chapter 29

Saditia dan Andika sedang berlari lari di hutan.

"Hahahaha aku adalah asassin tercepat yang pernah ada", Andika yang memakai pakaian seperti ninja tertawa dengan riang.

Saditia seorang lady of machine mendecakkan lidahnya, "ck mana mungkin asassin bisa lebih cepat daripada seorang lady of machine".

Rambut Saditia yang diikat kuncir kuda bergoyang dengan gerakannya yang melompati pepohonan.

Lady of Machine adalah job lanjutan dari gunslinger, ini adalah job yang berfokus terhadap senjata panas.

Mereka dapat membuat ribuan senapan dari kekosongan yang dapat menembak secara otomatis dan pelurunya masing masing tidak akan melewati sasaran.

Karena lady of machine termaksud bagian dari job Archer maka kecepatannya di atas rata rata job lain.

Assassin di Sisi lain juga job dengan status kecepatan yang di atas rata rata.

Hari ini mereka berdua sedang berduel untuk melihat job apa yang tercepat, assassin atau archer.

Saat Andika sedang berlari kencang di antara pepohonan tiba tiba dia mendengar suara nafas tak jauh dari posisinya.

"Hei apakah kamu mendengar itu?", Tanyanya.

Sadita melihat Andika yang berhenti, dirinya juga ikut berhenti lalu dia menajamkan telinganya.

"Ini seperti suara nafas, ada banyak dari mereka. Tetapi kondisi mereka tampaknya aneh", Sadita mengerutkan keningnya dia menggunakan skillnya untuk memanggil drone virtual.

Sebuah panel terbentuk di depannya, bedanya panel ini dapat dilihat oleh siapa saja berbeda dengan panel yang adalah sistem yang dibuat Ridho.

Ini adalah skill mata mata dari lady of machine, mereka dapat membuat drone yang kecil seukuran bakteri untuk memata matai musuh.

Bahkan drone ini dapat bertindak sebagai virus yang dapat membunuh musuh secara perlahan lahan atau membuatnya meledak.

Dalam panel Drone terlihat pemandangan hutan, lalu di hutan itu adalah sekumpulan half-elf yang berada di kandang.

Mereka terluka dan cacat, baik Sadita dan Andika berkomentar.

"Kurasa ini budak half-elf, bagaimana mereka bisa ada di sini?"

"Hei lihat itu ada dua mayat tidak jauh dari sana"

Begitu mereka berdua melihat dua mayat dengan wujud mengerikan tatapan mereka berdua menjadi khawatir.

"Ini aneh, tidak ada hewan buas di sekitar sini karena sudah dibersihkan."

"Ini...mereka mati karena suatu hal yang jahat"

Sadita dan Andika saling memandang dengan tatapan khawatir dan bingung.

"Aku rasa kita harus memberitahu pendeta tinggi tentang ini"

"Ya mari kita bawa half-elf ini dan juga kedua mayat"

Jadi mereka berdua pergi ke arah lokasi di mana half elf dan dua mayat mengerikan berada, Sadita dan Andika membawa kedua hal itu ke kota mereka.

Di kota suci stotheoushian

Walau semua bangunan ini terbuat dari batu-beberapa dari pohon- tetapi dari populasinya kota ini lebih mirip desa.

Glandelin sedang berdoa di kuil, dia duduk dengan kedua tangannya disatukan sambil membaca mantra mantra suci.

Ini adalah mantra suci yang Ridho tiru dari agama budha dan hindu, dengan modifikasi sedikit maka jadilah mantra suci miliknya sendiri.

"uskup gawat", seorang anak kecil berumur 8 tahun yang memakai pakaian pendeta masuk ke kuil, dia menuju Glandelin dan berteriak.

Glandelin melihat ke arah anak itu dan berkata, "Joseo kim kamu tidak boleh berteriak di kuil dewa"

Joseo Kim menggaruk belakang kepalanya dan menunduk menyesal, "maaf uskup"

Glandelin tersenyum, "kamu seharusnya meminta maaf kepada dewa bukan kepadaku"

Joseo Kim sadar dan menunduk ke arah berhala Ridho, "maafkan aku dewa"

"Bagus, sekarang ada apa?", Glandelin mengangguk puas lalu bertanya.

Joseo lalu berkata dengan heboh, "kakak Andika dan kakak Sadita mereka membawa half elf juga dua mayat"

Glandelin bingung tapi Joseo menarik tangannya dan membawanya keluar kuil untuk melihat yang dia maksud.

Glandelin melihat di depan kuil banyak orang berkumpul, dia melihat half elf di sebuah kandang besar. Mata mereka hampa seolah olah jiwa mereka telah hilang, ini membuatnya agak takut.

Lalu dia melihat dua buah mayat yang tak jauh dari sana, begitu dia melihatnya dia menutup mulutnya terkejut.

"uskup", Andika maju dan memberi hormat, yang lain juga menoleh ke arah Glandelin.

Walau Glandelin masih kecil dia adalah seorang uskup dan job ini adalah job yang paling dekat dengan dewa mereka, sehingga orang orang di sini menghormatinya seperti mereka menghormati kakeknya-yasuo- yang menjadi tetua di kota.

"Apa ini?", Glandelin menunjuk dua mayat itu.

"Kami juga tidak tahu tetapi ada aura jahat di dalamnya", Andika mengangkat bahunya.

Tiba tiba sebuah suara membuat mereka menoleh, dan sumbernya berasal dari Yasuo yang muncul dari hutan.

"Aku tahu, ini ulah penganut dewa jahat", Yasuo mengerutkan keningnya.

"Kakek, apakah kamu tahu ini?", Glandelin dan lainnya menatap Yasuo meminta jawaban.

"Aku tahu, dulu aku pernah berhadapan dengan penganut dewa jahat.

Kami para pengungsi pergi ke kerajaan berdosa tetapi di jalan kami bertemu dengan penganut dewa jahat, dari ratusan hanya puluhan yang selamat.

Mayat mayat yang mereka bunuh juga memiliki aura seperti ini"

Semua orang langsung khawatir dan penuh kegelisahan, sejak kecil mereka telah didoktrin dan diceritai kekejaman penganut dewa jahat.

Mulai dari menculik anak anak dan memakannya, memperkosa dan membunuh, hingga menyiksa seseorang.

Masing masing dari cerita itu penuh darah dan penderitaan.

"Apakah ada penganut dewa jahat di sekitar sini?", Kata seorang wanita yang adalah Archdruid.

"Bagaimana ini, aku takut dagingku dimakan", Joseo Kim merinding dan bersembunyi di punggung Yasuo.

"Hahaha bocah, kita ini kuat. Tenang saja dewa kita adalah seorang raja dewa dan dia sangat kuat, terlebih banyak dari kita adalah seorang legendaris dan juga EPIC, seorang penganut dewa jahat bukanlah lawan kita sama sekali", Yasuo tertawa dan mengusap kepala Joseo, kata katanya menghibur semua orang yang khawatir.

"Benar juga dengan kekuatan kita seharusnya kita aman aman saja", kata seseorang.

"Benar benar", orang lain mengangguk.

Yasuo mau tidak mau menghela nafas, banyak dari mereka adalah orang yang kuat tetapi mereka masih anak anak, kurang pengalaman dan mudah dipengaruhi.

Lalu Yasuo mulai memerintahkan mereka semua.

"baiklah untuk amannya kita harus membuat barrier perlindungan, Glandelin dan Joseo kalian membuat barrier suci.

Nima kamu berkomunikasi dengan hutan dan mencari tahu para penganut dewa jahat, juga masalah half elf ini aku minta kamu merawatnya.

Dan sisanya akan berjaga baik siang dan malam"

Mereka semua langsung bergegas, Glandelin dan Joseo pergi ke kuil untuk berdoa dan memasang barrier suci.

Nima seoranh archdruid wanita mengambil kerangkeng yang berisi half elf ini, lalu mengeluarkan mereka dan merawat mereka di rumah pohon yang dia buat.

Setelahnya dia berkomunikasi dengan roh roh di alam, dengan pohon, dan semua tumbuh tumbuhan di hutan.

Ini adalah skill lanjutan dari job Druid, sebuah skill yang dapat berkomunikasi dengan tumbuhan dan hewan lalu saat semakin kuat skill ini dapat memiliki perubahan kualitatif yang kuat.

Salah satunya skill ini dapat membuat seorang archdruid memiliki mata dan telinga di hutan, mereka bisa mengetahui harta terpendam di suatu hutan, mengetahui fungsi suatu tanaman, memerintahkan hewan, dan menjadi hutan itu sendiri.

Atau sebuah pohon, jika suatu kota memiliki pohon dan tumbuhan baik itu rumput atau bunga mereka bisa mendapatkan informasi dari semua tumbuhan di kota tersebut.

Skill ini sangat cocok untuk mata mata, bahkan Andika sangat iri dengan skill itu.

Nima berdiri di sebuah lingkaran yang terbuat dari jamur, dia menyatukan tangannya dan mengaktifkan skill miliknya.

Suara suara, penglihatan, dan segala bentuk informasi muncul di benaknya, seluruh hutan berada di bawah pandangannya.

Di hutan ini dia maha tahu.

Dari penglihatan itu dia melihat seluruh kejadiannya, saat dia ingin melihat wujud orang bertudung itu dia terkejut, berteriak dan pingsan.

"Ahhhhh"

Dari mata dan telingannya keluar darah.