Malam itu menjadi malam pertama Eliza bersama Dirga. Eliza melakukan kewajibannya melayani Dirga. Namun sayang, apa yang dilakukan Eliza hanya sebatas kewajibannya saja. Tidak diikuti perasaannya. Berbeda dengan Dirga yang sangat mengebu-gebu, Dirga bisa merasakan seperti tidak ada timbal balik yang dia dapatkan dari Eliza. Namun dia berpikir positif saja, kalau Eliza masih canggung karena ini baru pertama kali untuknya.
Eliza hanya merasakan sakit dan tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Dirga.Tapi tidak mungkin dia menolak. Semakin lama, Dirga semakin tidak terkontrol dan sakit yang dirasakan Eliza semakin menjadi.
"Mas … Mas … tunggu sebentar. Sakit banget," rintih Eliza.
Dirga tidak menjawab, namun dia mendengarkan Eliza, dia berhenti namun tatapannya pada Eliza seperti singa lapar yang sedang melihat daging mentah. Diantara nafasnya yang terengah-engah, Dirga menunggu Eliza siap kembali untuk bertempur.