOOOOOSH!!!
Dunia baru saja dihantam gelombang keras pasca seseorang mencoba membuka sebuah portal ke dimensi lain di tengah kota. Setalah kejadian tersebut, suasana ramai di tengah kota tiba-tiba saja menghilang dan sunyi senyap begitu saja.
***
Toilet wanita, dalam gedung perkantoran, di Tokyo.
—DOCK-DOCK-DOCK!!
"KANNA?! Apa kau dengar yang tadi?" Pegawai laki-laki muda itu sedang mengetuk pintu toilet yang terkunci dengan wajah yang putih pucat.
Dia baru saja mendengar ledakan keras yang terasa tak jauh dari area gedung perkantoran.
—DOCKDOCKDOCK!!
"KANNA?!! HEI! JAWAB AKU!"
Dia makin panik, pikirannya terus berputar untuk mencari jawaban yang logis sesegera mungkin. Namun, kakinya mulai melemah karena tak dapat menahan rasa takut yang menyerang batinnya.
Dia menyandarkan keningnya yang penuh dengan peluh pada pintu toilet, "KANNA! Satu kata saja.. tolong!"
Tidak biasanya pria itu diacuhkan, tak biasanya wanita yang ada di dalam toilet itu mengabaikannya, ini pertama kalinya dia tak mendapatkan balasan kata dari sang kekasih.
Pria itu menjatuhkan tubuhnya di depan pintu toilet dengan dengkul menyentuh lantai yang berwarna putih.
Air mata mengalir di pipinya. Pria itu sangat ingin membagikan pengalaman menakutkan tadi pada kekasihnya, tentang apa yang dia rasakan setelah ledakan itu tiba.
Dia sangat ingin membagikan pengalaman menyeramkan yang baru saja dirasakannya kepada orang lain. Namun, setelah mengetahui seluruh fakta ini, dia sangat berharap untuk mati!
Mati di sini, disamping kekasihnya serta teman kantornya yang telah pergi dari dunia ini. Mereka meninggalkan hal yang sama, yaitu ...
Debu dari orang yang telah mati.
***
Matahari masih berada di atas langit, bayanganmu masih berada di bawah kaki. Namun, hanya langit saja yang tiba-tiba berubah. Pemandangan langit merah dapat terlihat jelas di seluruh penjuru Bumi. Dalam beberapa jam cuaca berubah sangat ekstrim.
Bahkan organisasi antariksa tak mengetahui sebab pastinya.
Udara terasa sangat berat, angin laut berlalu sangat kencang, para nelayan mengurungkan niatnya melaut pada malam hari setelah melihat laju ombak yang tidak karuan.
Selain berwarna merah, langit di isi oleh penampakan tak terduga, yaitu burung-burung yang sedang mengepakkan sayapnya di udara, mereka adalah yang terkena dampaknya setelah umat manusia.
Hewan yang terbang di udara itu tiba-tiba saja kehilangan kendalinya di langit. Seekor burung elang yang sebelumnya sedang terbang di udara tiba-tiba saja meluncur ke bawah, dia akan jatuh tepat di atas atap sebuah mobil SUV.
BUMP!
Hal tersebut mengagetkan sang pengendara yang sedang menunggu lampu lalu lintas berubah ke hijau. Sang supir yang berkepala plontos itu sangat terkejut sampai meloncat dari kursinya.
"Apa itu?!" tanya pria itu pada anak perempuannya.
Anak perempuannya yang duduk di belakang merasa sangat takut. Matanya membulat seolah tidak percaya dengan peristiwa yang terjadi begitu saja.
Gadis itu menggelengkan kepalanya "Jangan, jangan di lihat! Jalan aja!"
"Kenapa sih kamu? Kok ketakutan gitu?" Ayahnya imeraih gagang pintu mobil. Dia sudah tak sabar untuk memastikan benda yang menghantam mobil kesayangannya itu.
"Ayah.. jangan!"
"Udah, jangan takut. Ada ayah di sini."
Gadis itu masih melarang ayahnya untuk keluar. Namun, pria berkepala plontos itu langsung keluar dari mobil itu tanpa menghiraukan ucapan anaknya lagi.
Saat di luar mobil, pria itu langsung memeriksa bagian atap mobil yang tadi terhantam sangat keras oleh sesuatu. Sementara itu, gadis yang sedang duduk di dalam mobil langsung bersembunyi di balik selimut berwarna putih keayangannya, dia hanya berani mengintip kecil dari balik sana.
Dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu yang tak diharapkan pada ayahnya. Karena di kawasan ini sedang terjadi teror menakutkan. Kemarin baru saja terjadi baku tembak antara polisi dan bandar narkoba yang bermarkas di pemukiman warga, jadi ada kemungkinan suara keras tadi adalah sebuah tembakan dari bandar tersebut.
'Mungkin aja bandar narkoba itu ingin balas dendam 'kan?' pikir sang anak yang mengkhawatirkan ayahnya.
Gadis itu hanya bisa melihat lengan dan dada ayahnya yang sedang berjalan di luar mobil, pria berkepala botak itu sedang mengelilingi mobilnya. Dia sudah berjalan memutari SUV berwarna putih itu selama 2 kali untuk mencari-cari sesuatu di jalanan, tapi tak menemukan apapun.
"Ayah! Cepet masuk!" teriak gadis yang sudah tak sabaran itu.
"Sebentar, ayah masih cari sesuatu. Ini aneh banget!"
"Apanya yang aneh? Ayah? Makanya jangan mikir terus, kepalanya jadi botak kan?!" gadis itu melemparkan kata yang seharusnya pada orang tua itu.
Ayahnya seketika berhenti tepat di depan pintunya. Terdiam, tak bersuara sedikitpun. Hal tersebut malah menambahkan ketegangan yang dimiliki gadis itu.
"A–ayah? Aku cuma bercanda..."
Tak menjawab sedikitpun, tangan ayahnya malah meraih atap mobil, gadis itu masih terus memperhatikan setiap gerak-gerik ayahnya. Dia menatap tajam ke arah jendela tersebut.
Hatinya benar-benar tidak tenang karena tak tahu apa yang sedang dilakukan ayahnya. Tarikan napasnya makin memberat, jantungnya berdebar sangat keras. Dia sangat ingin berteriak.
"Ay—"
—Bug!
Tiba-tiba saja sebuah tangan yang berlumuran darah menempel di kaca tersebut. Suaranya tak bisa keluar sedikitpun, tenggorokannya terasa tercekik.
"WOAAAH!"
Di depan kaca muncul kepala botak yang sedang meringis, memamerkan taringnya sambil menjulurkan lidah.
"AAAAAA— AYAH! NGAPAIN SIH?!"
Itu adalah tangan dan kepala ayahnya. Rasa panik membuatnya tak bisa berpikir dengan jernih. Ayahnya tertawa sangat puas saat melihat putrinya ketakutan.
"Ho-ho-ho.. gitu aja takut~" pria itu menarik tangan yang berlumuran darah itu dari jendela, "Anakku sayang? Kita mampir ke tempat cuci mobil dulu, ya?"
"Hah? Kenapa?! Aku udah telat loh!" gadis itu menolak mentah-mentah permintaan sang ayah, dia ingin pergi ke pesta ulang tahun temannya dengan segera.
"Gak bisa. Kamu lihat tangan ayah tadi 'kan?"
"Eh? Emang itu apa? Bu–bukan darah 'kan?!"
"Nah, udah tau kan?" Pria itu berjalan ke pintu mobil untuk segera menyetir menuju ke tempat tujuannya.
Sesaat pria itu di dalam mobil, gadis itu memperhatikan bercak darah yang terdapat di telapat tangan dan baju ayahnya, dia dapat mencium bau darah dari sana.
"Ayah?! Beneran?" gadis itu menggoyangkan pundak ayahnya.
"Ya terus ini dari mana?"
Gadis itu kembali duduk dengan normal dan berusaha menghilangkan pikiran buruk yang menyerang kepalanya. Dia tak menyangka kalau yang dilihatnya itu benar-benar lumuran darah.
Si pria berkepala plontos itu sebenarnya sangat cemas. Dari awal dia tahu ada lumuran darah di atap mobil kesayangannya. Namun, dia berusaha mencari jawaban sambil memutari mobilnya berkali-kali, dia menginginkan hasil yang logis.
Namun, hanya beberapa hal yang dapat dipastikannya.
Tidak ada bangunan tinggi di sekitar mobil!
Tidak ada kendaraan lain!
Tidak ada siapapun di sana, selain seorang ayah yang pemberani dan putri kecilnya!
Pria itu mencoba menyalakan mesin mobilnya. Dia tiba-tiba saja menjadi sangat panik, tarikan napasnya tidak beraturan, otaknya dipenuhi dengan pemikiran yang tak seharusnya.
Dia butuh jawaban yang logis!
'BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH! BUNUH! HABISI SEMUA ORANG! BUNUHLAH MEREKA YANG TAK MEMANDANGKU SEBAGAI RAJA!'
"Bunuh?"
Pria itu menghadap ke arah anaknya dengan mata yang tajam. Gadis yang sedang memeluk selimutnya dengan erat itu langsung menyadari tatapan mengancam tersebut.
"Ayah? Kenapa?"
Pria tersebut memajukan badannya kearah gadis tersebut, Jari jemarinya yang tampak kekar itu mulai mengalungi leher sang putri kecil.
"A–ayah?"
Otot lengan pria itu tiba-tiba saja berkembang sangat cepat, ukurannya bertambah dua kali lipat. Akibatnya, telapak tangan yang sedang mengalungi leher itu menjadi makin erat.
Gadis itu tak bisa berpikir sedikitpun tentang apa yang sedang terjadi. Bola mata ayahnya yang berubah ke warna merah darah itu membuat jiwanya terguncang.
Tak mampu lagi menahan rasa sakit tersebut. Sang putri kecil yang dulu meminta sebuah mahkota di toko mainan itu mengerahkan sisa tenaga untuk menggenggam kedua tangan ayahnya. Pandangan matanya mulai meredup bersamaan dengan cairan bening yang keluar dari mulutnya, dia berusaha keras untuk mengeluarkan suara dari tenggorokannya ..
"I lov— you.. Dad."
Lehernya remuk, hancur, dan tercabik karena tekanan yang diberikan itu. Selimut putih itu kini dipenuhi oleh cairan merah, yaitu darah segar milik sang putri kecil.
Dia mati di tangan ...
'KERJA BAGUS!'
Tetes air mata mengalir di pipi pria tersebut.
Dia mungkin sudah kehilangan kendali atas dirinya. Meski begitu, hatinya tak bisa berbohong sedikitpun tentang rasa sakit tersebut.
Namun, dia tak bisa melawan sedikitpun, pikiran terus saja diserang dengan permintaan yang tidak wajar.
'Habisi, Habisilah jika kau melihat mereka yang berani melawanku! HABISI MEREKA SEMUA!'
"AAARRRGGHH!!!"
***
"HAH?!"
Seorang pemuda yang memakai sweater berwarna hitam itu baru saja terbangun dari tidurnya karena mendengar teriakan histeris di kursi depan. Suara wanita itu menggema di dalam pesawat dan menyebabkan kepanikan massal yang merasuki para penumpang.
"Apa kau tahu apa yang terjadi?" pemuda itu langsung bertanya pada seorang pria tua yang duduk di pojokan, dekat jendela.
Ketika mendengar pertanyaan tersebut pria tua itu hanya menggelengkan kepala, tanpa menoleh sedikitpun. Dia sedang fokus mengintip keluar jendela dari balik gorden.
Pria tua itu menekan kakinya di lantai sangat kuat, tangannya menggenggam erat gorden agar tidak tertutup, lehernya kaku dan kelopak matanya tak berkedip sedikitpun. Dia seperti menyiapkan segala pengalamannya yang hanya untuk melihat pemandangan di luar pesawat ini.
Kenapanikan massal mereda. Kabin pesawat kelas ekonomi itu seketika hening.
Pemuda itu langsung berdiri untuk memastikan perubahan yang sangat cepat tersebut, lalu mendapati semua orang juga sedang melakukan hal yang sama..
Seperti pria tua itu.
Terdiam, menutup mulutnya rapat-rapat, membuka kelopak matanya sangat lebar dan melihat keluar jendela.
'Ada yang salah!'
Jantungnya berdetak sangat cepat, tangannya gemetar hebat. Tanpa membuang waktu lagi, dia langsung menarik gorden yang masih dipegang erat oleh pria itu.
Betapa terkejutnya dia, karena seekor burung sedang terbang menuju jendela yang ditatap olehnya.
—BUG!
Burung itu menabrak jendela yang sedang aku pandangi. Karena kejadian tersebut, aku langsung mengingat perkataan ibu saat berpisah di bandara.
Saat itu aku sedang menunggu di ruang tunggu bandara, Ibu sedang duduk di sampingku. Kemudian ia memegang jari-jariku sambil menatap dengan sorot mata yang meruncing tanpa alasan yang aku ketahui.
Namun, itu hanya bertahan sesaat karena Ibu membuka suaranya dan bercerita ...
"Tadi malam ibu bermimpi.
"Langit biru itu berubah ke warna merah darah, lalu seluruh orang menjadi panik karena hal tersebut.
"Tak beberapa lama kemudian, burung-burung di langit jadi memiliki bentuk yang aneh. Dengan mata merah menyala, mereka terbang mendekati sebuah pesawat ...."
Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku sangat tertarik dengan kelanjutan cerita tersebut. Apa yang terjadi dengan pesawatnya? Apa yang akan dilakukan oleh burung itu?! Aku ingin tahu!!
Aku harus mengingatnya!!
'Oh!'
Ibu saat itu berhenti sejenak, aku tahu dia sangat mengkhawatirkanku karena harus pergi ke negara asing yang belum pernah kukunjungi apalagi tinggali.
Jadi perkataannya saat itu kudengarkan karena sangat menarik.
Namun, saat itu dia sangat ragu, "Lalu..." aku mengingatnya, aku sudah mengetahui apa yang dikatakan ibu!
Saat itu, air mata berlinang di pipinya, genggaman tangannya terasa makin kuat, bibir bergetar saat mengatakan, bahwa ...
"Pesawat ini akan ...."