Menyelamatkan Zhang Yi

"Manusia hina! Tutup mulutmu itu!!!" bentak Zhang Yi kecil.

Sembari berkata demikian, anak kecil itu langsung melompat ke arah tiga orang kekar tersebut. Lima pukulan dilayangkan secara bersamaan. Meskipun dirinya masih kecil, namun kemampuan silatnya cukup lumayan tinggi juga.

Sayangnya, tenaga Zhang Yi belum sempurna benar. Sehingga meskipun serangannya dahsyat, hakikatnya tidak bisa berakibat besar bagi ketiga musuhnya.

Dengan mudah saja mereka menangkap anak muda itu. Orang yang berdiri di sisi paling kiri membantingkan tubuhnya ke dinding.

Bukk!!!

Zhang Yi menubruk tembok. Dia langsung jatuh telungkup. Dadanya terasa sangat sesak. Untuk bernafas pun sangat sulit sekali.

Seorang dari ketiga orang kekar tersebut berjalan mendekat. Dia mengangkat Zhang Yi lalu memukuli wajahnya secara bergiliran.

"Jika kau ingin mati, maka biarkan aku saja yang membunuhmu." ujarnya sambil tertawa seram.

Sembari berkata, satu tangannya tidak henti-hentinya memberikan pukulan keras. Hanya sebentar saja, wajah Zhang Yi telah berubah hebat. Luka lebam memenuhi raut mukanya yang tampan itu. Namun sampai detik ini, bocah berusia lima belas tahun tersebut tidak pernah merintih kesakitan.

Zhang Yi adalah anak dari Pendekar Pedang Tanpa Tanding. Seorang tokoh besar dan terkenal dalam dunia persilatan. Bagaimana mungkin dia harus merintih kesakitan di hadapan musuhnya?

Tidak, apapun yang terjadi, Zhang Yi harus menahan rasa sakit itu. Dia menggertak giginya. Mencoba untuk menahan semua derita yang ditanggungnya saat ini.

Zhang Yi tiba-tiba melirik ke arah ibunya. Dia melihat betapa ibunya itu sedang berjuang sekuat tenaga dan menjaga kehormatannya. Suara ibunya terdengar jelas di telinga Zhang Yi. Hatinya semakin sakit. Dalam keadaan seperti sekarang ini, sebagai anak lelaki, ternyata dia tidak mampu melakukan apa-apa.

Sedangkan di sudut lain, hati Zhang Yixing juga merasakan hal yang sama seperti anaknya. Dia merasa sangat sakit. Sakit karena melihat semua kejadian yang terjadi di depan matanya. Suara rintihan istrinya, jerit kematian murid-murid dan tamu undangan nya, belum lagi ditambah dengan gertakan gigi anak tunggalnya.

Sungguh, semua ini merupakan pengalaman paling menyakitkan sepanjang sejarah hidupnya.

Dirundung berbagai macam perasaan sakit, dengan kondisi yang sudah memprihatinkan, pada akhirnya Zhang Yixing menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah berjuang beberapa waktu untuk bertahan hidup, akhirnya pendekar pedang nomor satu itu harus tewas secara mengenaskan.

Untuk sekarang dan ke depannya, tidak akan ada lagi nama Zhang Yixing. Pendekar Pedang Tanpa Tanding yang sangat tersohor itu, kini telah meninggalkan dunia fana yang penuh dengan sandiwara.

Tewasnya Zhang Yixing tidak diketahui oleh orang lain. Seorang tokoh kosen sepertinya harus tewas tanpa didampingi orang-orang di sisinya, peristiwa ini sungguh sangat mengenaskan.

Sementara itu di sisi lain, Pendekar Baju Putih akhirnya telah menyelesaikan pertarungan sengitnya. Tujuh Pendekar dari Cang Nan yang tersisa telah tewas ditangannya. Kematian mereka teramat mengenaskan. Masing-masing mampus tanpa kepala.

Darah segar menggenangi tubuh orang-orang itu. Bau anyir seketika tercium menusuk hidung lalu menyebar luas ke seluruh ruangan.

Setelah dirinya berhasil menyelesaikan tugas, Pendekar Baju Putih kemudian pergi ke tempat di mana Yin Jiu berada. Darah dalam dadanya terasa terbakar ketika dia melihat dua pria kekar yang sedang berusaha menodai wanita itu.

Wushh!!!

Secepat kilat Pendekar Baju Putih melesat ke arahnya. Pedang di tangannya bergetar keras, dua orang kekar itu langsung disikat habis tanpa sisa. Mereka tewas setelah tubuhnya terkena tebasan pedang yang cukup dalam.

Yin Jiu yang melihat penolongnya itu langsung tersenyum lembut ke arahnya.

"Terimakasih, Tuan. Aku mohon, tolong selamatkan anakku dan rawat dia dengan sepenuh hati," ujarnya sangat lemah.

Pendekar Baju Putih ingin menjawab, sayangnya sebelum dia bicara, Yin Jiu ternyata sudah mengigit putus lidahnya. Istri dari Zhang Yixing itu langsung tewas seketika. Dia menyusul kematian suami yang sangat dicintainya itu.

"Ba-baiklah. Aku … aku berjanji akan menuruti semua permintaanmu, Nyonya Zhang." ujarnya lirih.

Amarah Pendekar Baju Putih langsung berkobar kembali. Matanya tiba-tiba berkilat tajam ketika dia memandang ke arah pria kekar yang sedang menyiksa Zhang Yi.

"Keparat! Kau harus mampus manusia rendahan!"

Wushh!!!

Tubuhnya kembali melesat. Satu tusukan pedang meluncur dengan deras bagaikan sambaran kilat.

Slebb!!!

Gerakan pria kekar yang sedang memukuli Zhang Yi langsung terhenti seketika. Lehernya telah ditembus sebatang pedang yang sangat tajam dari sisi sebelah kanan hingga tembus ke sisi sebelah kiri.

Orang itu sempat menoleh ke arahnya. Namun dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Sebab tidak lama setelah itu, pria kekar tersebut langsung tewas seketika.

Pendekar Baju Putih segera mencabut pedangnya. Setelah itu dia segera mengalihkan pandangannya kepada Zhang Yi.

"Nak, mari kita pergi dari sini. Situasinya sangat diluar kendali. Pihak musuh sudah menguasai keadaan, dan pihak kita sudah kalah," ujarnya sambil memandang serius ke arah Zhang Yi.

Anak kecil itu tidak langsung menjawab. Dia tidak tahu harus bicara apa. Namun ketika matanya menyapu pandangan, saat dirinya melihat kedua orang tuanya sudah tewas, dia langsung menjerit histeris. Zhang Yi berusaha untuk berlari mendekati ibunya.

Sayangnya, hal itu tidak berhasil dia lakukan. Sebab pada saat itu, Pendekar Baju Putih sudah menotoknya. Zhang Yi seketika jatuh tak sadarkan diri.

Karena menyadari keadaan yang sudah tidak memungkinkan, akhirnya Pendekar Baju Putih memutuskan untuk pergi dari sana. Tubuhnya berkelebat bagaikan sebuah sukma gentayangan. Tiada seorang pun yang bisa melukiskan seberapa cepat larinya. Yang jelas, hanya sebentar saja dirinya sudah berada diluar halaman.

Pendekar Baju Putih terus berlari menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Dia menuju ke hutan dan mencari goa yang bisa dijadikan sebagai tempat tinggal sementara. Ketika sudah menemukan goa yang cocok, dia segera menyimpan Zhang Yi yang sedang tidak sadarkan diri itu di sana.

Setelah memastikan keadaannya aman, Pendekar Baju Putih kembali melesat dari sana. Dia berniat untuk kembali menuju ke Partai Pedang Kebenaran. Tokoh dunia persilatan itu ingin membantu lagi keadaan di sana.

Walaupun dirinya tahu bahwa situasinya sudah dikuasai oleh musuh, tetapi sebagai pendekar pembela kebenaran, tentu dia tidak bisa diam berpangku tangan.

Wushh!!!

Tubuhnya meluncur deras. Hanya dalam sekejap mata, bayangannya telah lenyap dari pandangan.

Beberapa waktu kemudian, Pendekar Baju Putih sudah tiba di Partai Pedang Kebenaran. Niatnya ingin memberikan bantuan, sayangnya hal itu sudah terlambat.

Di sana sudah tidak terlihat adanya pertarungan. Tidak terlihat pula orang hidup yang tersisa. Semuanya sudah berakhir. Kecuali hanya ratusan mayat manusia dan genangan darah segar, di tempat itu sudah tidak bisa ditemukan apapun lagi.

Hati Pendekar Baju Putih terasa disayat-sayat. Untuk sekian lama, tokoh sakti dunia persilatan itu hanya bisa berdiri seperti patung. Jangankan bergerak, bernafas pun rasanya tidak.

Apa yang dia saksikan saat ini merupakan kejadian tragis sepanjang hidupnya.