C3 - Landing

Di langit bandara internasional Incheon, di Korea. Dapat terlihat sebuah pesawat yang hendak melakukan untuk pendaratan di tempat yang tidak seharusnya. Pesawat tersebut tak memiliki tempat untuk mendarat karena semua landasan sedang ditempati oleh pesawat yang entah mengapa tidak melakukan penerbangan sesuai jadwal.

"... Airlast N740 akan melakukan pendaratan darurat!" ucap pilot yang mencoba menghubungi menara lalulintas di bandara Incheon.

Mesin pesawat di sayap kanan rusak dan mulai mengeluarkan asap karena ditabrak oleh burung-burung di udara.

Pilot masih mencoba menghubungi menara. Mereka sudah melakukannya berkali-kali tetapi tak mendapatkan jawaban sekalipun.

Pilot dan Co-pilot itu hanya bisa berusaha menghilangkan segala pikiran buruk yang melanda saat melihat 3 pesawat yang berada di landasan. Meski itu membuat pikiran liar mereka bergerak dengan bebasnya.

Pintu ruang kendali pesawat mereka juga sudah diketuk berkali-kali. Namun, mereka tak menggubris itu karena tujuan utamanya adalah mendaratkan pesawat dengan selamat.

Dengan segala harapan penumpang yang terdapat di kedua tangan mereka, pesawat itu menurunkan ketinggiannya secara perlahan. Kedua pilot yang padahal sedari tadi memandangi langit merah itu tetap tak mengurangi keberanian di dalam hati.

"Ya Tuhan, aku percayakan keselamatan kami semua pada-Mu." Tangannya bergertar seraya mengucapkan berbagai sumpah dari bibir yang sudah kering dan pucat tersebut.

Pesawat membuka rodanya dan pilot bersiap menarik setir untuk melakukan pendaratan.

***

Di dalam pesawat, Erlan sedang berjalan menuju kursi di mana So Jun berada. Orang-orang yang berada di dalam kelas ekonomi tak tahu harus bersikap bagaimana selain mengabaikannya saat melihat kondisi tubuh Erlan yang sangat tidak biasa.

Mereka hanya diam dengan penuh harap kalau pemuda itu tidak datang menghampiri. Takut adalah hal wajar untuk mereka, karena jika melihat telapak tangan Erlan yang membentuk sebuah cakar sebesar milik beruang madu.

Siapapun pasti tidak mau jika ada bekas cakaran sedalam 10 centimeter di perutnya.

***

So Jun merupakan seorang pria tua yang hidupnya terus berpetualangan di alam liar, dia sudah memiliki insting sekuat anjing hutan. Saat sedang duduk di kursinya tiba-tiba saja dia merasakan aura karnivora yang melalui dirinya.

Tubuhnya langsung masuk ke kondisi siaga, kedua mata yang masih memerah itu berusaha mencari tahu dari mana datangnya ancaman tersebut.

Lehernya menegang, otot lengangnya dikuatkan. Tanpa berpikir panjang, So Jun langsung pergi dari kursi tersebut. Lagi, instingnya mengatakan untuk segera menjauh dari kelas ekonomi.

Sebelum pergi dari kursinya, So Jun sempat melihat ke arah Erlan pergi.

'Semoga kau baik-baik saja anak muda.'

***

Pilot berusaha keras untuk mendaratkan pesawat tersebut dengan baik, tempat yang harus dipijaki roda pesawat adalah sebuah tanah dan rerumputan yang memungkinan pesawat untuk tergelincir, apalagi saat ini terjadi hujan dengan itensi tinggi di bandara Incheon.

Dengan tiupan angin kencang, serta medan yang licin, mereka harus bertaruh dan berharap pesawat tidak terguling.

Belum juga pesawat menyentuh daratan, mesin di sayap kanan mulai mengeluarkan asap tebal. Semua orang di dalam hanya berharap agar bisa segera turun dari sana.

Saat ini adalah titik krusial bagi sebuah pesawat yang ingin mendarat. Jika terjadi satu kesalahan saja maka kecelakaan besar akan terjadi.

Roda pesawat mulai menyentuh tanah basah tersebut. Mesin di sayap kanan mulai terbakar. Dengan cuaca dan dataran yang tidak mendukung, di tambah ada 2 pesawat komersil lain yang berdiam di landasan dan memungkinkan untuk terjadi tabrakan jika pesawat ini tergelincir.

Harap-harap cemas mengudara dari hati mereka. Namun, hanya Erlan yang masih sibuk berjalan untuk menemukan So Jun.

Tak ada yang berani mengganggunya.

'TEMUKAN DIA! SEGERA HABISI!'

—GRRRRR

Erlan menggeram, kelopak matanya sayup-sayup memaksakan untuk membuka dua bola mata yang berwarna merah darah itu.

Pandangannya kabur, tertutup oleh serat-serat merah. Dia mengangkat lengannya karena merasakan suatu perbedaan saat mencoba mengepal telapak tangannya yang sudah sebesar tangan beruang itu.

'Apa ini?'

Erlan mengabaikan hal tersebut. dengan mata sayupnya, dia berjalan kembali mengikuti kata hatinya.

'CARI!'

'Siapa? Cari siapa?'

'Cari orang yang merusak hidupmu!'

'Siapa? Aku sendirian, tidak ada siapapun yang aku kenal di sini.'

Erlan masih terus berjalan, ketika melihat kursi yang didudukinya di kelas ekonomi, dia tak melihat keberadaan So Jun.

'Kemana dia?'

'BETUL! Cari dia! Dialah yang merusak hidupmu!'

'So Jun? Apa dia pernah melakukan itu? Aku tak pernah merasa disakiti olehnya. Apa yang kau maksud?'

'DIA LAH YANG MENGACAUKAN PERJALANANMU! TAKKAN TERJADI KEBURUKAN INI JIKA DIA HILANG DARI DUNIA! CEPAT BUNUH DIA!

'BUNUH!'

"Be—nar, kau benar." suara Erlan terdengar seperti gema yang muncul dari gua yang dalam, sangat berat seolah dia adalah seekor gajah laut yang mengeluarkan suara dari perut.

Erlan tersemyum lebar sampai pipinya sobek saat mendengarkan kata hatinya. Kini dia sudah mendapatkan jawaban di mana So Jun berada. Tak ada lagi tempat bersembunyi di pesawat ini kecuali di sana.

"Toilet!"

Belum sempat dia melangkahkan kakinya, Erlan tiba-tiba saja menunduk 90 derajat. Dari punggungnya muncul sebuah punuk mirip unta. Namun, secara perlahan mengikuti irama tarikan napasnya, punuk tersebut mengeluarkan dua buah sayap.

Setelah sayap itu terbuka lebar, tetesan darah miliknya tumpah ke lantai. Namun, itu tak menyakiti Erlan sama sekali. Dia bahkan memperbaiki posisi dirinya dengan senyuman lebar, dia memperlihatkan 4 taring tajam.

"KYUNG SO! AKAN KUBUNUH KAU!!!"

—BUMP!

Tak sesuai harapan pilot dan seluruh penumpang. Pesawat tersebut tergelincir dan berguling ke salah satu pesawat lainnya yang ada di landasan dengan kecepatan yang sangat tinggi.

—BUMP-BUMP-BUMP!

Mesin yang rusak itu bergesekan dengan aspal dan menciptakan percikan api. Hal tersebut tak dapat terhindarkan lagi, semua orang yang menyaksikan pasti tahu akhir dari pesawat yang mengalami kecelakaan tersebut.

—BOOOM-BOOM!

BOOOOM!

Suara ledakan dapat terdengar ratusan meter jauhnya. Orang-orang yang mendengar suara memilukan hati tersebut langsung tertunduk lesu.

Jika di udara saja tidak bisa selamat, maka apa yang terjadi dengan manusia di daratan.

Mereka mengalami depresi berat.

Tak ada lagi harapan hidup untuk manusia setelah datang bencana mengerikan tersebut.

Pemerintah sampai detik ini masih melepas tangan dan hanya meminta para masyarakat melalui jaringan radio untuk menjaga keamanan hidupnya masing-masing.

***

Pria yang sedari tadi duduk di salah satu pencakar langit kota Seoul itu akhirnya beniat pergi setelah melihat peristiwa kecelakaan pesawat yang mengenaskan.

Tidak ada lagi waktu untuknya terus bermain-main di tempat ini.

"Aku harap mereka dapat membimbing manusia ke jalan yang benar."