Levi berdiri dihadapan penguji kedua tes yang di jalaninya, keringat yang mengalir di dahinya, bibir yang sedikit pucat jelas terlihat Levi sangat gugup saat itu.
jika yang dikatakan wanita itu benar maka ini tes pertama dan terakhir Levi.
Biasanya peserta yang tidak lulus tes masih bisa mengulang di tahun depan, namun entah kesialan apa yang menimpa Levi, sekarang dia dihadapkan jika ingin lulus harus membuat sang penguji terkesan dan jika gagal Levi tidak akan bisa mengikuti tes lagi untuk selamanya.
"Aku tanya sekali lagi, apa kau sudah siap?" tanya penguji itu.
Levi memejamkan matanya sesaat, sambil menarik nafas yang dalam dia berkata;
"Aku siap."
"Jangan lupa yang kukatakan sebelumnya, jika kau mengecewakanku jangan harap kau bisa mengikuti tes masuk akademi lagi untuk selamanya."
"Aku tidak akan gagal!!" jawab Levi dengan tegas.
"Baiklah kalau begitu aku akan memberitahu apa yang haru kau lakukan, kau tahu apa yang berada di tanganmu itu kan?" tanya penguji itu kepada Levi.
"Batu mana?" Jawab Levi setengah yakin.
"Benar, batu yang kau pegang itu hanya memiliki sedikit energi mana di dalamnya, aku ingin kau merasakan energi itu lalu mengalirkannya di dalam tubuhmu."
"Sudah kulakukan saat aku memegang batu itu."
"Sudah!!" ucap penguji itu seakan tidak pecaya dengan yang levi katakan.
"Biasanya peserta lain memerlukan waktu untuk merasakan energi mana di dalam batu itu untuk pertama kali, kecuali para peserta yang berasal dari kaum bangsawan atau berasal dari keluarga atau orang tuanya seorang praelia elite." ucap wanita itu di dalam hati.
"Nona, apa lagi yang harus kulakukan." Tanya Levi yang melihat pengujinya seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Selanjutnya kau ucapkan spell sihir parvus pyro ."
" parvus pyro ." ucap Levi saat itu juga
Namun tidak ada apapun yang terjadi.
"parvus pyro, parvus pyro, parvus pyro." Ucap Levi berulang-ulang namun tetap tidak ada yang terjadi.
"Sepertinya kau gagal dites kedua ini." ucap wanita itu.
"bakk" batu yang dipegang oleh Levi terjatuh dari tangannya.
Mata Levi terlihat berkaca-kaca, dia berusaha sekuat mungkin untuk menahan airmatanya agar tidak keluar.
"Ibu maafkan aku, padahal aku sudah berjanji untuk lulus tes agar kehidupan kita lebih baik." Ucap Levi di dalam hati.
Levi lalu mengusap kedua matanya dengan tangannya, dia hanya terdiam menunduk di depan wanita itu.
"Ku kira anak ini spesial sampai-sampai mereka memintaku memberikan tes lebih berat."
"Lagipula mana mungkin ada seorang anak yang baru bisa menggunakan spell sihir tanpa arahan lebih dulu, apa sih yang mereka pikirkan." ucap wanita itu bertanya-tanya dalam hati.
"Lebih baik ku katakan saja bagaimana cara mengunakan mana agar spell sihir bisa bekerja, tetapi jika ku katakan apa bedanya anak ini dengan anak-anak yang lain." Gumam wanita itu dalam hati
"Levi ini makanan kesukaanmu, Levi ibu yakin kau akan lulus, Levi, Levi, Levi." ingatan akan ibunya muncul di kepala Levi.
Levi lalu menghapus airmatanya kemudian mengambil batu mana itu kembali, dia lalu memejamkan matanya.
"Apa yang harus kulakukan, apa yang harus kulakukan." Ucap Levi dalam hati.
"Oo, dia ingin mencobanya lagi, kita lihat apakah kau akan berhasil kali ini tanpa bimbingan dariku."
"parvus pyro, parvus pyro, parvus pyro." ucap Levi berulang-ulang tetapi kali ini dia mengatakannya dalam hati, namun tetap tidak terjadi apa-apa.
"Sepertinya memang tidak mungkin seorang anak dari keluarga biasa, langsung bisa menggunakan spell sihir untuk pertama kali." ucap Wanita itu sambil mengangkat kedua tangannya lalu menggelengkan kepalanya.
"Sudah tidak usah dilanjutkan, aku akan memberitahumu cara menggunakan spell sihir."
Levi yang sedari tadi berdiam diri menghilang dalam pikirannya.
"Kau dengar yang kukatakan!!" ucap wanita itu dengan nyaring.
"Dimana aku kenapa disini gelap sekali, bukankah aku sedang menjalani tes di akademi." ucap Levi yang tidak melihat apapun disekelilingnya.
"Apa itu, ada sinar di ujung sana."
Levi kemudian berjalan perlahan mendatangi sinar itu, nampak dalam penglihatan Levi ada sebuah api besar berwarna biru berada dihadapannya.
"Ini api? Tapi kenapa api ini tidak mengeluarkan hawa panas." ucap Levi berkata-kata dengan dirinya sendiri.
Levi lalu mengarahkan tangannya memegang api itu, lalu sesuatu terjadi;
"Woooshhh"
"Apa yang terjadi?" ucap wanita itu sembari melihat Levi yang berada di hadapannya.
Sebuah energi berwarna biru muncul mengelilingi Levi, bahkan energi itu membuat batu mana yang berada di tangan Levi menyala.
"Tidak mungkin, apakah mana yang mengelilingi tubuh anak ini." ucap wanita itu seakan tidak percaya.
Levi lalu membuka matanya lalu berteriak dengan nyaring;
"PARVUS PYRO!!"
Sebuah api berwarna biru besar muncul dari tangan Levi, api itu muncul secara tidak terkendali.
Levi yang baru pertama kali menggunakan spell sihir tidak bisa mengendalikan mana yang keluar dari tubuhnya.
"Arggghhhh" api biru itu mengenai wanita yang menguji Levi.
"Sial, gara-gara fokus dengan anak itu, aku tidak sadar api yang dia buat sampai bisa melukaiku."
Tidak berapa lama Api yang Levi buat menghilang.
"Brakkkk" Levi jatuh pingsan di hadapan wanita itu.
"Jangan-jangan anak ini menggunakan semua mana yang dia punya."
Wanita itu bergegas mendatangi Levi lalu membaringkan Levi di atas pahanya, sembari meletakkan kanannya di atas kening Levi.
"Restituo" ucap wanita itu.
Kemudian sebuah sinar hijau muncul dari tangan wanita itu sambil perlahan-lahan menyinari seluruh badan Levi, lalu tidak berapa lama Levi sadarkan diri.