chapter 9 perjamuan

"baik akan aku sampaikan", footman Norman mengangguk kepada pria berpakaian merah cerah yang memakai topi flat cap yang warnanya sama dengan pakaiannya.

Pria berpakaian merah cerah itu pergi setelah memberikan kartu undangan dan jawaban Norman, butler Bario melihat Norman yang berbicara kepada footman yang tampaknya dari manor atau mansion lain.

"Siapa itu Norman?", Butler Bario bertanya kepada Norman.

"Tuan ini adalah undangan dari countess Maria", footman Norman memberikan undangan kepada butler Bario dan memberikan alasan pelayan tadi datang.

"Baiklah akan aku berikan kepada tuan", Butler Bario menerima undangan countess Maria dan pergi ke ruang baca.

Di ruang baca Ridho membaca koleksi buku yang dia beli tapi sebenarnya tidak dia butuhkan, para kaum Borjuis di kota Arte sangat memperhatikan penampilan dan gengsi mereka, memiliki perpustakaan pribadi atau ruang baca adalah suatu kebanggaan dan gengsi tersendiri bagi kaum Borjuis.

Di mana buku dan kertas mahal untuk memiliki perpustakaan akan menunjukkan bahwa pemilik manor atau mansion sangat bergengsi serta menunjukkan kekayaan mereka.

"Sebenarnya teknologi kertas sudah ditemukan tapi sayangnya itu menggunakan kekuatan magis atau seni ilahi yang sangat tidak bisa dijangkau oleh orang biasa...ckckck teknologi di dunia ini tampaknya hanya tersebar di kalangan Borjuis pantas saja kertas dan buku sangat mahal", Ridho menghela nafas dan sedikit kesal dengan eksklusifitas kaum Borjuis di dunia ini yang membuat teknologi terbatas serta buku yang dia beli sangat mahal dengan harga 600 kartu emas yang mana menghabiskan 600.000 koin emas.

Butler Bario masuk dan melihat Norman yang sedang membaca buku puisi di tangannya, lalu dia memberikan hormat sebelum berbicara.

"Tuan anda mendapatkan undangan dari countess Maria", Ridho melihat Butler Bario dan mengambil undangan tersebut lalu membacanya.

"Bario kira kira seperti apa countess Maria?", Ridho melihat wajah Bario, pria di depannya sangat berpengalaman sebagai butler dan memiliki koneksi yang luas, jadi orang ini adalah yang paling mengetahui informasi tentang taipan di kota ini.

"Countess Maria adalah sepupu dari Duke berdosa, dia adalah seorang janda dan warga kerajaan Irving barat.

Setiap tahun selama 6 bulan countess Maria suka menghabiskan waktu di kota ini karena wilayahnya tidak jauh dari Arte, selama di sini dia juga suka mengadakan jamuan tiap minggu terutama dia melakukannya untuk mencari teman pria di jamuan.

Walau ada desas desus bahwa dia lebih suka bersama wanita dibandingkan laki laki, selain itu countess Maria lebih suka dipanggil sebagai countess Maria dan bukan countess Serosia."

Mendengar pengenalan singkat countess Maria dari butler Bario membuat Ridho menilai countess ini adalah wanita yang menarik dengan rahasia yang dalam.

Tapi di mata para dewa rahasia manusia tidak bisa disembunyikan, contohnya Ridho dengan kekuatan ilahinya mengetahui alasan sejati kenapa dirinya diundang dalam perjamuan.

"Jadi begitu dia mengundangku seorang taipan tanpa latar belakang, menurutmu kenapa Bario?", Ridho bertanya kepada kepala pelayannya yang pintar.

"Menurutku pembelian buku buku yang baru saja anda lakukan sangat menarik perhatian tuan, aku dengar karena kosongnya stok buku di toko-toko membuat dirimu terkenal dan countess sendiri dikabarkan mencari pria dengan kekuatan finansial yang kuat karena wilayahnya sedang terkena bencana", Bario membuat penilaian dan maksud countess Maria untuk mengundang Ridho, menurutnya dia menganggap Ridho sebagai pasangan pria yang dicari oleh countess, tidak hanya tuannya terlihat kuat dan tampan tapi juga kaya.

"Aku rasa kita memiliki pemikiran yang sama Bario", sebenarnya Ridho tahu bahwa countess memiliki maksud tersembunyi lain yaitu untuk menyelidiki latar belakangnya karena permintaan "teman" wanitanya Anjou kirishima.

"Aku akan datang siapkan hadiah yang diperlukan".

********

Kereta kuda berjalan hingga berhenti di depan mansion besar berwarna merah.

Ridho turun dari kereta kuda itu dan disambut oleh kepala pelayan di depan pintu kediaman, dia menyerahkan kartu undangan dan juga hadiah yang tidak terlalu murah dan juga mewah kepada kepala pelayan.

"Heh sepertinya kebiasaan kaum Borjuis inggris benar benar dibawa oleh seorang transmigran di sini", Ridho mau tak mau mencela seniornya, tanpa sadar pakaian yang dikenakannya juga mencolok dan menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang transmigran.

Di Aula.

Para tokoh tokoh penting berbicara dengan circle mereka, di perjamuan kaum borjuis mereka hanya berbicara kepada seseorang yang dalam lingkaran mereka dan bukan dari luar lingkaran.

Ridho pergi ke area meja yang dipenuhi makanan, menurutnya pesta seperti ini sangat buang buang makanan terutama jika diadakan oleh bangsawan yang rakyatnya kelaparan.

"Hei lihatlah dia datang", seorang wanita berambut merah dengan mata orange berkata kepada temannya seorang wanita berambut hitam dengan kacamata-Anjou Kirishima.

"Bukankah dia rupawan?", Seorang gadis pirang dengan wajah muda ikut dalam perbincangan mereka.

"Lisa", Anjou kirishima melihat gadis pirang bernama Lisa dan raut wajahnya berubah tidak senang.

"Ada apa kakak Anjou? Apakah pria itu adalah orang yang kamu sukai?", Lisa bertanya dengan wajah terkejut sambil melihat tuan rumah-Countess Maria.

"Anak kecil, aku dengar kamu diputuskan oleh ksatriamu", Countess.

Mendengar perkataan Countess Lisa memiliki wajah yang jelek dan langsung pergi, lalu dia menghampiri Ridho.

"Tuan dua wanita itu sepertinya memiliki rencana terhadapmu, berhati hatilah", Lisa berkata kepada Ridho sambil melihat duo countess dan Anjou.

"Terima kasih atas pengingatmu nona", Ridho tersenyum dan mengangguk.

"Tuan sebenarnya kamu sangat tampan bolehkah aku tahu siapa namamu?", Lisa bertanya kepada Ridho, gadis borjuis di kota Arte yang berterus terang seperti Lisa jarang, biasanya mereka memasang sikap malu malu dan pasif.

"Namaku Ridho Asartani, kalau kau nona yang cantik?", Dipuji cantik jelas membuat wajah Lisa yang cantik memerah.

"Namaku adalah Lisa Madani xio Yukata", wanita itu berkata dengan wajah memerah, dia biasa dipanggil cantik tapi ketika yang memujinya Ridho entah kenapa membuat mukanya memerah.

"Halo tuan Ridho, aku Countess Maria, sepertinya kamu sudah bertemu dengan nona Lisa. Seleranya agak unik dia menyukai pria yang berbeda dari pria kebanyakan", Countess Maria datang menghampiri Ridho, sebagai tuan rumah adalah tugasnya untuk berbincang dengan tamu dan membuat mereka tidak merasa diasingkan.

Dia memakai gaun berwarna merah yang menampilkan dadanya yang besar dengan tubuh langsing seperti jam, di sampingnya Anjou juga memakai gaun yang sama sepertinya hanya dia memakai yang berwarna hitam.

Lisa memandang tajam countess dan Anjou lalu membalas perkataannya, "apa bedanya aku denganmu, kamu juga tidak menyukai pria kebanyakan".

Mendengar perkataan tersembunyi Lisa membuat countess tersenyum, tapi senyum itu membuat Lisa ketakutan.

"Aku..aku pergi dulu, sampai jumpa countess, Anjou, dan tuan Ridho. Sepertinya aku tidak enak badan", Lisa pergi dari aula dan kabur untuk pulang ke rumahnya.

"Maafkan kelakukan dia tuan Ridho, dia masih berumur 17 tahun dan sifatnya agak berapi api", Countess tertawa sedikit saat mengomentari Lisa.

"Tidak apa apa, menurutku wanita seperti Lisa sangat unik dan menyegarkan", Ridho sebenarnya cukup terhibur dengan sifat Lisa jadi dia tidak masalah dengan pendekatan gadis itu.

"Apakah anda menyukai wanita seperti itu? Atau wanita muda?", Countess bertanya dengan bercanda.

"Sebenarnya sifat wanita seperti itu yang menurut ku menyegarkan, tapi jika aku boleh berkomentar tentang umur wanita maka dalam hal ini aku menyukainya baik muda dan tua, sebenarnya anggur tua lebih baik daripada anggur muda", Ridho tersenyum memandang countess.

"Ohhh anda adalah pria yang unik, bagaimana dengan temanku ini dia berumur 30 tahun tahun ini, anggur tua yang enak", Countess menunjuk Anjou yang dari tadi diam.

"Maria jangan menunjuk orang seenaknya", Anjou keberatan dengan candaan "teman wanitanya".

"Aku rasa ini adalah kesempatanmu Anjou sayang, sangat jarang pria seperti Ridho di dunia ini yang memandang wanita seperti itu, mereka hanya menyukai anggur muda ", Countess berkata dengan sedih sambil menggelengkan kepalanya.

"Hahaha countess aku rasa baik aku dan nona Anjou tidak merasa kita bisa cocok", dalam pikiran Ridho...bagaimana aku bisa cocok dengan wanita lesbi.

"Itu benar Maria aku rasa aku lebih suka dengan apa yang ada sekarang", Anjou setuju dengan perkataan Ridho.

"Kalian berdua ini kenapa tidak mencoba dulu, bagaimana jika lusa kalian berdua datang ke kediamanku lagi", Countess mengedipkan mata kepada Ridho.

"Aku rasa boleh juga", Ridho menyetujui ajakan countess, Anjou ragu ragu tapi melihat tatapan temannya dia akhirnya terpaksa menyetujui.

"Permisi nona-nona aku ada urusan yang harus aku lakukan, sayang sekali makanan di sini sangat enak". (Ridho)

"Tentu saja tuan Ridho, ingat kamu selalu disambut di kediamanku", kata Countess dengan genit.

Ridho hanya tersenyum saja dan pergi meninggalkan kediaman countess dengan kusirnya.

Di sudut aula Anjou dan Countess berbicara.

"Maria kenapa kamu malah menjodohkan aku dengan mereka, kamu kan tahu aku mencintaimu", Anjou protes terhadap tindakan "teman wanitanya".

"Anjou sayang kamu bilang sendiri ingin dekat dengannya, terlebih kakekmu sudah mendesakmu untuk mencari pasangan bukan aku rasa dia adalah pria yang cocok", Countess berbisik ke telinga Anjou.

"Tapi aku hanya ingin tahu dari mana dia mendapatkan herbal itu dan masalah dengan kakekku aku yakin bisa mengatasinya", Anjou menatap countess.

"Anjou sayang kamu masih belum bisa mengerti bagaimana cara dunia untuk orang orang seperti kita bekerja, terlebih jika kamu ingin tahu rahasia pria itu maka ini adalah cara teraman. Tidak hanya itu instingku merasa bahwa dia adalah orang yang sangat kuat, jika kamu menikah dengannya tidak hanya kamu bisa mendapatkan rahasia yang kamu inginkan tapi juga bisa memanfaatkan pria itu", Countess mengatakannya dengan menggoda sambil tangannya menyentuh pantat Anjou.