chapter 5 panel statistik

untuk membuat panel statistik Ridho merasakan kekuatan ilahinya tersedot 1/1000.

Dari pandangannya terlihat panel transparan yang hanya bisa dilihat olehnya.

[Nama : Ridho

Ras : manusia baru

Tingkat : Dewa menengah

Kekuatan iman 600.000/10.000.000

Kekuatan ilahi : 599.400/600.000

Pengikut : 2

Orang suci(0), fanatik (2), orang percaya gila(0), orang saleh (0), orang percaya dangkal(0)

Sistem : sistem 100.000 kali lipat]

Melihat panel sistem membuatnya dapat mengetahui tingkat kekuatannya, hal ini membuat dirinya nyaman.

"Dalam Ras menunjukkan aku adalah manusia baru sepertinya ini akibat esensi manusiaku tidak seperti esensi manusia lain akibat memakan esensi egregore.

Lalu kekuatan ilahi berasal dari kekuatan iman dan statusnya sama seperti mana yang dapat terisi sendiri, nah bahkan jika kedua pengikutku mati pun kekuatan ilahi ini tetap ada tapi tidak bisa melebihi batas atas 600.000, jadi selama kekuatan iman bertambah maka batas atas kekuatan ilahi akan bertambah.

Lalu ada juga tingkatan orang percaya dari orang suci yang paling tinggi hingga orang percaya dangkal yang paling rendah, aku rasa orang percaya dangkal adalah orang yang sering disebut agama ktp di bumi.", Ridho menilai dan mengevaluasi statistik yang ditunjukan oleh sistem, dia tidak menyangka dirinya berbeda dari manusia lain dan menjadi jenis manusia baru.

**********

Ridho turun ke restoran di bawah penginapan, pagi ini lumayan ramai orang datang untuk sarapan.

Bersama warga dunia ini dia juga menikmati makanan lokal, ada sayuran yang seperti kubis, sup akar lirotice yang terlihat seperti mandrake, dan daging sapi berkaki enam yang diberikan toping bunga pipi.

"Makanan di dunia ini unik juga", Ridho mencoba sup akar lirotice, do sup itu terlihat sebuah tanaman seperti mandrake dengan wajah yang mengerikan tetapi memiliki bau yang membangkitkan selera, tanpa ragu Ridho menyeruput sup bening itu.

Rasa gurih dengan sedikit pedas mendominasi mulutnya, lalu dia merasakan arus hangat yang turun hingga ke alat kelaminnya.

"Rasanya enak tapi siapa sangka ternyata ini tonik untuk itu, pantas saja pelayan tadi menatapku dengan aneh", untungnya sebagai dewa dia bisa mengendalikan reaksi tubuhnya.

"Ohhh anak muda apakah kamu akan mengunjungi rumah merah sepagi ini?", Seorang kakek tua mengajak Ridho ngobrol setelah melihatnya meminum sup lirotice.

"Aku hanya mencoba saja, siapa tahu ini berfungsi untuk itu", Ridho menjawab pria itu.

"Ohh sepertinya kamu orang yang baru ke kota ini? Yah pantas saja kamu sangat sembrono memesan apa yang tidak kamu tahu", pria tua itu berkomentar.

"Hahaha old hank apa yang kamu lakukan", seorang pria gemuk mendatangi meja kakek tua itu yang ternyata dipanggil old hank.

"Hmm aku sedang mengobrol dengan orang ini", old hank mengambil bir di tangannya.

"Astaga old hank jam segini kamu sudah meminum bir", seorang wanita berkacamata dengan rambut dikuncir mengomentari old hank.

Ridho melihat wanita itu dan menilai bahwa dia cukup imut.

"Hehehe jika kamu punya uang dan tidak membeli bir rasanya sungguh sia sia", old Hank mengangkat gelas bir dan meminumnya lagi.

"Ohhh kamu meminum sup lirotice sepagi ini? Apakah kamu mau bermain dengan mary", pria gendut itu memperhatikan mangkuk sup milik Ridho.

"Hei aku tidak menerima pelanggan di pagi hari, hanya malam hari saja", gadis berkacamata yang dipanggil mary memolototi pria gemuk itu.

"Hei dia itu musafir dan tanpa sengaja memesan lirotice", Old Hank menjelaskan situasi Ridho.

"Ohhh kalau begitu kamu harus mengeluarkan efek obatnya, kamu lihat mary di sana itu dia sangat lihai", pria gemuk itu duduk di meja Ridho yang membuatnya tidak nyaman.

"Hei jangan asal asal menunjukku, kenapa kamu tidak ***** dia saja", Mary yang ditunjuk sedikit tidak suka.

"Astaga kenapa marah marah begitu dari tadi apakah kamu lagi keluar darah?", Pria gemuk itu bertanya ke mary.

"Tentu saja tapi yang membuatku kesal adalah pelanggan tadi malam tidak membayar! Dan pergi menyelinap di malam hari sialan, lalu hari ini aku keluar darah sial di saat begini tidak ada yang mau menyewaku", Mary menggerutu lalu meminum cairan di gelasnya dengan sekali teguk.

"Hei kamu tahu ada beberapa pria yang menyukai wanita saat keluar darah, aku kenal beberapa dari mereka bagaimana kalau aku perkenalkan?", Pria gemuk itu berlari ke arah Mary dan membicarakan bisnis untuk nanti malam.

Ridho melihat orang orang di kota ini ramah bahkan bagi warga asing.

Dia mengobrol dengan old Hank dan mendengarkan cerita old Hank tentang sejarah pria di depannya, wawasan dan pengalaman orang yang lebih tua sangat berharga jadi Ridho mendengarkan cerita old Hank.

"Haa old Hank kamu menceritakan kisah itu lagi, mana ada putri duyung yang terjebak di sungai inka", pria gemuk itu membantah cerita old Hank.

"Hei itu benar, aku dan putri duyung itu saling mencintai tapi sayangnya kami memiliki kepercayaan yang berbeda", mata Old Hank menjadi sendu sambil memegang sebuah liontin yang terbuat dari kerang.

"Ohhh aku baru mendengar cerita mu yang ini, sangat romantis! Para gadis pasti sangat menyukainya kenapa tidak membuat novel saja", Mary terlihat tertarik dengan cerita old Hank, sebagai wanita cerita romance pasti membuatnya tertarik terutama di mana kisah cinta itu antara dua individu yang tidak boleh saling mencintai.

"Apakah orang yang berbeda agama tidak boleh saling menikah? Aku baca tidak pernah ada peraturan seperti itu di kota ini?", Ridho bertanya kepada Old Hank, dari yang dia baca di buku kota arte memperbolehkan pernikahan beda agama, yang mana hal ini dilarang di hampir semua negara.

"Haaa memang, para dewa manusia tidak melarang pernikahan berbeda agama tetapi peraturan di masyarakat itu berbeda terutama hubungan antara manusia dan non manusia"(old Hank)

"Ngomong-ngomong tentang pernikahan berbeda ras Di kerajaan barbados pernikahan antara manusia dan non-manusia sangat populer dan diperbolehkan loh", Mary

"Hei itu kerajaan barbados bukan kota kebebasan Arte",

"James kota kebebasan arte kita akan mengikuti peraturan kerajaan barbados, tuan kota sendiri yang menyarankan."

"Hei walau tuan kota membuat hukum itu diperbolehkan tetapi jika masyarakat menolaknya itu masih mustahil, kecuali tuan kota bergerak sendiri yang mana itu hal mustahil".

"Old hank tampaknya kamu tahu banyak"

"Tentu saja aku bekerja sebagai bard di kastil dan mengetahui politik di sana, kamu tahu alasan kenapa tuan kota kita menerima para magus itu dan juga banyak agama di kota ini karena dia ingin mempertahankan posisinya, biarkan mereka saling menyerang dan sibuk sendiri. Kamu ingat saat hukum pernikahan beda agama di-sahkan para agamawan itu bersatu untuk melawan tuan kota tapi begitu mereka mengetahui tuan kota hanya menetapkannya di atas kertas dan tidak menghukum orang yang mendriskiminasi pasangan beda agama baru para agamawan itu tenang", Old Hank bercerita masa masa di mana para pendeta bersatu dan melawan tuan kota.

"Jadi jika hukum itu dilegalkan tetap tidak bisa dipakai? Rasanya seperti formalitas saja", James

"Memang"

Empat orang di kedai itu saling berbicara, tapi kebanyakan yang berbicara adalah Old Hank.