Informasi Tentang Dua Kitab Pusaka

Baik si Tongkat Emas maupun si Tombak Kembar Angin Kilat, keduanya sama-sama menarik muka ketika mereka mendengar pujian tersebut. Keduanya mengerti bahwa dibalik pujian tersebut, sebenarnya menyimpan suatu ejekan yang menyakitkan.

"Sudahlah Zhang Yixing, aku tidak mau banyak bicara lagi denganmu. Melihat tampangmu saja sebenarnya aku sudah muak," ujar si Tongkat Emas sambil menyeringai dingin.

"Lalu apa mau kalian sebenarnya? Kenapa kalian melakukan ini semua?"

Sampai sekarang, Pendekar Pedang Tanpa Tanding belum mengetahui apa sebenarnya keinginan dua orang tokoh dunia persilatan itu. Sebagai tokoh angkatan tua, apalagi jika ditambah dirinya yang menjabat sebagai ketua, tentu saja dia tahu dan bisa membaca bahwa apa yang mereka berdua lakukan ini, pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

Sayangnya, hingga detik ini dia belum mengetahui maksud tujuan utama mereka itu apa. Atas dasar itulah maka dirinya memutuskan untuk bertanya secara langsung.

Pada awalnya, Zhang Yixing mengira kalau dua orang itu tidak mau memberitahukan tujuannya, namun siapa sangka, ternyata mereka malah mau menjawabnya dengan jujur.

"Kedatangan kami semua kemari sebenarnya hanya mempunyai satu tujuan saja," jawab si Tongkat Emas.

Sejak tadi, rasanya hanya dia saja yang banyak bicara. Hal tersebut berlaku karena pada dasarnya, di antara kedua orang tokoh persilatan itu, yang paling pintar bicara memang si Tongkat Emas. Sedangkan si Tombak Kembar Angin Kilat malah sebaliknya.

Jika Ketua Partai Tongkat Sakti pandai bicara menggunakan mulut, maka dirinya pandai bicara menggunakan kekerasan.

"Tujuan apa yang kau maksud?" tanya Zhang Yixing sambil mengerutkan keningnya.

"Kami hanya ingin tahu di mana tempat penyimpanan Kitab Selaksa Tapak Dewa dan Kitab Seribu Obat dan Racun," ujarnya terus terang.

Pendekar Pedang Tanpa Tanding semakin terkejut dibuatnya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dua orang itu bisa bicara demikian.

"Apa maksud kalian berdua? Aku tidak tahu di mana keberadaan kedua kitab pusaka itu,"

"Dusta!" bentak Tombak Kembar Angin Kilat.

"Kenapa harus berdusta? Selamanya, Zhang Yixing bukanlah seorang pendusta. Kalau aku mengatakan tidak tahu, maka hakikatnya memang tidak tahu. Sebagai bekas rekan seperjuangan, sudah tentu kalian tahu bagaimana karakter diriku, bukan?"

Zhang Yixing si Pendekar Pedang Tanpa Tanding memang dikenal sebagai salah satu orang paling jujur. Setiap orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persilatan sudah tentu mengetahui akan hal tersebut.

Kalau bukan karena keadaan yang terlalu memaksa, niscaya orang itu tidak akan pernah melakukan suatu kebohongan. Perduli masalah apapun itu, kalau Zhang Yixing tahu, maka dia akan menjawab tahu. Kalau tidak, tentu saja tidak.

Si Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat pun tidak terkecuali. Mereka berdua sudah pasti tahu akan hal tersebut. Hanya saja karena sekarang mereka sudah berbeda haluan, maka kejadiannya lain lagi.

Apapun yang dikatakan oleh Zhang Yixing saat ini, keduanya tetap tidak mau percaya begitu saja.

"Aku tahu. Tapi bukankah tadi kau sendiri yang bicara, bahwa manusia sering berubah-ubah hanya dalam waktu singkat?"

"Hal itu sudah tentu benar. Cuma kalau menyangkut masalah dua kitab pusaka tersebut, aku sungguh tidak tahu menahu," kata Zhang Yixing tetap bersikeras dengan jawabannya.

"Hemm, lalu kenapa banyak orang yang berkata bahwa kau mengetahui informasi tentang kedua benda pusaka itu? Kau kira semua orang persilatan itu pembohong?" bentaknya mulai tidak bisa menahan diri lagi.

Melihat situasi yang semakin memburuk, Zhang Yixing tidak bisa lagi berpikir lama-lama. Lagi pula, hatinya saat ini semakin perih saat sepasang telinganya mendengar teriakan kematian yang saling susul menyusul.

Apalagi, dia jelas tahu betul bahwa teriakan itu berasal dari orang-orang yang berdiri di pihaknya.

"Baik, baiklah. Aku memang tahu sedikit tentang informasi kedua benda pusaka itu. Tapi masalah benar atau tidaknya informasi tersebut, aku tidak bisa memastikannya. Karena sampai sekarang, aku sendiri belum pernah membuktikan tentang kebenarannya,"

Si Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat tertawa lantang ketika mereka mendengar jawaban tersebut. Setelah puas tertawa, kembali orang itu bicara.

"Bagus, sekarang cepat beritahu informasi yang kau ketahui itu,"

Pendekar Pedang Tanpa Tanding tampak ragu. Untuk beberapa saat, dia tidak menjawab. Orang tua itu cuma berdiri bodoh sambil memikirkan persoalan tersebut.

Pada saat demikian, tiba-tiba seorang pendekar beteriak sangat lantang. Saking lantangnya suara itu, sampai-sampai bisa terdengar hingga keluar ruangan.

"Tuan Zhang, jangan beritahukan informasi apa-apa terkait dua benda pusaka itu. Kalau benar itu adalah tujuan utama mereka menyerang kemari, maka kami yang ada di sini lebih rela mati di medan juang," kata seorang pendekar tua yang usianya sudah mencapai lima puluhan tahun.

"Benar. Demi keamanan dunia persilatan, kami siap mengorbankan nyawa. Asalkan kitab itu tidak sampai terjatuh ke tangan yang salah," sambung pendekar lainnya.

"Setuju. Tuan, sebagai pendekar yang menjunjung tinggi kebenaran, apalah artinya nyawa demi keamanan umat manusia. Kami lebih rela mati menjadi korban daripada kitab pusaka itu jatuh ke tangan manusia pengkhianat dan rendahan seperti mereka itu,"

Suara yang sama terus terdengar silih berganti. Semangat para tokoh dunia persilatan untuk mempertahankan dua kitab pusaka tersebut ternyata begitu besar.

Mendengar teriakan-teriakan itu, semangat Zhang Yixing si Pendekar Pedang Tanpa Tanding sendiri semakin berkobar pula. Setelah mendapatkan dukungan dari rekan-rekan seperjuangannya, maka niat untuk membungkam mulut malah semakin menggebu.

"Apakah kalian berdua sudah mendengar apa kata rekan-rekanku?" tanyanya tanpa rasa takut.

"Hemm, jadi kau tidak mau memberitahukan informasi tentang kedua kitab pusaka itu?" tanya si Tongkat Emas sambil mengangkat kedua alisnya.

"Sedikit pun tidak," jawab Zhang Yixing sambil menggelengkan kepalanya.

"Bagus. Kalau begitu kau memang mencari mati. Jangan salahkan kami jika di sini akan terjadi banjir darah," seru si Tombak Kembar Angin Kilat.

Sudah lama dia menahan kemarahannya. Dan sampai pada saat ini, dia benar-benar tidak bisa menahannya lagi.

Begitu ucapan tersebut selesai diucapkan, si Tombak Kembar Angin Kilat seketika melancarkan sebuah serangan yang sangat dahsyat. Dua tombak kembar miliknya datang menggulung bagaikan deburan ombak di tengah samudera.

Kilatan sinar perak terlihat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar. Serangan itu sangat cepat. Pendekar Pedang Tanpa Tanding terkejut, hampir saja dia terlambat. Untunglah ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai tahap yang sempurna.

Sehingga tepat sebelum gempuran serangan itu mengenai tubuhnya, Pendekar Pedang Tanpa Tanding sudah berpindah posisi. Sekarang dia berada di posisi sebelah kanan. Ketika mendapatkan posisi yang baik, pedang pusaka yang menjadi senjata andalannya segera mengirimkan tebasan cepat.

Si Tombak Kembar Angin Kilat tersenyum dingin. Kedua pusakanya digerakkan. Menangkis setiap serangan yang diberikan oleh Zhang Yixing.

Namun tidak malu juga dia disebut sebagai pendekar tanpa tanding, begitu serangannya selalu digagalkan lawan, mendadak serangannya berubah.

Satu tusukan maut tahu-tahu sudah mengancam si Tombak Kembar Angin Kilat.

Wushh!!! Wutt!!!