Satu Lawan Dua

"Itu lebih bagus lagi! Dia sudah pernah mengalahkannya, itu artinya mereka pernah bertarung!"

Masih ada harapan untuk desanya, masih ada masa depan untuk anak-anak di desanya itu.

"Tetua! Tetua!"

Tiba-tiba suara gaduh muncul, seorang pria masuk ke dalam ruang pertemuan dengan napas terengah-engah. Ekspresinya menunjukan bahwa dia membawa kabar buruk.

Sang Tetua menahan napas, kali ini apa lagi yang dilakukan oleh kelompok penjahat itu?

"Ibu Rin!" Pria itu meneteskan keringat, matanya pun tampak berkaca-kaca.

"Dia...." Ia tak sanggup melanjutkan kata-kata. Pria itu memukul lantai berkali-kali.

"Apa yang terjadi pada Ibu Rin? Apa, katakan cepat?" Wanita paruh baya mengguncang tubuh pria tersebut. Ia merasa takut dan khawatir.

"Pria itu, pria itu membunuhnya dan memajang Ibu Rin di tengah desa!" teriaknya keras.

Sang Tetua terjatuh mendengar kabar yang disampaikan pria tersebut. Tanpa berlama-lama lagi, ia langsung menuju ke tengah desa.