"Apa kau pikir kau lebih pintar dariku? Lebih hebat dariku karena keberhasilanmu yang bertubi-tubi itu?" Sorot mata Nadir tampak berkilat-kilat di bawah lampu ruang yang temaram.
Malik berada di satu ruang yang berbeda dengan dua orang kepercayaannya, Rayyan dan Kai. Mereka berada di tempat terpisah.
"Tunggu setelah aku mendapatkan wanitamu, kau akan tahu siapa aku sebenarnya," Nadir tersenyum tipis.
Tujuannya bukan Malik, tujuan Nadir adalah Anna. Dengan begitu, barulah ia bisa menyebut dirinya sebagai pemenang.
Malik hanyalah umpan, Annalah yang akan menjadi santapan besarnya.
Mendengar itu, tatapan Malik semakin membara.
"Jangan menyentuhnya! Kalau kau berani melakukannya, akan kupastikan kau akan menyesalinya!" ancam Malik.
Nadir melipat kedua tangannya di dada, ia tak takut dengan ancaman dari pemuda seperti Malik.
"Bukankah permainanmu juga seperti ini?" Nadir mengingatkan Malik akan apa yang sudah ia lakukan.