Siang itu sedang terik-teriknya akibat ulah mentari yang bersemayam tanpa penghalang di atas sana. Baru saja aku melangkah turun dari kelas yang ternyata kosong untuk menemui Andreas. Lelaki bermata hazel itu tak kunjung membalas telepon, jika tidak bisa mengajaknya bertemu setidaknya aku perlu mencari keberadaannya. Seperti urusan Iqbal untuk mengikuti Andreas, sebab dia yang kemungkinan bisa menuntun polisi untuk menemukan pelaku penyebab Rose dan Celine dipenjara.
Pikiranku masih berputar-putar kemana tempat mencari informasi tentang Andreas, seperti tempat tinggalnya. Tapi aku menyadari kedekatanku dengan pacar Flo tidak seintens itu. Alhasil, udara panas dan perut kosong membuat kepalaku pening. Aku mengerjapkan mata sesaat untuk menjaga agar pandanganku kembali stabil, lalu berbalik arah menuju kantin. Suasana di sana cukup ramai bersamaan jam makan siang, wajah-wajah yang aku temui kurang familiar di fakultas ekonomi, harga makanan disana pun agak lebih tinggi.