Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat

Seketika pedang pusaka di tangannya digerakkan dengan cepat. Tubuhnya miring ke samping kanan sambil melancarkan sebuah tusukan yang mengarah tepat ke dada orang di sisi kiri.

Serangan itu cepat bagai kilat. Namun gerakan lawannya tidak kalah cepat. Sebelum serangan Zhang Yixing tiba, ternyata lawan sudah melakukan gerakan lain. Malah secara tiba-tiba pula di tangan kanannya telah tergenggam sebatang tongkat emas.

Panjang tongkat itu ada sekitar dua depa. Besarnya seukuran lengan anak kecil. Tongkat emas tersebut memancarkan sinar kuning keemasan yang cukup menyilaukan mata.

Bersamaan dengan semua kejadian di atas, tongkat emas itu tahu-tahu sudah berbentura dengan pedang miliknya.

Trangg!!!

Kedua tokoh persilatan itu terdorong mundur dua langkah ke belakang. Masing-masing dari mereka merasakan pergelangan tangannya ngilu. Dari sini saja Pendekar Pedang Tanpa Tanding sudah tahu bahwa lawannya bukanlah orang sembarangan.

Sementara itu, sebelum Zhang Yixing mendapatkan posisinya kembali, tahu-tahu dari samping kiri ada desiran angin tajam. Desiran angin tersebut ternyata berasal dari dua batang tombak kembar sepanjang setengah depa.

Tombak kembar itu mempunyai mata yang berwarna perak. Sinar keperakan seketika juga menyilaukan mata Zhang Yixing.

Untunglah dia sendiri bukan pendekar kelas teri. Sehingga meskipun dalam posisi tidak menguntungkan, orang tua berjuluk Pendekar Pedang Tanpa Tanding itu masih bisa mempertahankan nyawanya.

Pedangnya kembali berputar dengan cepat membentuk lingkaran yang melindungi dirinya. Dua tombak perak yang sebelumnya mengincar tubuh Zhang Yixing, sekarang telah berhasil dibendung dengan sempurna.

Percikan api membumbung tinggi saat dua senjata itu berbenturan. Hawa tombak dan hawa pedang menyatu lalu menyebar ke arena sekitar. Membuat tubuh keduanya terasa perih karena kedua hawa tersebut.

Setelah terjadi benturan itu, orang bercadar tersebut tiba-tiba melompat mundur ke belakang. Dia kembali persis ke posisinya semula.

Sementara itu, wajah Pendekar Pedang Tanpa Tanding tiba-tiba berubah hebat ketika dia menyadari sesuatu. Kedua bola matanya melotot tajam. Pertanda bahwa dia benar-benar terkejut.

"Kalian … " katanya tergagap.

Dua orang bercadar di hadapannya tidak menjawab. Mereka masih berdiri dalam diam. Masing-masing tetap menatap tajam ke arah Zhang Yixing.

"Hahaha … sungguh tidak aku sangka, ternyata orang yang katanya mulia dan mempunyai hati suci, tega melakukan perbuatan rendah dan tidak terpuji. Kalau orang-orang tahu akan kejadian ini, tentunya akan menjadi berita yang menggemparkan," kata Pendekar Pedang Tanpa Tanding lalu dia tertawa sangat lantang. Saking lantangnya suara tawa itu, sampai-sampai tubuhnya berguncang cukup keras.

Dua orang bercadar itu mengerutkan keningnya. Seolah-olah mereka tidak mengerti dengan ucapan yang dilontarkan oleh ketua Partai Pedang Kebenaran tersebut.

"Apa maksudmu?" tanyanya penuh selidik.

"Kalian pura-pura bodoh, atau memang benar-benar bodoh?" jawab Zhang Yixing dengan nada dingin.

"Jangan banyak bicara tidak karuan. Lekas katakan saja apa maksudmu sebenarnya," tukas orang bercadar yang berada di sisi sebelah kanan.

Pendekar Pedang Tanpa Tanding menarik muka. Karena dia sendiri tidak mau membuang terlalu banyak waktu, pada akhirnya orang tua itu memilih untuk berkata dengan jelas dan gamblang.

"Jangan kalian pikir aku tidak tahu siapa kalian berdua sebenarnya," sampai di sini, Zhang Yixing berhenti sebentar. Dia sedang mengendalikan emosinya yang mulai menggebu. Setelah berhasil menguasai diri, kembali dia melanjutkan, "Bukankah kau adalah si Tongkat Emas, Ketua dari Partai Tongkat Sakti? Hemm … dan kau, bukankah dirimu adalah si Tombak Kembar Angin Kilat? Kalau tidak salah, kau juga Ketua dari Partai Bukit Awan, bukan?"

Pendekar Pedang Tanpa Tanding berusaha untuk tetap berlaku tenang. Walaupun sebenarnya dia sangat terkejut setengah mati karena yang menyerangnya ternyata adalah orang-orang yang mengaku pendekar golongan putih, tetapi dalam keadaan seperti sekarang, dia harus bisa mengendalikan situasi.

Karena kalau tidak demikian, niscaya kewaspadaannya akan berkurang. Jika hal itu sampai terjadi, niscaya dirinya juga akan terancam bahaya.

Ketenangan dalam menghadapi setiap masalah merupakan satu dari sekian modal utama. Kalau seseorang tidak memiliki ketenangan dalam menghadapi persoalan, niscaya dia akan mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Entah itu nyawa melayang, ataupun sebagainya.

Sementara itu di posisi lain, dua orang bercadar itu tampak terkejut. Perubahan itu bisa dilihat dengan jelas oleh Zhang Yixing dari pancaran mata keduanya.

Namun, hal itu terjadi hanya dalam sekejap saja. Sebab sedetik kemudian, ekspresi wajah mereka sudah berubah kembali seperti semula.

"Hahaha … ternyata meskipun sudah tua, matamu masih tajam juga. Hemm, benar, ini memang kami. Apakah kau tidak pernah menyangkanya?" tanya Ketua dari Partai Tongkat Sakti yang berjuluk si Tongkat Emas.

Nada suaranya terdengar sangat mengejek. Malah dia tidak segan pula memperlihatkan kegembiraannya. Seolah-olah orang itu bangga karena Pendekar Pedang Tanpa Tanding bisa mengenali dirinya.

"Bukan cuma tidak menyangka, bahkan aku tidak pernah membayangkan bahwa kalian yang terkenal sebagai pendekar pembela kebenaran, ternyata mau melakukan perbuatan keji ini,"

"Hahaha … benarkah? Hemm, manusia mempunyai sifat yang bisa berubah setiap saat,"

"Aku tahu. Tapi aku tidak habis pikir, kenapa kalian mau melakukan hal ini? Bukankah ini sama saja dengan mengotori partai yang sudah kalian bangun dengan darah dan air mata itu?"

Zhang Yixing si Pendekar Pedang Tanpa Tanding tidak mengerti kenapa mereka mau melakukan tindakan memalukan ini. Padahal kalau dipikir kembali, apa yang dilakukan oleh dua ketua partai itu sekarang, sebenarnya hanya akan mendatangkan kerugian. Baik itu bagi dirinya, maupun bagi partainya masing-masing.

Perlu diketahui, Partai Tongkat Sakti dan Partai Bukit Awan merupakan dua partai cukup besar yang terdapat di daerah sebelah utara.

Di daerahnya masing-masing, dua partai itu sudah cukup terkenal dan mempunyai nama serta kedudukan yang tinggi. Setiap orang-orang persilatan pasti pernah mendengar tentang bagaimana cerita dua partai cukup besar tersebut.

"Kau jangan bawa-bawa nama perguruan. Sesungguhnya kami berdua sudah mengundurkan diri dari perguruan masing-masing sejak tiga bulan yang lalu," jawab si Tombak Kembar Angin Kilat yang tiba-tiba ikut nimbrung dalam pembicaraan.

Zhang Yixing terkejut kembali. Apakah yang dikatakan oleh orang itu benar adanya? Sungguhkah mereka sudah mengundurkan diri dari jabatan ketua, dan bahkan keluar secara resmi dari masing-masing partainya?

Kalau sampai hal itu benar, maka orang tua itu tidak tahu harus melakukan apa. Bahkan terkait harus menangis dan tertawa pun, Zhang Yixing merasa tidak tahu.

Seseorang yang rela meninggalkan jabatannya sebagai ketua dari sebuah partai cukup besar demi sesuatu yang belum pasti, apakah orang itu termasuk bodoh? Atau pintar? Lalu bagaimana pula dengan dua orang tua itu?

"Apakah ucapan kalian ini bisa dipercaya?" tanyanya sambil memandang penuh selidik.

"Meskipun kami sudah berubah haluan, tapi kami tetap bukan orang yang suka berbohong,"

"Kalau begitu bagus lah. Setidaknya kalian masih mempunyai kedisiplinan tinggi," ejek Pendekar Pedang Tanpa Tanding.