Mengadu Jiwa

Namun sebelum tusukan itu mengenai tubuh lawan, tiba-tiba dua orang lainnya datang menghalangi serangan tersebut.

Trangg!!!

Benturan kembali terjadi. Bunga api memercik ke segala arah. Zhang Yixing geram, pedang di tangannya kembali melancarkan serangan mematikan. Tebasan dan tusukan beruntun datang secepat kilat.

Dia tahu, dua orang itu kemungkinan besar adalah anak buah si Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat. Niat mereka mungkin untuk melindungi majikannya. Namun sayang sekali, keduanya sudah salah langkah.

Kemampuan mereka masih terlampau rendah. Jika dibandingkan dengan dia sendiri, justru perbedaannya sangat jauh sekali. Ibarat langit dan bumi.

Oleh sebab itulah, kurang dari lima belas jurus, Pendekar Pedang Tanpa Tanding bisa menaklukan mereka. Keduanya tewas setelah perutnya dirobek oleh pedang pusaka yang sangat tajam itu.

Di sisi lain, berbarengan dengan kejadian tersebut, si Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat sudah kembali menerjang. Mereka menyerang secara bersamaan. Melihat dua orang anak buahnya mampus di depan mata, mereka jelas merasa sangat marah sekali.

Wutt!!! Wutt!!!

Tiga bayangan senjata pusaka yang kehebatannya tidak perlu diragukan sudah mengancam seluruh titik penting di tubuh Pendekar Pedang Tanpa Tanding. Sepertinya kedua tokoh dunia persilatan itu sudah mengeluarkan seluruh kemampuan yang tersisa. Mungkin mereka berniat untuk mengadu jiwa.

Melihat kenyataan ini, hati Zhang Yixing tergetar hebat. Untuk sesaat dia cuma bisa berdiri termangu. Kalau dilayani, jelas dia takkan sanggup menahan gempuran itu. Apalagi sekarang dirinya sedang menderita karena racun.

Namun di sisi lain, jika tidak dilayani, hal tersebut jelas akan menurunkan harga dirinya. Sedangkan bagi orang-orang persilatan sepertinya, harga diri justru jauh lebih penting daripada nyawa.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya dia mengambil keputusan tetap.

Zhang Yixing memilih untuk mengadu jiwa!

Masalah bagaimana nantinya, dia tidak mau memikirkan lagi.

Sontak pedangnya bergetar dengan hebat. Hawa pedang langsung terpancar keluar sangat dahsyat, membuat suasana di sekitar diliputi oleh hawa tersebut. Selain hawa pedang, hawa pembunuh juga begitu kentara. Kalau ada orang awam yang hadir di sana, mungkin dalam waktu sekejap mata saja, orang tersebut akan mampus.

Wushh!!!

Jurus Seribu Pedang Menghujani Alam Nirwana segera dikeluarkan. Jurus itu adalah jurus terkuat yang dia miliki. Selama ini, tiada orang yang mampu menahannya kecuali hanya sedikit sekali. Yang mampu menahan kedahsyatan jurus tersebut jumlahnya mungkin tidak lebih dari lima orang saja.

Sekarang Pendekar Pedang Tanpa Tanding sudah memutuskan untuk mengeluarkan jurus tersebut. Dengan keadaan kemarahan yang meluap, tentu tenaga yang dihasilkan jauh lebih besar lagi.

Wushh!!! Wushh!!!

Zhang Yixing melesat secepat terjangan angin. Dia menyambut serangan si Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat secara bergantian.

Pedangnya berputar bagaikan kincir angin. Kadang kala pedang itu juga bergetar melancarkan sebuah tusukan maut. Hanya dalam waktu singkat, ketiga tokoh persilatan itu sudah menyatu di dalam gulungan sinar yang tercipta karena jurusnya masing-masing.

Pertarungan ketiganya sangat dahsyat. Bunga api memercik setiap kali senjata pusaka mereka bertemu. Pada awalnya Pendekar Pedang Tanpa Tanding berhasil menguasai arena pertarungan. Dia selalu berada di posisi menguntungkan.

Namun lewat dua puluh jurus kemudian, situasainya mulai berbalik. Zhang Yixing berada di bawah angin dan saat ini dirinya sudah mulai terdesak oleh gempuran yang diberikan kedua lawannya tersebut.

Tongkat dan tombak datang dari segala penjuru. Hawa dari kedua pusaka itu terasa merobek kulit. Kecepatan serangan mereka tidak perlu diragukan lagi. Hawa sakti yang keluar dari setiap serangan juga terasa jauh lebih berbahaya daripada sebelumnya.

Wutt!!! Wutt!!!

Kelebatan serangan disusul tubuh manusia tampak bagaikan meteor yang jatuh ke bumi. Setelah tiga puluh jurus berlalu, Pendekar Pedang Tanpa Tanding tidak dapat lagi mempertahankan posisinya. Akhirnya dua batang tombak kembar itu berhasil memberikan luka.

Sebuah robekan bersarang di paha sebelah kanannya. Satu tusukan cukup dalam terlukis di bahu kirinya. Belum lagi dadanya, dada tokoh tersohor itu kena dihantam tongkat lawan yang beratnya puluhan kilo tersebut.

Mengalami luka-luka yang cukup parah tersebut, kondisi Pendekar Pedang Tanpa Tanding semakin memprihatinkan. Serangannya mulai melemah. Hal itu diakibatkan karena tenaganya jiga sudah berkurang banyak.

Apalagi racun yang mengeram dalam tubuhnya mulai memberikan dampak yang sangat nyata. Dia bisa merasakan itu semua. Namun sebisa mungkin dirinya tetap mempertahankan diri.

Dalam pada itu, serangan kedua lawannya semakin gencar. Melihat Zhang Yixing yang sudah mulai lemah, si Tongkas Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat berpekik nyaring. Mereka sudah menanti saat-saat seperti sekarang ini.

"Kau akan mampus manusia yang sok suci." teriak si Tongkat Emas sambil melompat ke depan.

Wutt!!!

Bersamaan dengan teriakan tersebut, tongkat emas yang sudah menemaninya selama puluhan tahun itu ikut diayunkan. Hantaman tongkat mengingat bagian kepala. Andai kata serangannya berhasil mengenai sasaran dengan telak, niscaya kepala Pendekar Pedang Tanpa Tanding akan hancur.

Sementara itu, melihat rekannya berniat mengakhiri pertarungan tersebut, maka si Tombak Kembar Angin Kilat juga tidak mau kalah. Dia memutarkan pusaka kembar miliknya sambil mengeluarkan jurusnya yang bernama Tombak Berputar Angin Menderu.

Hembusan angin tajam tiba-tiba menyambar ke arah Zhang Yixing. Bersamaan dengan itu, kedua tombak bermata perak itu sudah tiba di hadapannya. Di sisinya ada pula tongkat emas milik satu lawannya.

Posisi orang tua itu sangat tidak menguntungkan. Semua jalan keluar sudah tidak ada lagi. Sekarang yang dapat dia lakukan hanyalah menyerang ke depan.

Karena tidak ada cara lain lagi, maka Pendekar Pedang Tanpa Tanding telah memutuskan untuk melakukan hal tersebut. Masalah bagaimana nantinya, dia tidak terlalu memikirkannya.

Wushh!!! Wutt!!!

Tubuh berikut pedangnya seketika menyatu dalam satu gulungan sinar. Benturan nyaring kemudian terdengar beberapa kali. Ketiga tokoh dunia persilatan itu sudah terlibat dalam pertarungan hidup dan mati.

Masing-masing dari mereka terus melancarkan serangan-serangan dahsyat yang dapat mencabut nyawa manusia tanpa berkedip. Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat bersatu. Setiap serangan mereka menimbulkan deru angin tajam yang mampu merobek kulit.

Pendekar Pedang Tanpa Tanding semakin merasa kelelahan. Luka-luka akibat hantaman dan tusukan sudah banyak terlukis di tubuh tuanya. Belum lagi luka karena sayatan tombak.

Hanya dalam waktu singkat, Zhang Yixing telah berubah menjadi manusia berlumuran darah.

Ketika pertarungan mereka sudah mencapai lima belas jurus, tiba-tiba Pendekar Pedang Tanpa Tanding berpekik nyaring. Pedangnya bergerak lalu melancarkan sepuluh tusukan beruntun. Dia berharap usahanya kali ini berhasil membunuh salah satu dari mereka.

Sayangnya, kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Zhang Yixing tidak mampu membunuh dua lawannya. Dia hanya sanggul melukai si Tongkat Emas. Sekarang di tubuh orang itu telah bertambah kembali enam tusukan pedang yang bersarang di beberapa titik.

Walaupun tidak dalam, tapi setidaknya sudah cukup untuk mempengaruhi gerakannya.