Mata banyak orang tertuju ke bangunan berbentuk kubah, kubah itu terbuat dari kaca.
Di dalamnya dapat terlihat orang orang mengangkat patung yang diukir tidak terlalu bagus.
"Taruh sana...ke kiri dikit...yaa teruss", Glandelin mengarahkan para pengikut lain untuk menaruh berhala besar itu di atas panggung.
Para pengikut lain menaruh patung itu sesuai perintah Glandelin.
Untuk berhala ini saja mereka menghabiskan 6000 kartu emas, karena berhala ini harus dibuat dengan batu matahari.
Biasanya berhala agama lain menggunakan mythril,emas, atau perak tetapi Ridho menginginkan berhala bergaya yunani.
Dan tentunya bahannya haruslah batu berwarna putih keabu-abuan, karena ini adalah kuil pertama maka bahan yang dipakai haruslah istimewa dan mahal.
Jadi para pengikutnya membeli batu matahari yang berwarna putih keabu-abuan, ini adalah batu yang mahal karena langka dan sering diincar oleh para magus.
Untungnya aliansi dewa kuno memiliki bahan ini jadi pengikut Ridho dapat membangun berhalanya.
Berhala itu akhirnya berada di posisi yang tepat, para pengikut tampak senang dan khusyuk.
Bagi mereka kuil dan berhala bukanlah sesuatu yang sesederhana sebuah bangunan atau patung.
Ini adalah tempat suci, pusat peribadatan, dan rumah bagi para dewa.
Sebuah sinar dari langit menerangi patung itu merubahnya menjadi wujud Ridho yang dia pakai di bumi.
berhala itu adalah seorang pria yang memakai jaz, jubah, dan memegang tongkat di tangan kanan pedang menghadap ke tanah di tangan kiri, di kepalanya ada mahkota yunani yang terbuat dari daun.
Di belakang pria itu adalah sebuah pohon yang menjulang tinggi, daun daunnya adalah bintang bintang di langit.
Di bawah pria itu adalah anak anak yang berdoa dengan menyatukan kedua tangannya seperti seorang hindu.
Suasana menjadi khusyuk, Glandelin adalah yang pertama kali berkata dengan memuja :
"Wahai dewa bintang yang agung, raja dewa Ridho, Pengelana Void dari bintang biru Yang diberkahi keberuntungan.
Penguasa tujuh elemen.
Penguasa delapan arah.
Raja langit dan bumi yang lebih tinggi dari kosmos.
Cintamu meliputi pengikutmu
Cahaya bintang bintangmu menerangi kami di waktu malam
Dengan delapan arahmu kami tidak tersesat
Kamu adalah raja di langit dan di bumi
Kehadiranmu lebih tinggi dari kosmos
Berkahilah kami dengan keberuntungan
Berkahilah kami dengan keselamatan di perjalanan wahai pengelana void dari bintang biru
Berkahilah kami dengan cahaya bintang bintang
Berkahilah kami dalam gelap dan terang
Dalam panas dan dingin
Dalam angin yang membawa hal hal
dalam kematian di bawah tanah
Dan dalam jiwa kami yang lugu"
Para pengikut mengikuti pemujaan Glandelin, mereka bernyanyi dengan bahasa pemujaan.
Lilin lilin tiba tiba menyala, langit menjadi gelap dan dipenuhi bintang bintang.
Patung itu tersenyum dan berkata, "mulai hari ini agamamu bernama stotheous dan berkah akan dilimpahkan kepada kalian, anak anak kalian, dan keturunan keturunan kalian selama mereka masih menyembah-Ku dan memegang agama-Ku."
Para pengikut yang mendengar itu mulai bersujud, mereka sangat bergembira hingga tubuh mereka gemetaran.
Hingga sebuah pemberitahuan dari sistem terdengar di benak mereka.
[Ding selamat telah membangun kuil dan menyelesaikan misi.]
[Mulai hari ini setiap pengikut yang mati akan dihidupkan di kuil, harap diingat peralatan tidak akan ikut saat tubuh dibangkitkan di kuil dan level kalian akan berkurang setiap kali mati, jadi jangan sia siakan nyawa kalian]
Barulah saat itu mereka melihat ke arah berhala di kuil yang telah lama diam.
Mereka mengetahui dewa mereka telah lama pergi.
Tapi di masing masing hati mereka ada rasa ibadah di dalamnya, ini akan menjadi kota suci mereka dan dinamakan dengan nama yang sama dengan agama mereka yaitu stotheousian.
***********
Ridho di sisi lain berguling guling sambil menutup wajahnya dengan tangannya.
"Arghhh gilaaa malu bangett", dia sangat malu dengan pujian mereka yang terlalu berlebihan.
Dan omong omong Ridho juga mengganti nama kehormatannya sebagai dewa bintang, penguasa 7 elemen, dan sebagainya.
Untungnya para pengikutnya memiliki iman yang saleh dan tidak menganggapnya sebagai dewa yang plin-plan.
Ridho akhirnya bangun setelah pulih dari kondisi memalukan itu.
"Kenapa menjadi dewa benar benar membuatku malu", dia hanya mengangkat bahu tak berdaya karena dia tidak bisa menerima pujian yang terlalu berlebihan.
"Lalu setelah ini kurasa aku harus menunggu barang dan uang yang dikirim oleh aliansi dewa kuno serta menjadi bapak ilahi secepat mungkin", katanya sambil mengelus dagunya.
*************
Di sebuah hutan tak jauh dari kota suci stotheousian ada sebuah kereta kuda yang membawa kandang besi.
Di kandang besi itu ada beberapa half elf dengan tubuh yang cacat dan penuh darah.
Half-elf adalah ras yang sering mendapatkan diskriminasi baik dari elf dan manusia, mereka sering dianggap najis.
Terutama di kekaisaran Telema, kekaisaran supremasi manusia.
Mata para half-elf itu seperti ikan mati, tak bernyawa.
Seorang pengendara kuda yang gemuk sedang berbicara dengan temannya yang adalah seorang ksatria.
"Hei kamu yakin ada sebuah desa di sekitar sini?", Pengendara gemuk itu meminum bir hingga hidungnya merah.
"Aku yakin sekali, kemarin aku melihat warga desa itu membangun kuil yang besar seperti kuil kuil di ibukota", ksatria itu berkata.
Pengendara itu menepis perkataan ksatria itu, "old Hank aku rasa kamu sakit otak, bagaimana bisa seorang udik desa bisa membangun kuil yang begitu besar"
"Percayalah itu benar aku melihatnya sendiri, mereka juga ramah tetapi jika aku menanyakan agama mereka...", Sebelum ksatria bernama old Hank menyelesaikan perkataannya si pengendara mabuk menyuruhnya diam.
"Ssstttt", pengendara mabuk itu menaruh jaridi bibirnya.
"Hei ada apa? Apakah kamu terlalu mabuk hingga mendengar hal yang tidak tidak", old Hank mengejek temannya itu.
Srstt
Srttt
Sssttt
Suara semak semak bergoyang terdengar, old Hank tiba tiba menjadi waspada dia menyentuh pedang di pinggangnya.
Lalu dari semak semak itu keluar seorang pendeta wanita yang memakai penutup kepala, tapi penampilan pendeta wanita itu membuat old Hank dan pengendara kuda itu ketakutan.
"Ahh apa itu"
"Monster itu monster"
Kuda kuda menjadi gelisah, baik old Hank dan pengelana kuda belum pernah melihat makhluk seperti itu.
"Apa kalian takut kepadaku?", Pendeta wanita itu berkata.
Old Hank dan pengendara kuda itu tidak bisa bergerak, mereka hingga mengencingi celana mereka dan tercium bau busuk dari sana.
"Sayang sekali", pendeta wanita itu bergerak perlahan dan mengarahkan tangannya ke arah mereka.
Sebuah kabut hitam muncul dan menuju kedua pria itu.
Saat kabut hitam itu memasuki tubuh mereka terjadi perubahan besar di wajah mereka, sebuah distorsi besar seolah dan aneh.
Wajah mereka penuh teror dan ketakutan, tubuh dan kaki mereka terpelintir.
air mata,keringat, dan darah keluar dari lubang lubang di tubuh mereka.
Sebelum mereka mati sepertinya mereka menyaksikan sesuatu yang begitu horror.
Pendeta wanita dengan wujud menakutkan yang sulit dideskripsikan itu melihat para half-elf di kandang lalu berkata.
"Percuma saja mereka itu telah lama mati jiwanya jadi ketakutan tidak bisa bekerja pada mereka", pendeta wanita itu pergi meninggalkan half elf di kandang mengarah ke arah datangnya pria pengendara kuda dan old Hank.
"Oh iya tadi sepertinya mereka menyebutkan sesuatu tentang desa di sekitar sini? Hmm sudahlah aku tidak bisa bermain main lagi toh itu hanya desa kecil sepertinya", pendeta wanita itu melanjutkan perjalanannya, dia mungkin tidak tahu bahwa keputusannya saat ini membuatnya dapat tetap hidup.