Test Part 1

Levi yang pertama kali masuk ke dalam akademi berjalan dengan mata berbinar-binar.

Dia tidak menyangka Akademi yang berada di kotanya itu sangat indah.

Terdapat sebuah taman penuh dengan bungan dan juga pepohonan, di taman itu terdapat lima kolam yang saling berhubungan.

Di masing-masing kolam itu terdapat sebuah patung raksasa yang mengeluarkan air sebening kaca.

Bahkan pantulan sinar mentari dari air itu seperti kilauan permata yang sangat indah.

"No 87" panggil seorang petugas yang menyelenggarakan seleksi.

"Iya" ucap Levi sambil berlari cepat di lorong akademi itu.

"Nama"

"Levi."

"Umur?"

"13 tahun."

Petugas itu terlihat sedang memeriksa formulir pendaftaran Levi lalu memberikan tanda centang.

"Silakan masuk, mengenai peraturan tes pertama akan di jelaskan oleh petugas di dalam.

Petugas itu menempelkan tangannya di sebuah pintu besar yang berada di hadapan mereka.

Pintu itu sangat besar bahkan berukuran tiga sampai empat kali ukuran tinggi badan pria dewasa.

Tidak berapa lama sebuah lingkaran cahaya muncul di tempat dimana petugas itu meletakkan tangannya.

Lalu pintu itu bergerak lalu terbuka dengan sendirinya.

Levi lalu pergi kedalam dengan wajah penuh percya diri.

"Ruangan tes pertama"

Seorang pria tinggi besar dengan badan penuh luka berdiri di tengah ruangan.

"Kau lihat pedang itu, ambil kemudian kau pegang dengan kedua tanganmu mengarah kedepan." Ucapnya kepada Levi

Levi lalu berjalan mendekati pria itu lalu mengambil pedang yang berada di depan pria itu, lalu memegangnya sesuai perintah pria itu.

"Kau cukup menahan pedang itu selama mungkin, dan semakin lama kau memegangnya pedang itu semakin berat, apa kau siap."

"huuuu." Levi menghela nafasnya.

"Aku siap!!" ucap Levi dengan penuh percaya diri.

"dekkk" suatu energi muncul mengenai Levi.

"Kenapa pedang ini tiba-tiba jadi berat." ucap levi dalam hati.

"Tes ini untuk menentukan kekuatan fisik seseorang, pedang itu hanya pedang biasa, tetapi aku menggunakan sihir untuk membuat gravitasi disekelilingmu bertambah.

Pedang yang awalnya mampu diangkat Levi tanpa meneteskan keringat, sekarang sampai membuat Levi menggeretakkan giginya.

"Anak ini kuat juga, dengan level sihir yang kugunakan sekarang berat pedang itu paling mencapai 70 Kilogram, untuk menahannya selama tiga puluh detik lebih sudah sangat menakjubkan."

Penguji itu lalu memegang dagunya lalu bertanya;

"Kalau tidak kuat sudah lepaskan saja pedang itu, tidak usah memaksakan diri masih ada tahun depan." ucap penguji itu.

"Tidak, sekalipun tanganku patah aku harus lulus ujian di akademi."

"Kau yakin." Ucap pria itu lalu mengangkat tangan kanan setinggi dala, lalu dengan perlahan dia menutup telapak tangannya.

Levi yang sedari tadi berusaha dengan keras menahan pedang itu agar tidak terjatuh merasakan beban pedang itu bertambah seiring petugas itu menutup telapak tangannya.

"APAPUN ITU AKU HARUS LULUS!!ARGGGHHHH" teriak Levi dengan nyaring.

Petugas itu lalu menurunkan tangannya.

"Hah hah hah" Levi sedang berusaha mengatur nafasnya.

"Apakah sudah selesai?" ucap Levi dalam hati yang merasakan pedangnya tidak seberat sebelumnya.

"Kau lulus silakan pergi keruangan berikutnya."

"Benarkah aku lulus?" tanya Levi dengan mata berbinar-binar.

"Cepat pergi dari sini, masih banyak orang yang menunggu untuk di tes."

"Ba..ba..baik." ucap Levi dengan senyum lebar di wajahnya.

Levi lalu berjalan melewati petugas itu untuk pergi mengikuti tes kedua.

"Maafkan aku anak muda, sepertinya aku tadi terbawa suasana, terlebih lagi ada orang yang ingin mengetes seberapa kuat dirimu." ucap pria itu di dalam hati.

"Kreekkkk" Levi mendorong pintu diruangan itu.

Kali ini di hadapannya berdiri seorang wanita cantik dengan penampilan sangat seksi.

Memiliki rambut pirang panjang dengan mata berwarna hijau, perempuan itu menggunakan sebuah gaun berwarna biru dengan jubah panjang dibelakangnya.

Bagian bawah gaun itu berada jauh di atas lutut, mungkin tepat berada di bawah bokong wanita itu, sedangkan bagian atas cuma menutup sebagian dari dada wanita itu.

Namun gaya pakaian seperti itu tidak semua digunakan oleh penduduk di Kerajaan Draíocht, hanya kaum bangsawan atau warga yang memiliki status yang berpakaian seperti itu.

Karena memperlihatkan kecantikan dan keindahan merupakan kebanggaan bagi setiap wanita di kerajaan Draíocht.

"Levi yang hampir tidak pernah melihat wanita berpenampilan seperti itu menatap dengan kagum tanpa berkedip sekalipun.

"Mau sampai kapan kau melihatku seperti itu, apa kau kemari untuk mengikuti tes atau ingin memperhatikanku seharian"

"Ma..ma..maafkan aku nona." Ucap Levi

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya wanita itu sembari tersenyum bangga.

"Ka..ka..karena ini pertama kali aku melihat wanita secantik nona?" ucap Levi sembari tersipu malu.

Wanita itu lalu berjalan mendekati Levi lalu menunduk kemudian memegang dagu Levi dengan telunjuk kanannya.

Sembari mengangkat dagu Levi sehingga Levi sedikit mendongak ke atas wanita itu berbicara;

"Kalau kau lulus tes dengan nilai terbaik, kakak penguji ini akan memberiku hadiah." Ucap Wanita itu kepada Levi.

Wajah Levi tiba-tiba memerah mendengar perkataan itu, lalu dia hanya bisa mengangguk tanpa membalas dengan kata-kata.

"ha..ha..ha, kau anak kecil yang lucu.

Ekspresi wanita itu tiba-tiba berubah, yang awalnya penuh dengan senyuman menjadi dingin seperti seseorang yang penuh kebencian.

"Namun jika kau gagal, jangan harap bisa mengikuti tes masuk ke akademi lagi untuk selamanya."

Levi yang awalnya merasa tidak terlalu tegang mengikuti tes kedua sekarang merasakan kekhawatiran yang luar biasa.

Sempat tidak terlintas di pikirannya dia tidak bakal lulus ujian kedua itu, namun sekarang dia seperti tersadar kembali, jika ujian pertamanya saja dia hampir gagal apalagi ujian kedua.

Keringat dingin sedikit demi sedikit muncul dikeringat Levi, dia tidak tahu tes macam apa yang akan dia hadapi.

"Jika kau sudah siap dengan tesmu ambil kristal mana di sana." ucap wanita itu sembari menunjuk ke atas sebuah meja.

Arya lalu berjalan ke arah meja itu lalu melihat banyak kristal mana yang terletak di atas meja.

"Sepertinya kristal ini sama semua." Ucap Levi dalam hati.

"Kristal itu tidak ada yang berbeda satu dengan yang lain, cepat kau pilih salah satu."

Lev ikemudian secara memilih secara acak kristal mana disitu.

Setelah selesai memilih Levi kemudian berjalan mendatangi penguji itu.

"Apa kau sudah siap?" tanya penguji itu.

"Aku siap!!" Balas Levi dengan tegas.